Revolusi Hijau Ala Aji Santoso Bikin Cemas Aremania
A
A
A
KOTA BATU - Arema FC mengalami perubahan besar jelang musim kompetisi 2017. Jika pada era Milomir Seslija lebih diwarnai kedatangan pemain-pemain matang dan berpengalaman, era Aji Santoso menghadirkan nuansa yang berbeda.
Sejak ditunjuk sebagai pelatih pada Desember 2016 lalu, Aji Santoso memperkenalkan konsep anyar dan terlihat jelas dari transfer pemain. Aji terlihat lebih menyukai skuat muda dibanding memboyong pemain yang sudah jadi.
Sebut saja Adam Alis, Bagas Adi Nugroho, Hanif Sjahbandi, Ibnu Adam, Dwi Kuswanto, serta Muhammad Rafly. Arema juga sempat nyaris mendatangkan bek belia Yanto Basna, sebelum akhirnya kontrak dibatalkan.
Di sisi lain, Arema harus rela melepas pemain-pemain senior macam Hamka Hamzah, Raphael Maitimo, Juan Revi, serta Kadek Wardana. Itu belum termasuk pemain asing musim lalu seperti Goran Gancev dan Nick Kalmar yang tak lagi terpakai.
Konsep yang diperkenalkan Aji Santoso menghadirkan dua sisi berbeda, yakni terkait pandangan suporter Aremania. Sebagian dari mereka melihat transfer musim ini kurang meyakinkan atau kurang mengakomodir ambisi Singo Edan.
Pemain-pemain muda yang berdatangan ke tim Arema membuat sebagian suporter was-was tim kesayangannya tidak akan kompetitif. Namun di sisi lain, sebagian supporter memandang visi Aji Santoso sangat positif untuk regenerasi.
Golongan ini menilai Arema memiliki potensi untuk mengorbitkan pemain-pemain muda untuk menjadi bintang. Seperti yang pernah dilakukan tim berlogo kepala singa pada musim 2009-2010 ketika mengangkat trofi Indonesi Super League (ISL).
Menyikapi perbedaan pandangan itu, Aji Santoso kelihatan tidak begitu risau menjalankan konsepnya. Dia menilai bahwa pemain-pemain muda yang direkrutnya memiliki keistimewaan yang selama ini belum diketahui secara luas.
Meski usia mereka masih belia dan terlihat hijau, pelatih asal Kepanjen, Malang, ini percaya kemampuannya sudah sangat mumpuni untuk kompetisi level tertinggi. "Saya tidak meragukan pemain-pemain yang bergabung. Mereka punya spesialisasi yang layak diandalkan," ujar Aji Santoso.
Dia paham benar bahwa visinya akan membuat sebagian Aremania kurang yakin dengan daya kompetisi tim di musim mendatang. Kendati demikian, dirinya tidak menyalahkan pendapat seperti itu dan malah tertantang untuk membuktikan potensi timnya.
Memang, Aji sebenarnya tidak ingin pemain-pemain senior untuk meninggalkan Malang. Namun dia mengakui itu di luar kemampuannya untuk mempertahankan mereka. Toh, legenda Arema Malang ini merasa masih memiliki pemain-pemain senior yang mumpuni.
Cristian Gonzales, Esteban Vizcarra, Hendro Siswanto, Ahmad Burtomi, Johan Alfarizie, Benny Wahyudi, disebutnya akan menjadi bagian penting Singo Edan. Dia bakal memadukan pengalaman mereka dengan tenaga-tenaga muda yang didatangkan musim ini.
"Tidak ada pelatih yang tak ingin timnya kompetitif. Termasuk saya, berupaya keras menjaga keseimbangan tim dan saya melihat kondisi di Arema masih sangat normal. Transfer pemain muda juga bukan persoalan sejauh kualitas mereka bagus," beber dia.
Konsep seperti itu ternyata mendapat sokongan penuh dari manajemen Arema. General Manager Arema FC Ruddy Widodo juga sepakat bahwa sudah waktunya Arema kembali mengorbitkan pemain-pemain muda untuk menjadi bintang.
