Gelar Dicopot, Eks Pembalap MotoGP Marah-marah di ARRC Thailand
A
A
A
BURIRAM - Mantan pembalap MotoGP, kelas 250cc dan Moto2, Anthony West, telah resmi didiskualifikasi pada Race 1 dan 2 seri kedua ARRC 2017 di Sirkuit Buriram, Thailand akhir pekan lalu. Pemenang ketiga Race 1 dan pertama Race 2 itu terbukti melakukan pelanggaran teknis. Hanya saja, tak disebutkan secara detail apa pelanggaran teknis yang dilakukan West. Namun, pernyataan resmi dari ARRC memastikan, bahwa nama sang pembalap didiskualifikasi dari dua balapan di kelas SuperSports 600cc.
Dengan demikian, maka pemenang Race 2 adalah pembalap Manual Tech Kawasaki Racing asal Malaysia, Azlan Shah. Selain itu, juga ada perubahan pada posisi finis wakil Indonesia, Ahmad Yudhistira (Manuel Tech Kawasaki Racing) dan Irfan Ardiansyah (Astra Honda Racing Team), pada dua balapan kelas SS600 ARRC Thailand 2017.
Yudhistira yang finis keempat menjadi naik di posisi ketiga pada Race 1, dan Irfan finis ketujuh. Kemudian, pada Race 2, Yudhistira menjadi finis keempat dan Irfan naik untuk menempati posisi finis ke-14. Dengan hasil ini, Yudhistira kini berada di peringkat keempat (51 poin) dalam klasemen sementara. Irfan di peringkat ketujuh (35 poin). Seri ketiga ARRC akan digelar di Sirkuit Suzuka, Jepang pada 3 dan 4 Juni 2017.
Adapun keputusan penyelenggara, yang mendiskualifikasikan Anthony West dari dua balapan di kelas SuperSports 600cc (SS600) ARRC Thailand 2017, mendapat reaksi keras dari sang pembalap. Keputusan Race Direction direspons West, yang menganggapnya tidak tepat. Pembalap Akeno Speed Racing itu balik mengecam keras ARRC, yang dipenuhi politik, serta menuding tim balap Yamaha Thailand ikut berperan di balik keputusan diskualifikasi.
“Bukti terbesar tentang politik di balapan! Setelah memenangi balapan di Thailand, seperti biasa semua motor menuju ke holding area. Tiga besar motor menjalani pemeriksaan camshaft. Karena kami tidak menyembunyikan apapun, mekanik saya melepas camshaft dan menunjukkan kepada FIM scrutineer,” ketus West di media sosial, Sabtu (15/4), seperti dilaporkan Motorsport.
“Camshaft kami lolos (pemeriksaan) karena bagian dari standar Yamaha. Lalu, penyelenggara dan Yamaha Thailand mencoba menekan FIM scrutineer untuk membuat tim saya keluar dari motor. Motor hanya bisa ditarik keluar dengan protes formal dan pembayaran dari tim lain. Karena ini tidak pernah dilakukan Yamaha Thailand, mereka tidak punya kekuatan untuk mengeluarkan kami dari motor. Jadi, penyelenggara dan Yamaha Thailand membuat FIM scrutineer dipecat!” imbuh pembalap 35 tahun itu.
“Tanda adanya FIM scrutineer, mereka mencoba untuk mengendalikan situasi dan membuat kami keluar dari motor. Karena tidak ada yang dilakukan dengan cara benar dan mengikuti aturan, kami bisa melihat mereka mencoba untuk mencurangi kami. Kami tidak pernah mengeluarkan motor. Dan juga Yamaha Thailand menolak untuk menarik keluar motor mereka. Tapi karena kami berada di Thailand, mereka mencoba menggunakan kekuatan dengan penyelenggara ARRC untuk mengendalikan situasi,” urai pemenang GP Belanda 2003 dan 2014 pada kelas 250cc serta Moto2 tersebut.
“Mengecewakan untuk diperlakukan begitu buruk di sini, hanya karena kami tim privat yang tidak memiliki kekuatan. Saya memenangi balapan secara adil. Mereka kalah dan tidak mengikuti aturan balap. Jadi, saya minta maaf untuk mengatakan saya telah didiskualifikasi dari balapan di Thailand. Saya tahu motor saya bukan yang tercepat di trek, tapi saya percaya kepada tim dan pekerjaan yang mereka lakukan,” tambah pembalap yang mendapat julukan The Rain Man itu.
