Bara Permusuhan Aremania dan Bonek yang Entah Kapan Padam

Sabtu, 19 Desember 2015 - 20:57 WIB
Bara Permusuhan Aremania dan Bonek yang Entah Kapan Padam
Bara Permusuhan Aremania dan Bonek yang Entah Kapan Padam
A A A
SLEMAN - Permusuhan abadi antara suporter Aremania dan Bonek memasuki babak baru. Jika dulunya berawal dari rivalitas di lapangan, kini sudah berubah total dan menjadi bentrok berdarah di jalanan. Peristiwa di Sragen, Jawa Tengah, bukan kali pertama kedua suporter bentrok di jalan.

Fakta menunjukkan, gesekan yang terjadi antara kedua suporter belakangan lebih banyak terjadi di luar lapangan. Dalam tiga tahun terakhir, selalu terjadi bentrokan antar kedua kubu. Pada Maret 2013, Aremania dan Bonek Bentrok di jalan tol Surabaya. Saat itu rombongan Aremania baru saja mendukung timnya berlaga kontra Persegres Gresik United di Stadion Petrokimia, Gresik.

Peristiwa serupa kembali terjadi pada 5 Juni 2014, dengan kronologis yang sama persis. Arema pulang dari Gresik, kemudian dihadang Bonek di jalan tol. Kedua peristiwa tersebut tidak sampai memakan korban jiwa walau tetap membawa kerugian materiil dengan rusaknya mobil dan motor. Siapa sangka ketika kompetisi reguler di Indonesia terhenti pada 2015 ini kejadian serupa tetep terjadi, yakni jelang babak 8 Besar antara Arema Cronus kontra Surabaya United.

Bentrokan di Sragen menunjukkan bahwa api rivalitas Malang-Surabaya tidak juga padam walau yang bertanding bukan Persebaya Surabaya. Bentrok di jalanan seakan menjadi 'pelampiasan' karena kedua supporter sudah lama tidak bertemu secara langsung di stadion.
Saat pertandingan di Malang atau Surabaya, selama ini supporter tamu tidak diperbolehkan hadir di stadion. Bahkan pertemuan terakhir antara Arema dan Persebaya di final Piala Gubernur 2013 harus digelar di markas Akademi Angkatan Laut (AAL) Bumimoro untuk mengantisipasi pertemuan Aremania-Bonek.

Potensi adanya kekerasan saat kedua supporter bertemu sudah sangat serius dan tak bisa dihindarkan. Peristiwa di Sragen sekaligus membuktikan bahwa potensi gesekan tidak bisa diabaikan walaupun yang bertanding adalah Surabaya United, klub dengan supporter yang kelihatan tak begitu banyak.

"Sangat disesali peristiwa seperti ini kembali terjadi. Ini pengalaman buat kita semua bahwa ke depannya harus ada langkah antisipasi lebih baik saat kedua supporter ada potensi bertemu, baik di lapangan maupun di jalanan. Di mana pun ada titik pertemuan, di sana ada potensi ada gesekan," kata Abdul Muntholib, pengamat sepakbola sekaligus penulis buku Arema Never Die.

Soal siapa yang bertanding, Persebaya Surabaya atau Surabaya United, menurutnya tidak bisa dianggap minim bentrokan dengan Aremania. Sebab bagaimana pun supporter Surabaya United juga Bonek, ditambah lagi rivalitas antra Malang-Surabaya juga sedemikian rentan akan gesekan.

"Harus diakui kadangkala sentimen Malang-Surabaya sudah melenceng dari koridor sepak bola itu sendiri. Untuk sekarang memang sulit mendamaikan walau ada deklarasi damai atau semacamnya. Solusi terbaik adalah sebisa mungkin menghindari pertemuan kedua supporter, terutama di jalanan yang lebih sulit terpantau pihak keamanan," beber dia.

Kejadian di Sragen yang mengakibatkan Aremania meninggal, sekaligus menjadi noda bagi hajatan Piala Jenderal Sudirman (PJS) 2015. Padahal sebelumnya turnamen ini nyaris tak diwarnai kejadian negatif, salah satunya karena penyelenggara adalah TNI.

Di beberapa daerah, gelaran PJS juga berlangsung mulus walau bertepatan dengan agenda tahapan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), termasuk di Malang dan Sidoarjo, yang menjadi tuan rumah babak penyisihan. Padahal biasanya event sepak bola tak pernah bisa menabrak agenda Pilkada.
Sementara, pihak Arema Cronus meminta supporter Aremania menahan diri dalam menyikapi insiden di Sragen. Manajemen meminta Aremania yang mendukung timnya di Sleman tidak melakukan aksi balasan atas peristiwa tersebut. Aremania dihimbau tetap berjalan dalam garis sportivitas sepanjang perhelatan PJS.

"Hingga turnamen selesai dan sampai kapan pun, kami meminta Aremania tidak terpancing emosi. Tetap harus menunjukkan bahwa Aremania adalah supporter yang dewasa dan tidak menyukai kekerasan. Kami sangat menyesal ini terjadi, tapi sportivitas harus tetap dijaga dan tidak perlu melakukan aksi yang merugikan," demikian himbauan manajemen Arema Cronus melalui General Manager Ruddy Widodo.
(aww)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7919 seconds (0.1#10.140)