Nasib Kompetisi Gelap, Sepak Bola Indonesia di Titik Terendah

Senin, 01 Februari 2016 - 20:39 WIB
Nasib Kompetisi Gelap,...
Nasib Kompetisi Gelap, Sepak Bola Indonesia di Titik Terendah
A A A
PALEMBANG - Klub-klub di Indonesia dibuat pusing dengan karut-marut nasib sepak bola di Indonesia. Turnamen yang tidak jelas, nasib kompetisi Indonesia Super League (ISL) yang gelap makin membuat klub semakin puyeng.

Alhasil, kondisi itu membuat pelatih Sriwijaya FC (SFC) Benny "Bendol" Dollo ikut-ikutan pusing tujuh keliling dalam menentukan langkah. Terlebih lagi skuat 2016 sudah mulai rampung dan siap terjun."Tetapi sekarang turnamen Piala Gubernur Kalimantan Timur juga belum jelas. Ada lagi wacana akan ada Piala Bhayangkara,"ucap Bendol.

Bendol juga mendapatkan kabar dari manajemen Sriwijaya FC akan menjadi tuan rumah Piala Bhayangkara. Kabar itu membuat Bendol merasa takut apabila dua turnamen tersebut berbenturan jadwal pelaksanaannya.

''Tentu ini sebuah dilematis buat kita, apalagi kalau sampai pelaksanaannya berbarengan dengan Piala Gubernur Kaltim nantinya,”ungkapnya saat ditemui usai sesi latihan di Stadion Gelora Sriwijaya, Jakabaring, Palembang, Senin (1/2) sore.

Menurutnya, hingga saat ini pihaknya masih menunggu kepastian mengenai jadwal terbaru Turnamen Piala Gubernur Kaltim. ''Secara resmi SFC memang sudah menyatakan keikutsertaan di Piala Gubernur Kaltim, namun hingga saat ini kami belum mendapat pemberitahuan lebih lanjut, yang jelas jika benar akan dijadikan pre-season Indonesia Super Competition maka tentu suatu hal yang menggembirakan,” ujar pelatih asal Manado ini.

Namun dirinya menyatakanbahwa bisa saja hal tersebut berubah bila nantinya Piala Gubernur Kaltim berbarengan waktu pelaksanannya dengan Piala Bhayangkara. ''Kalau Palembang tuan rumah, tentu rasanya kita pasti memilih di sini. Namun kami masih menunggu kepastiannya, jadwal resmi memang dibutuhkan agar tim pelatih dapat membuat program latihan yang tepat,''tambahnya.

Selain itu, Bendol juga menegaskan bahwa banyaknya turnamen yang akan digelar harus juga dibarengi dengan kepastian kompetisi di tanah air. ''Banyaknya turnamen tidak akan berguna bila kompetisi tetap tidak jelas,” tegasnya.

Diakuinya, dirinya sendiri akan lebih memilih 1 kompetisi ketimbang banyaknya rencana turnamen belakangan ini. ''Sepak bola Indonesia sudah di titik terendah, puluhan tahun saya melatih, ini adalah momen pahit karena kompetisi terhenti. Dulu saat tahun 1998 wajar harus di-stop karena kondisi politik tanah air tengah bergejolak, kemudian di 2011 saat ada dualisme sekalipun, kompetisi masih berjalan. Kalau sekarang semuanya serbagelap,”pungkasnya.
(aww)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1881 seconds (0.1#10.140)