Leicester City Dekati Zona Degradasi, Ranieri Berlakukan Situasi Darurat
A
A
A
LONDON - Pelatih Leicester City, Claudio Ranieri, memberlakukan situasi darurat. The Tinkerman ingin armadanya segera bertindak agar The Foxes tidak terjerembab ke zona degradasi.
Sejak era Liga Primer bergulir pada 1992/1993, belum pernah ada tim juara yang turun kasta pada musim berikutnya. Meski gagal mempertahankan gelar, mereka setidaknya terhindar dari degradasi.
Dan, Leicester berpotensi jadi tim pertama yang merasakannya. Setelah bikin sejarah dengan merajai Inggris untuk pertama kalinya pada musim lalu, Pasukan Rubah kini terancam turun ke Championships.
Itu bisa saja terjadi karena Leicester saat ini terdampar di posisi 14 klasemen sementara dengan 12 angka. Akibat kekalahan 1-2 dari Watford, Jamie Vardy dkk sekarang terpaut dua angka dari zona merah.
“Kami begitu dekat dengan zona degradasi. Karena itu kami harus segera bereaksi. Saya sudah prediksi kami akan mengalami kesulitan (pada musim ini), tapi saya tidak mengira separah ini. Semula saya berpikir kami bisa meraih lebih banyak angka,” ucap Ranieri, dilansir skysport.
Leicester kini tidak lagi bermimpi mempertahankan gelar. Dengan tertinggal 16 angka dari Chelsea selaku pemimpin klasemen, Leicester sudah tersingkir dari persaingan. Prioritas mereka kini berusaha agar terus meramaikan Liga Primer pada musim depan.
“Cemas? Tidak terlalu. Tapi, musim lalu saya selalu mengawasi apa yang ada di belakang saya. Musim ini juga saya selalu memantau apa yang terjadi di belakang saya,” sambung arsitek asal Italia itu.
Ini bukan pertama kalinya Leicester menghadapi masalah rumit. Setelah mendapat promosi, Leicester terseok-seok pada musim 2014/2015. Kondisi saat itu bahkan lebih buruk ketimbang sekarang.
Leicester pernah anjlok ke posisi 20 pada pekan ke-13 sampai pekan ke-31. Mereka sempat diyakini bakal terdegradasi. Tapi, Leicester mampu meraih banyak angka dan akhirnya merebut posisi 14.
“Kondisi ini masih normal setelah tim seperti Leicester memenangi Liga Primer. Sekarang, kami harus tetap kompak dan bersatu. Kami harus terus bekerja keras. Karena itu satu-satunya obat untuk menyembuhkan penyakit ini,” pungkas Ranieri.
Sejak era Liga Primer bergulir pada 1992/1993, belum pernah ada tim juara yang turun kasta pada musim berikutnya. Meski gagal mempertahankan gelar, mereka setidaknya terhindar dari degradasi.
Dan, Leicester berpotensi jadi tim pertama yang merasakannya. Setelah bikin sejarah dengan merajai Inggris untuk pertama kalinya pada musim lalu, Pasukan Rubah kini terancam turun ke Championships.
Itu bisa saja terjadi karena Leicester saat ini terdampar di posisi 14 klasemen sementara dengan 12 angka. Akibat kekalahan 1-2 dari Watford, Jamie Vardy dkk sekarang terpaut dua angka dari zona merah.
“Kami begitu dekat dengan zona degradasi. Karena itu kami harus segera bereaksi. Saya sudah prediksi kami akan mengalami kesulitan (pada musim ini), tapi saya tidak mengira separah ini. Semula saya berpikir kami bisa meraih lebih banyak angka,” ucap Ranieri, dilansir skysport.
Leicester kini tidak lagi bermimpi mempertahankan gelar. Dengan tertinggal 16 angka dari Chelsea selaku pemimpin klasemen, Leicester sudah tersingkir dari persaingan. Prioritas mereka kini berusaha agar terus meramaikan Liga Primer pada musim depan.
“Cemas? Tidak terlalu. Tapi, musim lalu saya selalu mengawasi apa yang ada di belakang saya. Musim ini juga saya selalu memantau apa yang terjadi di belakang saya,” sambung arsitek asal Italia itu.
Ini bukan pertama kalinya Leicester menghadapi masalah rumit. Setelah mendapat promosi, Leicester terseok-seok pada musim 2014/2015. Kondisi saat itu bahkan lebih buruk ketimbang sekarang.
Leicester pernah anjlok ke posisi 20 pada pekan ke-13 sampai pekan ke-31. Mereka sempat diyakini bakal terdegradasi. Tapi, Leicester mampu meraih banyak angka dan akhirnya merebut posisi 14.
“Kondisi ini masih normal setelah tim seperti Leicester memenangi Liga Primer. Sekarang, kami harus tetap kompak dan bersatu. Kami harus terus bekerja keras. Karena itu satu-satunya obat untuk menyembuhkan penyakit ini,” pungkas Ranieri.
(mir)