Agum Gumelar Tuding Ada yang Berbohong
A
A
A
JAKARTA - Perintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam mengakhiri kisruh sepak bola nasional justru memunculkan kesimpangsiuran informasi. Ketua Komite Ad Hoc bentukan FIFA, Agum Gumelar, sangat kecewa dengan adanya perbedaan informasi pencabutan Surat Keputusan (SK) pembekuan PSSI.
Atas kesimpangsiuran tersebut, Agum mempertanyakan, sebetulnya siapa yang berbohong. Dalam jumpa pers di kediamannya, Jalan Panglima Polim III, Jakarta, Kamis (25/2) malam, Agum membeberkan semua pembicaraan antara dirinya, Presiden Jokowi, Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla (JK), dan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi di Istana Negara, Jakarta, Rabu sore (24/2). Saat itu secara tegas, Presiden Jokowi meminta agar SK pembekuan PSSI segera dicabut.
Agum menerangkan, dalam pertemuan tersebut dirinya dan Wapres JK menyampaikan kepada Presiden Jokowi semua perkembangan terakhir terkait persepakbolaan Indonesia. Di mana juga disampaikan Agum, soal hasil positif yang dirinya bawa setelah bertemu dengan perwakilan AFC dan Komite Eksekutif (Exco) FIFA di Kuala Lumpur, Malaysia, 16 Februari lalu.
"Disitu setelah mendapat laporan dari kami pak JK dan harapan-harapan yang disampaikan kepada beliau, akhirnya beliau memutuskan begini saja kalau pembekuan dicabut, supaya PSSI aktif kembali, supaya kompetisi berjalan. Tapi syaratnya repormasi tetep berjalan. Butir-butir reformasi apa yang harus dibenahi, seperti masalah transparansi, dan semuanya yang jadi beban pikiran beliau," ungkap Agum.
"Tapi kemudian, harus ada pengkajian, harus ada segala macam. Saya jadi berpikir apakah perintahnya tidak jelas dari bapak Presiden. Apa telinga saya yang salah? Kalau memang telinga saya salah, saya harus ke THT (Telinga, Hidung, Tenggorokan). Tapi juga bersama-sama dengan pak JK, berarti kami berdua harus bersama-sama ke THT," sambung mantan Ketum PSSI periode 1999-2003 tersebut.
Agum yang saat itu meminta izin kepada Presiden Jokowi agar rencana pencabutan itu disampaikan langsung kepada FIFA yang sedang menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) di Zurich, Swiss, dan diperbolehkan oleh presiden, semakin terkejut dengan apa yang disampaikan staf kepresidenan. Yaitu adanya perbedaan informasi yang disampaikan Tim Komunikasi Kepresidenan, Sukardi Rinakuti, dan Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung.
"Tapi di luar kemudian, waduh kok jadi kesana kemari saya jadi kaget. Apalagi hari ini (Kamis malam) saya mendengar dari saudara Sukardi Rinakuti, kemudian Pramono Anum yang menyatakan, bahwa tidak benar apa yang disampaikan pak Agum. Jadi presiden menginginkan adanya pengkajian. Jadi kalau saya dikatakan tidak benar, berarti saya bohong. Sakitnya di sini, sakitnya di sini,"tutur Agum.
Agum pun menyampaikan, sebelum menggelar jumpa pers, dirinya mendapat kabar dari FIFA. Jika federasi sepak bola dunia itu menunggu informasi atau surat keputusan dicabutnya SK pembekuan PSSI oleh pemerintah. Jika SK itu tidak segera disampaikan, persoalan PSSI akan betul-betul di bawa dalam KLB FIFA. Namun Agum berharap, jika hal itu tidak betul-betul terjadi.
Sementara itu soal syarat KLB yang disampaikan Juru Bicara (Jubir) Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Gatot S. Dewa Broto, Agum mengakui jika hal itu memang sempat disampaikan Presiden Jokowi. Namun presiden sepakat, jika KLB harus digelar dengan mekanisme yang ada. Seperti diminta oleh 2/3 dari pemegang hak suara menginginkan KLB atau 50+1 dari seluruh anggota PSSI. Dan yang menyelenggarakan adalah PSSI.
Terkait kabar KLB yang diembuskan Gatot, Agum balik mempertanyakan apa yang disampaikan salah satu anggota Tim Transisi tersebut. Agum pun meminta Gatot untuk tidak memperkeruh situasi persepakbolaan Indonesia, dengan semua pernyataan-pernyataan yang menyesatkan. Karena jelas Agum, Gatot sendiri tidak ada dalam pertemuan antara Agum, Presiden Jokowi, Wapres Jusuf Kalla, dan Menpora.
"Ini beliau ini panglima apa? Atau penguasa apa? Tau engga KLB itu apa? Apa syarat KLB? Siapa yang menyelengarakan KLB? Tau engga beliau? Atau bukan beliau, tau engga Gatot. Gatot itu anak buah saya di Perhubungan dulu. Orangnya pintar bagus, bahkan saya ingin jagokan dia menjadi Menkominfo tadinya. Tapi kalau soal olahraga, nol. Itu saya kasih tau Anda-Anda semua. Jadi jangan terlalu banyak ngomong soal olahraga. Saya ingatkan pak Gatot, please bijak lah. Jangan menimbulkan polemik lagi," tegas Agum.
