Kremlin Sesalkan Kasus Doping Maria Sharapova

Kamis, 10 Maret 2016 - 01:00 WIB
Kremlin Sesalkan Kasus...
Kremlin Sesalkan Kasus Doping Maria Sharapova
A A A
MOSCOW - Kremlin melalui juru bicaranya Dmitry Peskov mengatakan pemerintah Rusia menyesali kasus penggunaan meldonium oleh Maria Sharapova. Namun mereka membantah kasus Sharapova merefleksikan semua cabang olah raga Negeri Beruang Merah terkesan 'kotor'.

"Tentu saja Kremlin tahu soal ini. Kementerian olah raga memberi kami informasi ini," ucap Peskov dilansir Yahoo Sport, Rabu (9/3/2016).

"Kami sangat menyesal atas kasus ini. Akan tetapi di saat bersamaan kasus ini tidak harus diproyeksikan ke semua cabang olah raga Rusia. Situasinya tidak harus demikian dengan menjadikan olah raga Rusia berada di belakangnya, prestasi yang sudah luar biasa dicapai atlet kami. Kita sedang bicara soal atlet individu, ini kasus individu," tegasnya.

Sharapova memberi pengakuan mengejutkan di mana ia positif menggunakan Meldonium. Dengan alasan tidak tahu, ia menggunakan obat penghilang rasa sakit yang notabenenya sudah ditetapkan sebagai zat terlarang oleh Badan Anti-Doping Dunia (WADA) sejak tahun lalu.

Di Rusia sendiri, bukan hanya Sharapova yang terjerat Meldonium. Pemain voli Alexander Markin, juara seluncur Pavel Kulizhnikov, serta juara lari trek pendek Semen Yelistratov juga positif menggunakan Meldonium. Jumlah makin bertambah setelah juara olimpiade seluncur Ekaterina Bobrova, Dmitri Soloviev dan atlet sepeda Eduard Varganov juga positif meneggaknya.

Menanggapi hal tersebut, Peskov menilai semua atlet jelas punya alasan yang sama seperti Sharapova. Ia juga meminta agar kasus olah raga yang sedang panas ini tak dikaitkan dengan kepentingan politik.

"Kami yakin semua caranya sama seperti saat ini. Sama seperti sebelumnya, kami yakin dan konsisten terobosan olahraga harus jauh dari politik," imbuhnya.

"Upaya untuk mempolitisir olahraga, untuk membuat olahraga menjadi instrumen politik dan mencapai beberapa tujuan yang jelas juga merusak olahraga internasional tidak bisa diterima dan tak bisa dimaafkan," pungkasnya.
(sha)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1198 seconds (0.1#10.140)