Wahai Menpora Kami Rindu Sepak Bola Indonesia!
A
A
A
Animo suporter klub sepak bola Indonesia sangat tinggi di perhelatan Piala Presiden dan Piala Kemerdekaan 2015. Walau hanya sekadar turnamen, suporter membanjir ke stadion untuk memberikan dukungan secara langsung kepada tim kesayangan.
Aremania, suporter Arema, rela jauh-jauh ke Solo untuk mengawal tim kesayangannya berduel di leg kedua semifinal Piala Presiden. Walau timya kemudian kalah dan gagal ke final, Aremania tetap bisa menjaga sikap sportif dan berlaku sopan di Solo.
Dari Bandung, Bobotoh demikan luar biasa membirukan Si Jalak Harupat setiap kali timnya bermain, baik sejak fase grup maupun babak perempatfinal dan semifinal. Antusisme serupa juga sempat terlihat di Bali dan Makassar. Terlihat jelas publik bola sangat haus dengan kompetisi.
"Harusnya ini membuat kita sadar, terutama mereka yang membuat kebijakan, bahwa publik sepak bola sudah sangat ingin kompetisi digelar. Bahkan di turnamen pun antusiasme begitu besar, baik dari sisi suporter maupun pemain," tutur General Manager Arema Ruddy Widodo.
Klub, seperti Arema, sebenarnya sangat menginginkan kompetisi bisa digelar akhir 2015 atau paling lambat awal 2016. Tapi keinginan itu tetap tergantung pada sikap Menpora yang hingga sekarang belum ada tanda-tanda mencabut pembekuan PSSI.
Bahkan Menpora sempat menggagas Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI awal tahun depan, sekaligus merencanakan kompetisi reguler bergulir pada Februari 2016. Itu artinya masih ada potensi 'ribut-ribut' lagi sebelum kompetisi digelar. Klub pun harus menahan keinginan bergulirnya kompetisi.
"Kami sudah sering dan bosan menyampaikan aspirasi karena nyatanya tak mengubah keadaan. Pada akhirnya hanya bisa berdoa semoga ada kabar baik untuk sepak bola Indonesia. Banyak bukti bahwa publik ingin kompetisi digelar, semoga itu menyadarkan semua pihak yang memiliki kepentingan di sepak bola," tambah Ruddy.
Pemain senior Indonesia Bima Sakti juga meyakini publik sudah sangat haus dengan gelaran kompetisi yang selama ini menjadi hiburan murah. Piala Presiden dan Piala Kemerdekaan sebagai bukti sepak bola di segala level masih dirindukan penikmatnya.
"Selain prestasi, sepak bola kan hiburan buat masyarakat. Akhir minggu saat libur kerja mereka ke stadion menonton sepak bola. Ada yang supporter fanatik, ada yang ingin melepas kepenatan. Saya rasa sepak bola masih menjadi idola di Indonesia, apa pun bentuknya," tutur Bima Sakti.
Untuk itu pemain Persegres Gresik United ini ingin aktivitas sepak bola bisa secepatnya dinormalkan lagi. Dia mengatakan kompetisi reguler di Indonesia sudah setahun vakum dan saatnya memulai lagi. "Saatnya memikirkan kepentingan yang lebih luas, tak hanya konflik pihak tertentu," cetusnya.
Persepam Madura Utama yang mewakili kasta Divisi Utama juga mengatakan animo supporter mencerminkan keinginan khalayak segera digelarnya kompetisi. Pihak Persepam yakin animo bakal semakin besar jika kompetisi ISL dan Divisi Utama kembali digelar.
"Tak diragukan lagi bahwa semua sudah bosan dengan kondisi tak menentu. Suporter dan penikmat sepak bola hanya ingin ada hiburan berupa pertandingan. Kalau tak bisa akhir 2015, semoga kompetisi bisa berjalan awal 2016 nanti," ujar Said Abdullah, Manajer Persepam.