Atas kesimpangsiuran tersebut, Agum mempertanyakan, sebetulnya siapa yang berbohong. Dalam jumpa pers di kediamannya, Jalan Panglima Polim III, Jakarta, Kamis (25/2) malam, Agum membeberkan semua pembicaraan antara dirinya, Presiden Jokowi, Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla (JK), dan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi di Istana Negara, Jakarta, Rabu sore (24/2). Saat itu secara tegas, Presiden Jokowi meminta agar SK pembekuan PSSI segera dicabut.
Agum menerangkan, dalam pertemuan tersebut dirinya dan Wapres JK menyampaikan kepada Presiden Jokowi semua perkembangan terakhir terkait persepakbolaan Indonesia. Di mana juga disampaikan Agum, soal hasil positif yang dirinya bawa setelah bertemu dengan perwakilan AFC dan Komite Eksekutif (Exco) FIFA di Kuala Lumpur, Malaysia, 16 Februari lalu.
"Disitu setelah mendapat laporan dari kami pak JK dan harapan-harapan yang disampaikan kepada beliau, akhirnya beliau memutuskan begini saja kalau pembekuan dicabut, supaya PSSI aktif kembali, supaya kompetisi berjalan. Tapi syaratnya repormasi tetep berjalan. Butir-butir reformasi apa yang harus dibenahi, seperti masalah transparansi, dan semuanya yang jadi beban pikiran beliau," ungkap Agum.
"Tapi kemudian, harus ada pengkajian, harus ada segala macam. Saya jadi berpikir apakah perintahnya tidak jelas dari bapak Presiden. Apa telinga saya yang salah? Kalau memang telinga saya salah, saya harus ke THT (Telinga, Hidung, Tenggorokan). Tapi juga bersama-sama dengan pak JK, berarti kami berdua harus bersama-sama ke THT," sambung mantan Ketum PSSI periode 1999-2003 tersebut.
Agum yang saat itu meminta izin kepada Presiden Jokowi agar rencana pencabutan itu disampaikan langsung kepada FIFA yang sedang menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) di Zurich, Swiss, dan diperbolehkan oleh presiden, semakin terkejut dengan apa yang disampaikan staf kepresidenan. Yaitu adanya perbedaan informasi yang disampaikan Tim Komunikasi Kepresidenan, Sukardi Rinakuti, dan Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung.
"Tapi di luar kemudian, waduh kok jadi kesana kemari saya jadi kaget. Apalagi hari ini (Kamis malam) saya mendengar dari saudara Sukardi Rinakuti, kemudian Pramono Anum yang menyatakan, bahwa tidak benar apa yang disampaikan pak Agum. Jadi presiden menginginkan adanya pengkajian. Jadi kalau saya dikatakan tidak benar, berarti saya bohong. Sakitnya di sini, sakitnya di sini,"tutur Agum.
Agum pun menyampaikan, sebelum menggelar jumpa pers, dirinya mendapat kabar dari FIFA. Jika federasi sepak bola dunia itu menunggu informasi atau surat keputusan dicabutnya SK pembekuan PSSI oleh pemerintah. Jika SK itu tidak segera disampaikan, persoalan PSSI akan betul-betul di bawa dalam KLB FIFA. Namun Agum berharap, jika hal itu tidak betul-betul terjadi.
Sementara itu soal syarat KLB yang disampaikan Juru Bicara (Jubir) Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Gatot S. Dewa Broto, Agum mengakui jika hal itu memang sempat disampaikan Presiden Jokowi. Namun presiden sepakat, jika KLB harus digelar dengan mekanisme yang ada. Seperti diminta oleh 2/3 dari pemegang hak suara menginginkan KLB atau 50+1 dari seluruh anggota PSSI. Dan yang menyelenggarakan adalah PSSI.
Terkait kabar KLB yang diembuskan Gatot, Agum balik mempertanyakan apa yang disampaikan salah satu anggota Tim Transisi tersebut. Agum pun meminta Gatot untuk tidak memperkeruh situasi persepakbolaan Indonesia, dengan semua pernyataan-pernyataan yang menyesatkan. Karena jelas Agum, Gatot sendiri tidak ada dalam pertemuan antara Agum, Presiden Jokowi, Wapres Jusuf Kalla, dan Menpora.
"Ini beliau ini panglima apa? Atau penguasa apa? Tau engga KLB itu apa? Apa syarat KLB? Siapa yang menyelengarakan KLB? Tau engga beliau? Atau bukan beliau, tau engga Gatot. Gatot itu anak buah saya di Perhubungan dulu. Orangnya pintar bagus, bahkan saya ingin jagokan dia menjadi Menkominfo tadinya. Tapi kalau soal olahraga, nol. Itu saya kasih tau Anda-Anda semua. Jadi jangan terlalu banyak ngomong soal olahraga. Saya ingatkan pak Gatot, please bijak lah. Jangan menimbulkan polemik lagi," tegas Agum.
(aww)