Sikap Rendah Hati Valentino Rossi buat Luca Cadalora Terkesima
A
A
A
MILAN - Sikap rendah hati dan ingin terus belajar dari kesalahan yang selalu ditunjukkan Valentino Rossi jadi salah satu alasan Luca Cadalora menerima pinangan masuk ke tim pribadinya di musim ini. Bahkan selama beberapa bulan bermitra dengan The Doctor, legenda asal Italia ini baru menyadari kharisma juniornya di ajang bergengsi MotoGP.
Pertemanan Cadalora dengan Rossi terjadi di tahun lalu. Saat itu kedua pembalap kuda besi ini saling menunjukkan kebolehannya dalam mengendarai motor di Sirkuit Misano. Juara tiga kali di dua kelas berbeda (125cc dan 250cc) bercerita setelah unjuk gigi di lintasan, dirinya dan mantan kekasih Linda Morselli mulai berbicara tentang motor dan dunia balap.
Dikatakan lagi, saat itulah Rossi tertarik meminang dirinya untuk masuk dalam timnya sebagai pelatih. Ajakan itu jelas membuatnya terkejut, namun ia baru menyadari bahwa selama ini pemilik nomor 46 itu selalu ingin belajar setiap ada perubahan. Apalagi jika itu menyangkut YZR M1 miliknya.
"Saya menerima pinangan Rossi, dengan catatan jika ini bisa bermanfaat bagi kedua belah pihak. Kalau dia menjawab tidak kemungkinan saya akan memilih untuk tetap berada di rumah dan bekerja di garasi saya. Tapi Valentino selalu membuat kejutan dan sangat sulit untuk memahami karakternya dari luar. Dia adalah pembalap yang lebih baik dari saya dan ia kuat di mana saya mempunyai titik lemah," ungkap Cadalora seperti dikutip Cycleworld, Jumat (29/4/2016).
"Saya setuju dengan Vale ketika ia mengatakan bahwa itu kesalahan untuk percaya bahwa Anda tahu segalanya. Kuncinya adalah untuk menjadi terbuka dan belajar hal-hal baru dan mencoba solusi baru. Saya tidak memberikan saran, kita berbicara, kita bertukar pikiran. Dan penting juga bagaimana Anda berbicara dengan pengendara. Ketika saya berpacu, saya tidak mendengarkan semua orang. Selain itu, Rossi memiliki sifat murah hati dan selalu memberikan segala sesuatu dengan baik meskipun set-up motor kurang baik. Sebaliknya, saya selalu meminta motor yang sempurna. Sekarang dia sudah berhasil merebut gelar juara dunia sembilan kali dari 113 kemenangan, namun ia tetap mempunyai sikap rendah hati dan selalu mempertanyakan dirinya. Sejauh ini saya mengerti alasan mengapa ia masih ingin menang meskipun usianya sudah 37 tahun," tutup Cadalora.
Sekadar informasi, Rossi akhir pekan lalu baru saja mencetak sejarah menyusul keberhasilannya meraih podium pertama di Jerez. Dibilang prestasi, karena ia mendambakan menjadi juara di tanah Spanyol itu sejak 2009 lalu.
Tak heran ketika menyentuh garis finis pertama, pembalap Italia itu terlihat emosional sekali. Rossi pun menunjuk kalau cerita sukses bisa dituliskan di buku sejarah kariernya tak lepas dari tangan dingin Luca Cadalora.
Ketika disinggung mengenai persaingan di musim ini, Cadalora mengaku sulit untuk membuat jawaban karena ada banyak variabel. Namun jika melihat Rossi tidak ada yang mustahil.
"Ini adalah musim yang menarik dan kejuaraan sangat seimbang. Ada banyak variabel, tapi mengetahui Valentino, tidak ada yang mustahil. Lihatlah posisi pole dan kemenangan di Jerez, itu adalah akhir pekan yang sempurna."
Pertemanan Cadalora dengan Rossi terjadi di tahun lalu. Saat itu kedua pembalap kuda besi ini saling menunjukkan kebolehannya dalam mengendarai motor di Sirkuit Misano. Juara tiga kali di dua kelas berbeda (125cc dan 250cc) bercerita setelah unjuk gigi di lintasan, dirinya dan mantan kekasih Linda Morselli mulai berbicara tentang motor dan dunia balap.
Dikatakan lagi, saat itulah Rossi tertarik meminang dirinya untuk masuk dalam timnya sebagai pelatih. Ajakan itu jelas membuatnya terkejut, namun ia baru menyadari bahwa selama ini pemilik nomor 46 itu selalu ingin belajar setiap ada perubahan. Apalagi jika itu menyangkut YZR M1 miliknya.
"Saya menerima pinangan Rossi, dengan catatan jika ini bisa bermanfaat bagi kedua belah pihak. Kalau dia menjawab tidak kemungkinan saya akan memilih untuk tetap berada di rumah dan bekerja di garasi saya. Tapi Valentino selalu membuat kejutan dan sangat sulit untuk memahami karakternya dari luar. Dia adalah pembalap yang lebih baik dari saya dan ia kuat di mana saya mempunyai titik lemah," ungkap Cadalora seperti dikutip Cycleworld, Jumat (29/4/2016).
"Saya setuju dengan Vale ketika ia mengatakan bahwa itu kesalahan untuk percaya bahwa Anda tahu segalanya. Kuncinya adalah untuk menjadi terbuka dan belajar hal-hal baru dan mencoba solusi baru. Saya tidak memberikan saran, kita berbicara, kita bertukar pikiran. Dan penting juga bagaimana Anda berbicara dengan pengendara. Ketika saya berpacu, saya tidak mendengarkan semua orang. Selain itu, Rossi memiliki sifat murah hati dan selalu memberikan segala sesuatu dengan baik meskipun set-up motor kurang baik. Sebaliknya, saya selalu meminta motor yang sempurna. Sekarang dia sudah berhasil merebut gelar juara dunia sembilan kali dari 113 kemenangan, namun ia tetap mempunyai sikap rendah hati dan selalu mempertanyakan dirinya. Sejauh ini saya mengerti alasan mengapa ia masih ingin menang meskipun usianya sudah 37 tahun," tutup Cadalora.
Sekadar informasi, Rossi akhir pekan lalu baru saja mencetak sejarah menyusul keberhasilannya meraih podium pertama di Jerez. Dibilang prestasi, karena ia mendambakan menjadi juara di tanah Spanyol itu sejak 2009 lalu.
Tak heran ketika menyentuh garis finis pertama, pembalap Italia itu terlihat emosional sekali. Rossi pun menunjuk kalau cerita sukses bisa dituliskan di buku sejarah kariernya tak lepas dari tangan dingin Luca Cadalora.
Ketika disinggung mengenai persaingan di musim ini, Cadalora mengaku sulit untuk membuat jawaban karena ada banyak variabel. Namun jika melihat Rossi tidak ada yang mustahil.
"Ini adalah musim yang menarik dan kejuaraan sangat seimbang. Ada banyak variabel, tapi mengetahui Valentino, tidak ada yang mustahil. Lihatlah posisi pole dan kemenangan di Jerez, itu adalah akhir pekan yang sempurna."
(mir)