Dia khawatir jika kompetisi tak kunjung digelar, maka masyarakat tak akan bisa menikmati hiburan dari sepak bola. Sebab klub akan kesulitan mengelola tim jika kondisi suram berkepanjangan. Tim-tim yang eksis sekarang ini terancam bosan tanpa adanya kompetisi.
Aremania, suporter Arema, rela jauh-jauh ke Solo untuk mengawal tim kesayangannya berduel di leg kedua semifinal Piala Presiden. Walau timya kemudian kalah dan gagal ke final, Aremania tetap bisa menjaga sikap sportif dan berlaku sopan di Solo.
Dari Bandung, Bobotoh demikan luar biasa membirukan Si Jalak Harupat setiap kali timnya bermain, baik sejak fase grup maupun babak perempatfinal dan semifinal. Antusisme serupa juga sempat terlihat di Bali dan Makassar. Terlihat jelas publik bola sangat haus dengan kompetisi.
"Harusnya ini membuat kita sadar, terutama mereka yang membuat kebijakan, bahwa publik sepak bola sudah sangat ingin kompetisi digelar. Bahkan di turnamen pun antusiasme begitu besar, baik dari sisi suporter maupun pemain," tutur General Manager Arema Ruddy Widodo.
Klub, seperti Arema, sebenarnya sangat menginginkan kompetisi bisa digelar akhir 2015 atau paling lambat awal 2016. Tapi keinginan itu tetap tergantung pada sikap Menpora yang hingga sekarang belum ada tanda-tanda mencabut pembekuan PSSI.
Bahkan Menpora sempat menggagas Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI awal tahun depan, sekaligus merencanakan kompetisi reguler bergulir pada Februari 2016. Itu artinya masih ada potensi 'ribut-ribut' lagi sebelum kompetisi digelar. Klub pun harus menahan keinginan bergulirnya kompetisi.
"Kami sudah sering dan bosan menyampaikan aspirasi karena nyatanya tak mengubah keadaan. Pada akhirnya hanya bisa berdoa semoga ada kabar baik untuk sepak bola Indonesia. Banyak bukti bahwa publik ingin kompetisi digelar, semoga itu menyadarkan semua pihak yang memiliki kepentingan di sepak bola," tambah Ruddy.
Pemain senior Indonesia Bima Sakti juga meyakini publik sudah sangat haus dengan gelaran kompetisi yang selama ini menjadi hiburan murah. Piala Presiden dan Piala Kemerdekaan sebagai bukti sepak bola di segala level masih dirindukan penikmatnya.
"Selain prestasi, sepak bola kan hiburan buat masyarakat. Akhir minggu saat libur kerja mereka ke stadion menonton sepak bola. Ada yang supporter fanatik, ada yang ingin melepas kepenatan. Saya rasa sepak bola masih menjadi idola di Indonesia, apa pun bentuknya," tutur Bima Sakti.
Untuk itu pemain Persegres Gresik United ini ingin aktivitas sepak bola bisa secepatnya dinormalkan lagi. Dia mengatakan kompetisi reguler di Indonesia sudah setahun vakum dan saatnya memulai lagi. "Saatnya memikirkan kepentingan yang lebih luas, tak hanya konflik pihak tertentu," cetusnya.
Persepam Madura Utama yang mewakili kasta Divisi Utama juga mengatakan animo supporter mencerminkan keinginan khalayak segera digelarnya kompetisi. Pihak Persepam yakin animo bakal semakin besar jika kompetisi ISL dan Divisi Utama kembali digelar.
"Tak diragukan lagi bahwa semua sudah bosan dengan kondisi tak menentu. Suporter dan penikmat sepak bola hanya ingin ada hiburan berupa pertandingan. Kalau tak bisa akhir 2015, semoga kompetisi bisa berjalan awal 2016 nanti," ujar Said Abdullah, Manajer Persepam.
Dia khawatir jika kompetisi tak kunjung digelar, maka masyarakat tak akan bisa menikmati hiburan dari sepak bola. Sebab klub akan kesulitan mengelola tim jika kondisi suram berkepanjangan. Tim-tim yang eksis sekarang ini terancam bosan tanpa adanya kompetisi.
(aww)