Krisis Sepak Bola Indonesia Berlanjut, Ini Curhat CEO Arema Cronus
A
A
A
MALANG - CEO Arema Cronus Iwan Budianto mencurahkan isi hatinya mengenai berlarutnya krisis sepak bola Indonesia yang lama kelamaan membuat dirinya kehilangan gairah. Iwan sendiri merasa frustrasi karena pengelolaan klub seakan tiada ujung atau tujuan pasti karena kondisi tersebut.
"Arema sejak kompetisi terhenti berupaya keras mempertahankan eksistensi tim. Tujuannya jelas, yakni tidak sampai menganggur hingga ada kompetisi baru. Tapi situasi tak kunjung berubah dan kabar soal kompetisi masih gelap. Ini membuat frustrasi," tutur Iwan.
Iwan yang surut semangat, mengaku terus dimotivasi manajemen Arema lainnya dan membuatnya tetap bertahan hingga kini. Dia mengakui situasi seperti ini tak memberikan tantangan berarti untuk klub. "Klub pasti butuh tantangan agar bersemangat melakukan pengelolaan, wujudnya ya kompetisi," tegasnya.
Keprihatinan juga dirasakan Persela Lamongan. Dengan metode pengelolaan seperti sekarang, bukan saja pemain yang merasakan imbasnya. Manajemen juga pada akhirnya bisa putus asa karena tidak jelasnya visi sepak bola Indonesia karena kegaduhan PSSI-Menpora.
"Tak bisa seterusnya kami memanggil pemain, membentuk tim, kemudian membubarkannya kembali. Ini menyulitkan manajemen dalam mengelola klub. Semua tentu merasakan hal sama. Belum lagi kalau kami harus mengeluarkan biaya ekstra," kata Debby Kurniawan, CEO Persela Lamongan.
Persela yang kini kembali menganggur, sempat mengumpulkan tim di Piala Presiden. Tapi itu hanya berlaku beberapa pekan saja, karena setelah tersingkir dari Grup B, pemain kembali dirumahkan. Tak heran jika performa tim pun sangat labil karena dipersiapkan secara instant.
"Kompetisi harus menjadi proyeksi utama. Tidak cukup hanya dengan turnamen, karena pengelolaan klub profesional juga butuh sponsor atau sumber dana. Kepercayaan sponsor hanya bisa maksimal kalau ada ISL. Kalau hanya turnamen, sulit menarik sponsor untuk mendanai klub," demikian Debby.
Sejauh ini, menurutnya semangat mengelola tim tak terlalu turun drastis karena sempat ada kegiatan Piala Presiden. Tapi dia tak menampik bahwa ada kemungkinan klub sampai pada titik jenuh jika situasi seperti ini terus berlanjut tanpa kepastian.
"Arema sejak kompetisi terhenti berupaya keras mempertahankan eksistensi tim. Tujuannya jelas, yakni tidak sampai menganggur hingga ada kompetisi baru. Tapi situasi tak kunjung berubah dan kabar soal kompetisi masih gelap. Ini membuat frustrasi," tutur Iwan.
Iwan yang surut semangat, mengaku terus dimotivasi manajemen Arema lainnya dan membuatnya tetap bertahan hingga kini. Dia mengakui situasi seperti ini tak memberikan tantangan berarti untuk klub. "Klub pasti butuh tantangan agar bersemangat melakukan pengelolaan, wujudnya ya kompetisi," tegasnya.
Keprihatinan juga dirasakan Persela Lamongan. Dengan metode pengelolaan seperti sekarang, bukan saja pemain yang merasakan imbasnya. Manajemen juga pada akhirnya bisa putus asa karena tidak jelasnya visi sepak bola Indonesia karena kegaduhan PSSI-Menpora.
"Tak bisa seterusnya kami memanggil pemain, membentuk tim, kemudian membubarkannya kembali. Ini menyulitkan manajemen dalam mengelola klub. Semua tentu merasakan hal sama. Belum lagi kalau kami harus mengeluarkan biaya ekstra," kata Debby Kurniawan, CEO Persela Lamongan.
Persela yang kini kembali menganggur, sempat mengumpulkan tim di Piala Presiden. Tapi itu hanya berlaku beberapa pekan saja, karena setelah tersingkir dari Grup B, pemain kembali dirumahkan. Tak heran jika performa tim pun sangat labil karena dipersiapkan secara instant.
"Kompetisi harus menjadi proyeksi utama. Tidak cukup hanya dengan turnamen, karena pengelolaan klub profesional juga butuh sponsor atau sumber dana. Kepercayaan sponsor hanya bisa maksimal kalau ada ISL. Kalau hanya turnamen, sulit menarik sponsor untuk mendanai klub," demikian Debby.
Sejauh ini, menurutnya semangat mengelola tim tak terlalu turun drastis karena sempat ada kegiatan Piala Presiden. Tapi dia tak menampik bahwa ada kemungkinan klub sampai pada titik jenuh jika situasi seperti ini terus berlanjut tanpa kepastian.
(aww)