Enggak Punya Jenderal Jadi Penyebab Performa Persib Anjlok
A
A
A
BANDUNG - Tidak memiliki jenderal di semua lini jadi penyebab anjloknya performa Persib Bandung dalam beberapa laga Indonesia Soccer Championship (ISC). Setidaknya itu adalah kesimpulan yang disampaikan pelatih Djadjang Nurdjaman menyoal tiga kekalahan beruntun yang dialami Maung Bandung.
Setelah sebelumnya digebuk 0-3 oleh Sriwijaya FC, Pangeran Biru juga tak berdaya saat melawat ke kandang Bali United. Kekalahan 0-1 dari tim Kota Dewata ternyata berlanjut saat Persib bertandang ke markas Madura United dan kekalahan 1-2 harus mereka terima.
Salah satu yang menonjol dari permainan Persib dalam beberapa laga terakhir adalah seringnya pemain dilanda kepanikan. Hal itu berujung pada kesalahan elementer yang justru menguntungkan bagi lawan.
Tidak ada sosok jenderal di setiap lini disinyalir jadi salah satu penyebab seringnya skuad Persib berada dalam kepanikan. "Ada juga pengaruh karena itu (tidak ada jenderal di setiap lini)," kata Djanur di Stadion Persib, Kota Bandung, Senin (10/10/2016).
Seorang jenderal di setiap lini jelas berpengaruh untuk performa tim. Di lini belakang misalnya, tak ada sosok yang jadi motivator dan penenang bagi pemain lain membuat pertahanan kadang menjadi keropos.
Tak jarang, serangan lawan justru dihentikan buru-buru yang berbuah tendangan penalti maupun tendangan bebas di area pertahanan. Bahkan sesekali pelanggaran akibat panik itu juga berujung pada hadiah kartu kuning.
"Sekarang enggak ada pemain yang begitu. Sekarang siapa coba pemainnya (yang bisa menjadi jenderal di setiap lini)," cetusnya.
Apa yang jadi penyebab seringnya pemain Persib panik saat diserang lawan? Jawabannya adalah faktor mental dan kematangan bermain. Ia mencontohkan dua pemain di lini belakang yaitu Yanto Basna dan Jajang Sukmara. Mereka masih belum stabil saat menggalang pertahanan.
"Basna wajar sebagai pemain muda belum matang. Dia segala sesuatunya oke, tapi masih belum matang. Sehingga kadang main bagus, kadang enggak. Jajang juga walaupun harusnya sudah matang, tapi belum matang," jelasnya.
Hal serupa juga terjadi di lini tengah dan depan. Pemainnya sering buru-buru dalam melakukan serangan. Alhasil, serangan yang dilakukan banyak terbuang percuma.
Meski begitu, Djanur berusaha akan membenahi berbagai kekurangan yang ada. Ia pelan-pelan akan menempa skuadnya agar memiliki jenderal di setiap lini. Minimal, para pemain memiliki ketenangan dalam mengawal pertahanan dan melakukan penyerangan.
Setelah sebelumnya digebuk 0-3 oleh Sriwijaya FC, Pangeran Biru juga tak berdaya saat melawat ke kandang Bali United. Kekalahan 0-1 dari tim Kota Dewata ternyata berlanjut saat Persib bertandang ke markas Madura United dan kekalahan 1-2 harus mereka terima.
Salah satu yang menonjol dari permainan Persib dalam beberapa laga terakhir adalah seringnya pemain dilanda kepanikan. Hal itu berujung pada kesalahan elementer yang justru menguntungkan bagi lawan.
Tidak ada sosok jenderal di setiap lini disinyalir jadi salah satu penyebab seringnya skuad Persib berada dalam kepanikan. "Ada juga pengaruh karena itu (tidak ada jenderal di setiap lini)," kata Djanur di Stadion Persib, Kota Bandung, Senin (10/10/2016).
Seorang jenderal di setiap lini jelas berpengaruh untuk performa tim. Di lini belakang misalnya, tak ada sosok yang jadi motivator dan penenang bagi pemain lain membuat pertahanan kadang menjadi keropos.
Tak jarang, serangan lawan justru dihentikan buru-buru yang berbuah tendangan penalti maupun tendangan bebas di area pertahanan. Bahkan sesekali pelanggaran akibat panik itu juga berujung pada hadiah kartu kuning.
"Sekarang enggak ada pemain yang begitu. Sekarang siapa coba pemainnya (yang bisa menjadi jenderal di setiap lini)," cetusnya.
Apa yang jadi penyebab seringnya pemain Persib panik saat diserang lawan? Jawabannya adalah faktor mental dan kematangan bermain. Ia mencontohkan dua pemain di lini belakang yaitu Yanto Basna dan Jajang Sukmara. Mereka masih belum stabil saat menggalang pertahanan.
"Basna wajar sebagai pemain muda belum matang. Dia segala sesuatunya oke, tapi masih belum matang. Sehingga kadang main bagus, kadang enggak. Jajang juga walaupun harusnya sudah matang, tapi belum matang," jelasnya.
Hal serupa juga terjadi di lini tengah dan depan. Pemainnya sering buru-buru dalam melakukan serangan. Alhasil, serangan yang dilakukan banyak terbuang percuma.
Meski begitu, Djanur berusaha akan membenahi berbagai kekurangan yang ada. Ia pelan-pelan akan menempa skuadnya agar memiliki jenderal di setiap lini. Minimal, para pemain memiliki ketenangan dalam mengawal pertahanan dan melakukan penyerangan.
(bbk)