"Kami tidak harus selalu melakukan transfer pemain-pemain yang sudah menjadi bintang. Di sisi lain kami juga membawa tanggungjawab untuk mengorbitkan pemain muda, karena seperti itulah konsep Arema sejak dulu," tutur Ruddy Widodo.
Sejak ditunjuk sebagai pelatih pada Desember 2016 lalu, Aji Santoso memperkenalkan konsep anyar dan terlihat jelas dari transfer pemain. Aji terlihat lebih menyukai skuat muda dibanding memboyong pemain yang sudah jadi.
Sebut saja Adam Alis, Bagas Adi Nugroho, Hanif Sjahbandi, Ibnu Adam, Dwi Kuswanto, serta Muhammad Rafly. Arema juga sempat nyaris mendatangkan bek belia Yanto Basna, sebelum akhirnya kontrak dibatalkan.
Di sisi lain, Arema harus rela melepas pemain-pemain senior macam Hamka Hamzah, Raphael Maitimo, Juan Revi, serta Kadek Wardana. Itu belum termasuk pemain asing musim lalu seperti Goran Gancev dan Nick Kalmar yang tak lagi terpakai.
Konsep yang diperkenalkan Aji Santoso menghadirkan dua sisi berbeda, yakni terkait pandangan suporter Aremania. Sebagian dari mereka melihat transfer musim ini kurang meyakinkan atau kurang mengakomodir ambisi Singo Edan.
Pemain-pemain muda yang berdatangan ke tim Arema membuat sebagian suporter was-was tim kesayangannya tidak akan kompetitif. Namun di sisi lain, sebagian supporter memandang visi Aji Santoso sangat positif untuk regenerasi.
Golongan ini menilai Arema memiliki potensi untuk mengorbitkan pemain-pemain muda untuk menjadi bintang. Seperti yang pernah dilakukan tim berlogo kepala singa pada musim 2009-2010 ketika mengangkat trofi Indonesi Super League (ISL).
Menyikapi perbedaan pandangan itu, Aji Santoso kelihatan tidak begitu risau menjalankan konsepnya. Dia menilai bahwa pemain-pemain muda yang direkrutnya memiliki keistimewaan yang selama ini belum diketahui secara luas.
Meski usia mereka masih belia dan terlihat hijau, pelatih asal Kepanjen, Malang, ini percaya kemampuannya sudah sangat mumpuni untuk kompetisi level tertinggi. "Saya tidak meragukan pemain-pemain yang bergabung. Mereka punya spesialisasi yang layak diandalkan," ujar Aji Santoso.
Dia paham benar bahwa visinya akan membuat sebagian Aremania kurang yakin dengan daya kompetisi tim di musim mendatang. Kendati demikian, dirinya tidak menyalahkan pendapat seperti itu dan malah tertantang untuk membuktikan potensi timnya.
Memang, Aji sebenarnya tidak ingin pemain-pemain senior untuk meninggalkan Malang. Namun dia mengakui itu di luar kemampuannya untuk mempertahankan mereka. Toh, legenda Arema Malang ini merasa masih memiliki pemain-pemain senior yang mumpuni.
Cristian Gonzales, Esteban Vizcarra, Hendro Siswanto, Ahmad Burtomi, Johan Alfarizie, Benny Wahyudi, disebutnya akan menjadi bagian penting Singo Edan. Dia bakal memadukan pengalaman mereka dengan tenaga-tenaga muda yang didatangkan musim ini.
"Tidak ada pelatih yang tak ingin timnya kompetitif. Termasuk saya, berupaya keras menjaga keseimbangan tim dan saya melihat kondisi di Arema masih sangat normal. Transfer pemain muda juga bukan persoalan sejauh kualitas mereka bagus," beber dia.
Konsep seperti itu ternyata mendapat sokongan penuh dari manajemen Arema. General Manager Arema FC Ruddy Widodo juga sepakat bahwa sudah waktunya Arema kembali mengorbitkan pemain-pemain muda untuk menjadi bintang.
"Kami tidak harus selalu melakukan transfer pemain-pemain yang sudah menjadi bintang. Di sisi lain kami juga membawa tanggungjawab untuk mengorbitkan pemain muda, karena seperti itulah konsep Arema sejak dulu," tutur Ruddy Widodo.
(sha)