Aremania Terima Hadiah Rp100 Juta Malah Bingung, Mengapa?
A
A
A
MALANG - Aremania akhirnya menjadi suporter terbaik di Piala Jenderal Sudirman (PJS). Pendukung fanatik Arema Cronus ini menjadi yang terbaik di beberapa aspek, termasuk antusiasme sekaligus sportivitas, dan diganjar hadiah uang Rp100 juta.
Namun, justru hadiah uang itulah yang membuat Aremania sedikit kebingungan. Maklum, suporter biru tersebut tidak memiliki badan atau organisasi yang menaungi. Selama ini yang dikenal mengoordinasi suporter adalah Korwil atau koordinator wilayah.
Praktis, Aremania masih memerlukan waktu untuk menjaring aspirasi terkait pemanfaatan hadiah juara tersebut. Hingga kini masih banyak opini dan saran Aremania yang masuk dari berbagai penjuru dan membutuhkan waktu untuk menentukannya.
"Kami bersyukur Aremania menjadi suporter terbaik. Tapi sekarang kami harus sibuk memikirkan untuk apa uang hadiah tersebut. Tidak mungkin juga dibagi ke Aremania yang jumlahnya tak terhitung," ujar Cak No, penabuh drum Aremania yang juga turut ke Jakarta.
Aremania sendiri banyak melontarkan berbagai usulan, termasuk uang hadiah disumbangkan ke keluarga Aremania korban anarkisme di Sragen, beberapa waktu lalu. "Jelas harus ada kesepakatan dari semua korwil terkait pemanfaatan hadiah,"tambahnya.
Untuk menjadi suporter terbaik, perjalanan Aremania di Piala Jenderal Sudirman harus diwarnai tangis dan darah. Dua Aremania meninggal saat diserang suporter lain di Sragen, ketika hendak mendukung Arema Cronus di babak perempat final PJS di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta.
Setelah itu Aremania juga harus menangis karena timnya disingkirkan Mitra Kukar di semifinal. Padahal pada leg kedua di Malang, lebih dari 40 ribu Aremania tumplek di Stadion Kanjuruhan. Situasi di Kanjuruhan inilah yang disebut sebagai salah satu kunci menjadi suporter terbaik.
Aremania tidak melakukan tindakan negatif dalam menyikapi kegagalan Singo Edan memenangi adu penalti. Sekalipun pertandingan saat itu berjalan sangat keras dan diwarnai kartu merah setelah pemain bersitegang, tak sampai memengaruhi situasi di tribun.
Respons positif menghadapi kekalahan timnya adalah aspek krusial yang ditekankan penyelenggara turnamen. Untuk aspek ini Aremania memang lulus ujian. Apalagi mereka juga sangat rajin menguntit timnya di mana pun berlaga
Namun, justru hadiah uang itulah yang membuat Aremania sedikit kebingungan. Maklum, suporter biru tersebut tidak memiliki badan atau organisasi yang menaungi. Selama ini yang dikenal mengoordinasi suporter adalah Korwil atau koordinator wilayah.
Praktis, Aremania masih memerlukan waktu untuk menjaring aspirasi terkait pemanfaatan hadiah juara tersebut. Hingga kini masih banyak opini dan saran Aremania yang masuk dari berbagai penjuru dan membutuhkan waktu untuk menentukannya.
"Kami bersyukur Aremania menjadi suporter terbaik. Tapi sekarang kami harus sibuk memikirkan untuk apa uang hadiah tersebut. Tidak mungkin juga dibagi ke Aremania yang jumlahnya tak terhitung," ujar Cak No, penabuh drum Aremania yang juga turut ke Jakarta.
Aremania sendiri banyak melontarkan berbagai usulan, termasuk uang hadiah disumbangkan ke keluarga Aremania korban anarkisme di Sragen, beberapa waktu lalu. "Jelas harus ada kesepakatan dari semua korwil terkait pemanfaatan hadiah,"tambahnya.
Untuk menjadi suporter terbaik, perjalanan Aremania di Piala Jenderal Sudirman harus diwarnai tangis dan darah. Dua Aremania meninggal saat diserang suporter lain di Sragen, ketika hendak mendukung Arema Cronus di babak perempat final PJS di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta.
Setelah itu Aremania juga harus menangis karena timnya disingkirkan Mitra Kukar di semifinal. Padahal pada leg kedua di Malang, lebih dari 40 ribu Aremania tumplek di Stadion Kanjuruhan. Situasi di Kanjuruhan inilah yang disebut sebagai salah satu kunci menjadi suporter terbaik.
Aremania tidak melakukan tindakan negatif dalam menyikapi kegagalan Singo Edan memenangi adu penalti. Sekalipun pertandingan saat itu berjalan sangat keras dan diwarnai kartu merah setelah pemain bersitegang, tak sampai memengaruhi situasi di tribun.
Respons positif menghadapi kekalahan timnya adalah aspek krusial yang ditekankan penyelenggara turnamen. Untuk aspek ini Aremania memang lulus ujian. Apalagi mereka juga sangat rajin menguntit timnya di mana pun berlaga
(aww)