Sriwijaya FC Kecewa Wasit Tim Transisi Tidak Adil
A
A
A
SAMARINDA - Sriwijaya FC (SFC) menuding wasit sebagai biang kerok kekalahan dari Arema Cronus dengan skor 3-1 pada perebutan tempat ketiga Piala Gubernur Kaltim. Wasit Kasman asal Makassar dinilai tidak adil memimpin pertandingan Laskar Wong Kito kontra Singo Edan.di Stadion Segiri, Samarinda, Minggu (13/3).
"Kita sudah menguasai permainan terlihat jelas di babak pertama dan kita unggul satu gol serta beberapa kali hampir menambah angka. Semua permainan berubah setelah wasit mengusir Thierry Gathuessi di babak kedua,” kata Asisten Pelatih Sriwijaya FC Hartono Ruslan.
Hartono menilai, keputusan wasit memberi Thierry Gathuessi kartu merah harus dipertanyakan. Saat babak kedua Thierry lah yang awalnya didorong Lopicic dan kembali di balas oleh anak asuhnya tersebut. Hartono kesal kenapa hal itu sampai berbuah kartu merah dan kenapa hanya anak asuhnya saja yang diperlakukan tidak adil.
"Dan jika harus dikeluarkan tentu mestinya keduanya. Apabila tidak pasti hasilnya berbeda kita yang menang. Ini bukan tidak mau menerima kekalahan!, tetapi kepemimpinan wasit. Kita kalah karena faktor nonteknis,"tegasnya.
Kekecewaan serupa juga dituturkan Sekretaris Tim SFC Achmad Haris mengatakan, panitia pelaksana sangat baik menjalankan turnamen. Hanya saja kepemimpinan wasit Tim Transisi yang buruk. "Selama turnamen kami sudah mendapatkan pelayanan maksimal dari panpel. Namun kualitas buruk dari wasit asal Tim Transisi mencorengnya," keluh Haris.
Dari catatan manajemen Sriwijaya FC ada banyak kerugian besar yang dialami tim selama turnamen. Sebagai catatan, sewaktu melawan Madura United saat Firman Utina dilanggar dengan keras dan sampai saat ini tidak bisa beraktifitas dengan normal lawan tidak diberikan wasit sanksi.
"Kemudian di babak semifinal melawan Surabaya United, pemain kami dipukul hingga lebam juga luput dari wasit dan saat itu surat protes resmi sudah kami sampaikan ke panpel, tapi ternyata tidak ada perbaikan nyata dari wasit Tim Transisi," bebernya.
Selanjutnya Di pertandingan Sriwijaya FC versus Arema Cronus, wasit diakuinya membuat keputusan fatal saat mengesahkan gol kedua Singo Edan. Menurut Haris gol pertama yang lahir dari tendangan bebas bukan juga karena kesalahan SFC hingga wasit memberikan tendangan bebas dari jarak dekat tersebut.
"Namun yang paling nyata saat gol kedua. Bola yang sudah di kiper SFC namun mendapat gangguan dari pemain lawan, di aturan penjaga gawang tidak boleh disentuh apalagi didorong. Makanya kita telah melayangkan surat protes kepada wasit, awalnya semua pemain ingin walk out, tetapi kami melarang itu bukan sikap kesatria,"ungkapnya.
"Kita sudah menguasai permainan terlihat jelas di babak pertama dan kita unggul satu gol serta beberapa kali hampir menambah angka. Semua permainan berubah setelah wasit mengusir Thierry Gathuessi di babak kedua,” kata Asisten Pelatih Sriwijaya FC Hartono Ruslan.
Hartono menilai, keputusan wasit memberi Thierry Gathuessi kartu merah harus dipertanyakan. Saat babak kedua Thierry lah yang awalnya didorong Lopicic dan kembali di balas oleh anak asuhnya tersebut. Hartono kesal kenapa hal itu sampai berbuah kartu merah dan kenapa hanya anak asuhnya saja yang diperlakukan tidak adil.
"Dan jika harus dikeluarkan tentu mestinya keduanya. Apabila tidak pasti hasilnya berbeda kita yang menang. Ini bukan tidak mau menerima kekalahan!, tetapi kepemimpinan wasit. Kita kalah karena faktor nonteknis,"tegasnya.
Kekecewaan serupa juga dituturkan Sekretaris Tim SFC Achmad Haris mengatakan, panitia pelaksana sangat baik menjalankan turnamen. Hanya saja kepemimpinan wasit Tim Transisi yang buruk. "Selama turnamen kami sudah mendapatkan pelayanan maksimal dari panpel. Namun kualitas buruk dari wasit asal Tim Transisi mencorengnya," keluh Haris.
Dari catatan manajemen Sriwijaya FC ada banyak kerugian besar yang dialami tim selama turnamen. Sebagai catatan, sewaktu melawan Madura United saat Firman Utina dilanggar dengan keras dan sampai saat ini tidak bisa beraktifitas dengan normal lawan tidak diberikan wasit sanksi.
"Kemudian di babak semifinal melawan Surabaya United, pemain kami dipukul hingga lebam juga luput dari wasit dan saat itu surat protes resmi sudah kami sampaikan ke panpel, tapi ternyata tidak ada perbaikan nyata dari wasit Tim Transisi," bebernya.
Selanjutnya Di pertandingan Sriwijaya FC versus Arema Cronus, wasit diakuinya membuat keputusan fatal saat mengesahkan gol kedua Singo Edan. Menurut Haris gol pertama yang lahir dari tendangan bebas bukan juga karena kesalahan SFC hingga wasit memberikan tendangan bebas dari jarak dekat tersebut.
"Namun yang paling nyata saat gol kedua. Bola yang sudah di kiper SFC namun mendapat gangguan dari pemain lawan, di aturan penjaga gawang tidak boleh disentuh apalagi didorong. Makanya kita telah melayangkan surat protes kepada wasit, awalnya semua pemain ingin walk out, tetapi kami melarang itu bukan sikap kesatria,"ungkapnya.
(aww)