Misi Kawinkan Gelar

Kamis, 23 Juli 2015 - 10:55 WIB
Misi Kawinkan Gelar
Misi Kawinkan Gelar
A A A
BERLIN - Jerman mendapatkan tugas berat pada tahun depan. Der Panzer ditantang mengikuti jejak Spanyol, yaitu mengawinkan Trofi Piala Dunia 2014 dengan titel Piala Eropa 2016.

Jerman saat ini masih berjuang merebut tiket ke Prancis. Tim besutan Joachim Loew itu kini meraih 13 angka, dan menempati posisi dua klasemen di Grup D. Mereka terpaut satu angka dari Polandia, dengan tersisa empat laga lagi. Lawan berikutnya adalah Polandia pada 5 September mendatang di Commerzbank-Arena, Frankfurt.

Namun, mengacu prestasi dan tradisi, Jerman kemungkinan besar akan lolos kualifikasi Piala Eropa 2016. Terakhir kali mereka absen dari turnamen internasional ketika Piala Eropa 1968. Bila mampu melenggang, Jerman akan bertandang ke Prancis menyandang status pemenang Piala Dunia 2014. Ini bakal melahirkan tantangan baru bagi Jerman.

Apakah mereka mampu mengulang suksesnya seperti di Brasil? Acuan mereka adalah Spanyol. La Furia Roja mampu mendulang tiga gelar bergengsi secara beruntun, yaitu Piala Eropa 2008, Piala Dunia 2010, dan Piala Eropa 2012.

”Itu (2016) akan menjadi tahun yang berat bagi kami. Setelah memenangi Piala Dunia (2014) dan larut dalam kegembiraan, kinerja kami sedikit menurun. Ini sangat melelahkan dan menguras energi. Tapi tahun depan, saya bisa jamin kami akan bertambah kuat. Kami bakal jadi tim yang lebih bagus lagi,” ungkap Loew, dikutip Irish Examiner.

Loew tidak asal bicara. Faktanya, Jerman menjadi tim acuan untuk dikalahkan. Ini sesuai prediksi sejumlah rumah judi. Menurut survei, peluang Mario Goetze dkk berpesta di Negeri Mode mencapai 38%. Angka tersebut jauh meninggalkan tuan rumah yang berkisar 14,4%. Kans Spanyol hanya 8,6%, di bawah Italia (13,3%) dan Belanda tidak lebih dari 6,4%.

Jerman juga bukannya belum pernah meraih dua trofi secara beruntun. Mereka menjuarai Piala Eropa 1972 di Belgia, yang dilanjutkan dengan menjuarai Piala Dunia 1974, sebagai tuan rumah. Belum lagi hamparan pemain hebat berlevel internasional. Selain Goetze, masih ada Thomas Mueller, Toni Kroos, atau Marco Reus. Keberadaan Manuel Neuer dan lini belakang tangguh menambah keangkeran Jerman.

Terbukti, gawang Jerman paling sulit dibobol. Selama empat tahun belakangan mereka cuma tiga kali kemasukan lebih dari dua gol dalam satu laga. Yang terbaru ketika ditumbangkan Argentina 2-4 pada laga persahabatan, 4 September 2014.

Perlu diingat pula Jerman memiliki banyak darah muda dengan talenta luar biasa. Mereka bisa jadi aset penting saat berjibaku di Prancis. ”Kami masih akan terus mengembangkan potensi pemain yang lebih muda. Jika ada pemain yang memiliki kualitas, saya percaya mereka akan menunjukkan performa bagus,” tutur Loew.

Satu-satunya hal yang bisa menjegal Jerman hanyalah letak geografis. Prancis bukan tempat yang menguntungkan bagi Jerman. Mereka tidak pernah menduduki singgasana selama berjibaku di sana. Saat Piala Dunia 1938 misalnya. Ketika itu Jerman terhenti pada putaran pertama. Pada Piala Dunia 1998 hanya sampai perempat final.

Kutukan serupa berlaku di kancah Eropa. Jerman tidak hadir waktu Prancis menggelar Piala Eropa 1960. Kemudian, pada perhelatan Piala Eropa 1984 Jerman gagal melangkah ke babak gugur.

M mirza
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0960 seconds (0.1#10.140)