“Saya sedih atas situasi ini. Saya tahu bagaimana kerasnya mereka bekerja dan bagaimana senangnya mereka dengan hasil akhir pekan ini, juga untuk kerja keras saya dalam balapan. Saya mengendarai motor sekeras mungkin dari posisi ketujuh ke posisi pertama, dan tidak menang dengan mudah. Saya sedih melihat ARRC dipenuhi politik. Dan (saya) akan membuat keputusan pekan ini, apakah akan melanjutkan (balapan) di Asia Road Racing Championship yang korup ini,” tutup pembalap yang terakhir kali terjun di kelas bergengsi MotoGP pada 2015 buat tim AB Motoracing di GP Australia, Malaysia, dan Valencia itu.
Dengan demikian, maka pemenang Race 2 adalah pembalap Manual Tech Kawasaki Racing asal Malaysia, Azlan Shah. Selain itu, juga ada perubahan pada posisi finis wakil Indonesia, Ahmad Yudhistira (Manuel Tech Kawasaki Racing) dan Irfan Ardiansyah (Astra Honda Racing Team), pada dua balapan kelas SS600 ARRC Thailand 2017.
Yudhistira yang finis keempat menjadi naik di posisi ketiga pada Race 1, dan Irfan finis ketujuh. Kemudian, pada Race 2, Yudhistira menjadi finis keempat dan Irfan naik untuk menempati posisi finis ke-14. Dengan hasil ini, Yudhistira kini berada di peringkat keempat (51 poin) dalam klasemen sementara. Irfan di peringkat ketujuh (35 poin). Seri ketiga ARRC akan digelar di Sirkuit Suzuka, Jepang pada 3 dan 4 Juni 2017.
Adapun keputusan penyelenggara, yang mendiskualifikasikan Anthony West dari dua balapan di kelas SuperSports 600cc (SS600) ARRC Thailand 2017, mendapat reaksi keras dari sang pembalap. Keputusan Race Direction direspons West, yang menganggapnya tidak tepat. Pembalap Akeno Speed Racing itu balik mengecam keras ARRC, yang dipenuhi politik, serta menuding tim balap Yamaha Thailand ikut berperan di balik keputusan diskualifikasi.
“Bukti terbesar tentang politik di balapan! Setelah memenangi balapan di Thailand, seperti biasa semua motor menuju ke holding area. Tiga besar motor menjalani pemeriksaan camshaft. Karena kami tidak menyembunyikan apapun, mekanik saya melepas camshaft dan menunjukkan kepada FIM scrutineer,” ketus West di media sosial, Sabtu (15/4), seperti dilaporkan Motorsport.
“Camshaft kami lolos (pemeriksaan) karena bagian dari standar Yamaha. Lalu, penyelenggara dan Yamaha Thailand mencoba menekan FIM scrutineer untuk membuat tim saya keluar dari motor. Motor hanya bisa ditarik keluar dengan protes formal dan pembayaran dari tim lain. Karena ini tidak pernah dilakukan Yamaha Thailand, mereka tidak punya kekuatan untuk mengeluarkan kami dari motor. Jadi, penyelenggara dan Yamaha Thailand membuat FIM scrutineer dipecat!” imbuh pembalap 35 tahun itu.
“Tanda adanya FIM scrutineer, mereka mencoba untuk mengendalikan situasi dan membuat kami keluar dari motor. Karena tidak ada yang dilakukan dengan cara benar dan mengikuti aturan, kami bisa melihat mereka mencoba untuk mencurangi kami. Kami tidak pernah mengeluarkan motor. Dan juga Yamaha Thailand menolak untuk menarik keluar motor mereka. Tapi karena kami berada di Thailand, mereka mencoba menggunakan kekuatan dengan penyelenggara ARRC untuk mengendalikan situasi,” urai pemenang GP Belanda 2003 dan 2014 pada kelas 250cc serta Moto2 tersebut.
“Mengecewakan untuk diperlakukan begitu buruk di sini, hanya karena kami tim privat yang tidak memiliki kekuatan. Saya memenangi balapan secara adil. Mereka kalah dan tidak mengikuti aturan balap. Jadi, saya minta maaf untuk mengatakan saya telah didiskualifikasi dari balapan di Thailand. Saya tahu motor saya bukan yang tercepat di trek, tapi saya percaya kepada tim dan pekerjaan yang mereka lakukan,” tambah pembalap yang mendapat julukan The Rain Man itu.
“Saya sedih atas situasi ini. Saya tahu bagaimana kerasnya mereka bekerja dan bagaimana senangnya mereka dengan hasil akhir pekan ini, juga untuk kerja keras saya dalam balapan. Saya mengendarai motor sekeras mungkin dari posisi ketujuh ke posisi pertama, dan tidak menang dengan mudah. Saya sedih melihat ARRC dipenuhi politik. Dan (saya) akan membuat keputusan pekan ini, apakah akan melanjutkan (balapan) di Asia Road Racing Championship yang korup ini,” tutup pembalap yang terakhir kali terjun di kelas bergengsi MotoGP pada 2015 buat tim AB Motoracing di GP Australia, Malaysia, dan Valencia itu.
(sbn)