Klub Masih Galau Soal Gelaran Piala Presiden
A
A
A
LAMONGAN - Panjangnya sengketa antara PSSI dan Menpora membuat beberapa klub masih galau soal gelaran Piala Presiden 2015 bisa digelar sesuai rencana. Terakhir, Menpora mengirim surat ke Polri agar melarang semua kegiatan yang berafiliasi dengan PSSI karena masih proses banding.
Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) sebelumnya mengabulkan gugatan PSSI dan Menpora memutuskan untuk tak menyerah. Merasa 'duel' secara hukum masih belum berakhir, Menpora pun meminta Polri tak memberikan izin pertandingan yang berada di bawah PSSI. Ini memunculkan kekhawatiran baru.
Seperti diketahui, Piala Presiden atau sebelumnya disebut Piala Indonesia Satu, merupakan event bentukan Mahaka Sports yang mendapat 'beking' PSSI. Bahkan PSSI sempat menyatakan turnamen tersebut menjadi rangkaian pramusim sebelum menggulirkan musim baru pada Oktober. (Baca juga : Anggaran Piala Presiden Capai Puluhan Miliar)
Klub-klub kembali sangsi gelaran tersebut bakal berlangsung lancar. "Kami prihatin dengan kondisi yang tak kunjung membaik. Sebelumnya seolah-olah situasinya lebih baik, tapi ternyata tidak demikian. Jujur saja kami masih ragu (digelarnya Piala Presiden)," tutur Debby Kurniawan, CEO Persela Lamongan.
Terus mundurnya jadwal turnamen tersebut, serta masih adanya friksi antara Menpora-PSSI membuat banyak klub masih sekadar menjadi penonton. Artinya, mereka hanya bisa melihat dan menunggu bagaimana kepastiannya, tanpa bisa melangkah lebih jauh.
"Pilihan terbaik ya seperti ini, menunggu dan menunggu. Tidak ada yang bisa menjamin kalau kami berlatih kemudian kompetisi akan berjalan. Saya khawatir klub tak sekadar vakum, tapi mati suri karena terlalu lamanya menunggu kompetisi atau turnamen," demikian Debby.
Kekhawatiran serupa juga dirasakan Persegres Gresik United. Sama halnya dengan Persela, tim kebanggaan Kota Pudak itu hanya bisa menunggu dan merencanakan keikutsertaan di Piala Presiden tanpa mengetahui bagaimana kepastian event tersebut.
"Kalau melihat situasinya, saat ini sangat sulit memprediksi jadi-tidaknya event sepak bola. Persegres sudah pernah sangat berharap (ada kompetisi) tapi kenyataannya tidak pernah ada. Saya tidak heran kalau Piala Presiden nanti tertunda lagi," ucap Bagoes Cahyo Yuwono, Manager Persegres.
Tanpa bermaksud pesimistis, Bagoes menyodorkan situasi antara PSSI dan Menpora yang tidak pernah akur dan mengorbankan banyak klub maupun pemain. "PSSI dan Menpora sama-sama punya power. Kalau saling ngotot, maka sepak bola tidak akan berjalan dengan baik," ujarnya.
Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) sebelumnya mengabulkan gugatan PSSI dan Menpora memutuskan untuk tak menyerah. Merasa 'duel' secara hukum masih belum berakhir, Menpora pun meminta Polri tak memberikan izin pertandingan yang berada di bawah PSSI. Ini memunculkan kekhawatiran baru.
Seperti diketahui, Piala Presiden atau sebelumnya disebut Piala Indonesia Satu, merupakan event bentukan Mahaka Sports yang mendapat 'beking' PSSI. Bahkan PSSI sempat menyatakan turnamen tersebut menjadi rangkaian pramusim sebelum menggulirkan musim baru pada Oktober. (Baca juga : Anggaran Piala Presiden Capai Puluhan Miliar)
Klub-klub kembali sangsi gelaran tersebut bakal berlangsung lancar. "Kami prihatin dengan kondisi yang tak kunjung membaik. Sebelumnya seolah-olah situasinya lebih baik, tapi ternyata tidak demikian. Jujur saja kami masih ragu (digelarnya Piala Presiden)," tutur Debby Kurniawan, CEO Persela Lamongan.
Terus mundurnya jadwal turnamen tersebut, serta masih adanya friksi antara Menpora-PSSI membuat banyak klub masih sekadar menjadi penonton. Artinya, mereka hanya bisa melihat dan menunggu bagaimana kepastiannya, tanpa bisa melangkah lebih jauh.
"Pilihan terbaik ya seperti ini, menunggu dan menunggu. Tidak ada yang bisa menjamin kalau kami berlatih kemudian kompetisi akan berjalan. Saya khawatir klub tak sekadar vakum, tapi mati suri karena terlalu lamanya menunggu kompetisi atau turnamen," demikian Debby.
Kekhawatiran serupa juga dirasakan Persegres Gresik United. Sama halnya dengan Persela, tim kebanggaan Kota Pudak itu hanya bisa menunggu dan merencanakan keikutsertaan di Piala Presiden tanpa mengetahui bagaimana kepastian event tersebut.
"Kalau melihat situasinya, saat ini sangat sulit memprediksi jadi-tidaknya event sepak bola. Persegres sudah pernah sangat berharap (ada kompetisi) tapi kenyataannya tidak pernah ada. Saya tidak heran kalau Piala Presiden nanti tertunda lagi," ucap Bagoes Cahyo Yuwono, Manager Persegres.
Tanpa bermaksud pesimistis, Bagoes menyodorkan situasi antara PSSI dan Menpora yang tidak pernah akur dan mengorbankan banyak klub maupun pemain. "PSSI dan Menpora sama-sama punya power. Kalau saling ngotot, maka sepak bola tidak akan berjalan dengan baik," ujarnya.
(bbk)