Berpotensi Juara, Leicester Catat Sejarah Pendapatan
A
A
A
LEICESTER - Leicester City mencatat rekor lonjakan pendapatan terbesar klub di Liga Inggris. Sukses menjadi penguasa klasemen Liga Primer musim ini juga menjadi pemicu meroketnya laba tahunan klub yang mencapai 26,4 juta pounds (sekitar Rp492 miliar) sebelum pajak.
Hasil itu menunjukkan tahun keuangan yang paling sukses dalam sejarah klub. Sebab, tahun sebelumnya, jangankan laba, Leicester malah tekor 21 juta pounds (Rp390 miliar). Ini pertama kalinya dalam hampir satu dekade klub mencetak keuntungan. Sebagai perbandingan, antara tahun 2010 dan 2014, Leicester membuat akumulasi kerugian sebesar 107 juta pounds (Rp1,991 triliun).
Sukses itu terkait dengan semakin populernya klub besutan Claudio Ranieri setelah memuncaki klasemen Liga Primer musim ini. Leicester mengoleksi 57 poin, unggul tiga angka dari Tottenham Hotpur dan enam angka dari Arsenal. Dengan 10 pertandingan tersisa, Leicester berpeluang tampil di Liga Champions musim depan.
Pendapatan total The Foxes -julukan Leicester pada 2014/2015 naik lebih dari tiga kali senilai 104,4 juta pounds (Rp1,946 triliun) dari tahun sebelumnya 31,2 juta pounds (Rp581 miliar) setelah Leicester promosi di bulan Mei 2015.
Klub menginvestasikan 25 juta pounds (Rp465 miliar) dalam perekrutan pemain dengan beberapa pemain dikontrak jangka panjang, yang menyebabkan peningkatan biaya staf sebesar 57 juta pounds (Rp1,062 triliun) dari sebelumnya 20,7 juta pounds (Rp385 miliar). Kenaikan pengeluaran itu juga dipengaruhi jumlah skuat yang meningkat dari 42 pemain menjadi 52 pemain.
Sebagai buntut sukses Jamie Vardy dkk di lapangan, pendapatan dari tiket penonton juga meningkat. Sebanyak 98,5% dari kapasitas stadion mereka kerap terisi, dengan kehadiran rata-rata melonjak dari 25.003 menjadi 31.693 penonton.
Hasil itu menunjukkan tahun keuangan yang paling sukses dalam sejarah klub. Sebab, tahun sebelumnya, jangankan laba, Leicester malah tekor 21 juta pounds (Rp390 miliar). Ini pertama kalinya dalam hampir satu dekade klub mencetak keuntungan. Sebagai perbandingan, antara tahun 2010 dan 2014, Leicester membuat akumulasi kerugian sebesar 107 juta pounds (Rp1,991 triliun).
Sukses itu terkait dengan semakin populernya klub besutan Claudio Ranieri setelah memuncaki klasemen Liga Primer musim ini. Leicester mengoleksi 57 poin, unggul tiga angka dari Tottenham Hotpur dan enam angka dari Arsenal. Dengan 10 pertandingan tersisa, Leicester berpeluang tampil di Liga Champions musim depan.
Pendapatan total The Foxes -julukan Leicester pada 2014/2015 naik lebih dari tiga kali senilai 104,4 juta pounds (Rp1,946 triliun) dari tahun sebelumnya 31,2 juta pounds (Rp581 miliar) setelah Leicester promosi di bulan Mei 2015.
Klub menginvestasikan 25 juta pounds (Rp465 miliar) dalam perekrutan pemain dengan beberapa pemain dikontrak jangka panjang, yang menyebabkan peningkatan biaya staf sebesar 57 juta pounds (Rp1,062 triliun) dari sebelumnya 20,7 juta pounds (Rp385 miliar). Kenaikan pengeluaran itu juga dipengaruhi jumlah skuat yang meningkat dari 42 pemain menjadi 52 pemain.
Sebagai buntut sukses Jamie Vardy dkk di lapangan, pendapatan dari tiket penonton juga meningkat. Sebanyak 98,5% dari kapasitas stadion mereka kerap terisi, dengan kehadiran rata-rata melonjak dari 25.003 menjadi 31.693 penonton.
(sha)