Buntut Pelemparan Botol dan Roll Paper, PSS Terancam Sanksi Komdis
A
A
A
SLEMAN - PSS Sleman terancam kena sanksi dari Komisi Disiplin Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (Komdis PSSI) Pusat. Itu merupakan buntut dari pelemparan roll paper dan botol, yang dilakukan oleh sejumlah oknum dalam laga pembuka Liga 2 kontra PSCS Cilacap di Maguwoharjo International Stadium (MIS), Rabu (19/4) malam.
Perlu diketahui, aksi anarkis itu terjadi ketika laga babak pertama dimulai, di mana banyak roll paper dilemparkan ke arah bench pemain PSCS. Begitu pula ketika pertandingan usai, di mana para pemain PSCS dilempari botol dari tribun VIP barat karena tidak terima tim kesayangan mengalami kekalahan 0-1.
Dalam regulasi Liga 2 pasal 61 sendiri juga disebutkan bahwa hal-hal yang mengganggu jalannya pertandingan seperti flare, fireworks, smoke bomb, laser, spanduk yang bernada rasis, yel-yel, serta hal lain dapat dikategorikan sebagai sebuah pelanggaran disiplin dan terhadap hal tersebut akan dikenakan sanksi sesuai dengan Kode Disiplin.
Kemungkinan adanya sanksi disiplin pun juga disampaikan oleh Anggota Komdis PSSI Pusat, Dwi Irianto. Namun saat ini dirinya masih enggan membeberkan hal itu lebih luas, mengingat perlu menelusuri terlebih dahulu pelanggaran yang dimaksud.
Manajer operasional PSS Sleman, Rumadi, ketika dikonfirmasi sangat menyayangkan adanya kejadian tersebut. Karena tingkah laku oknum yang tidak dewasa, menyebabkan tim berjuluk Laskar Sembada berpotensi terkena sanksi. Meski demikian, pihaknya tidak khawatir adanya kemungkinan penjatuhan sanksi oleh Komdis PSSI Pusat. Karena kejadian yang terjadi hanyalah sesaat dan tidaklah separah ketika menyalakan flare.
"Sangat disayangkan memang, beberapa oknum kurang dewasa. Sebagian kecil di tribun barat VIP (melakukan pelemparan), dulu membaik tapi kumat lagi. Tidak khawatir walau kelihatannya begitu (potensi mendapatkan sanksi), karena yang pokok itu flare. Yang penting sesudahnya nggak ada masalah, kemarin juga hanya emosi sesaat," jelas Rumadi.
Kekhawatiran itu sebenarnya tidak berhenti begitu saja, setelah pertandingan manajemen dan panitia pelaksana (panpel) bersama pihak keamanan pada Rabu (19/4) malam juga terpaksa mengevakuasi para pemain, tim pelatih, dan ofisial PSCS Sleman dengan dua truk Dalmas kepolisian, dan dikawal dengan mobil voorijder polisi.
Setelah sempat tertahan di MIS selama satu jam lamanya karena bus tim tidak dapat digunakan, menyusul kabar akan dihadang oleh oknum pendukung PSS yang masih banyak menunggu di stadion dan sekitarnya. Diakui oleh Rumadi, langkah ini dilakukan sebagai bentuk preventif terhadap segala sesuatu yang dinilai membahayakan tim PSCS.
"Semalam sempat tertahan sekitar satu jam di stadion, karena menunggu situasi aman di luar stadion. Akhirnya kami gunakan kendaraan milik polisi dan dikawal ketat sampai ke penginapan. Karena kalau naik bus, sudah ditunggu supporter (di jalan). Sangat disesalkan sampai ada seperti ini," beber manajer PSCS Cilacap, Bambang Tujiatno.
Pihaknya pun berharap semua pihak terutama kelompok pendukung dapat lebih dewasa dalam menanggapi hasil suatu pertandingan, terlebih kalah menang sudah biasa terdapat dalam sebuah pertandingan sepak bola.
Perihal rencana pelaporan kejadian tersebut. pihaknya masih akan melakukan pembahasan hal ini dengan manajemen. Menurutnya bukan tidak mungkin tim tuan rumah akan mendapatkan sanksi, mengingat laga tersebut dihadiri langsung oleh sejumlah petinggi PSSI Pusat dan operator liga PT Liga Indonesia Baru (LIB), seperti Direktur Kompetisi PT LIB Ratu Tisha, Wakil Ketua PSSI Pusat sekaligus Plt Sekjen PSSI Pusat Joko Driyono, dan Anggota Exco PSSI Pusat H Hidayat.
Perlu diketahui, aksi anarkis itu terjadi ketika laga babak pertama dimulai, di mana banyak roll paper dilemparkan ke arah bench pemain PSCS. Begitu pula ketika pertandingan usai, di mana para pemain PSCS dilempari botol dari tribun VIP barat karena tidak terima tim kesayangan mengalami kekalahan 0-1.
Dalam regulasi Liga 2 pasal 61 sendiri juga disebutkan bahwa hal-hal yang mengganggu jalannya pertandingan seperti flare, fireworks, smoke bomb, laser, spanduk yang bernada rasis, yel-yel, serta hal lain dapat dikategorikan sebagai sebuah pelanggaran disiplin dan terhadap hal tersebut akan dikenakan sanksi sesuai dengan Kode Disiplin.
Kemungkinan adanya sanksi disiplin pun juga disampaikan oleh Anggota Komdis PSSI Pusat, Dwi Irianto. Namun saat ini dirinya masih enggan membeberkan hal itu lebih luas, mengingat perlu menelusuri terlebih dahulu pelanggaran yang dimaksud.
Manajer operasional PSS Sleman, Rumadi, ketika dikonfirmasi sangat menyayangkan adanya kejadian tersebut. Karena tingkah laku oknum yang tidak dewasa, menyebabkan tim berjuluk Laskar Sembada berpotensi terkena sanksi. Meski demikian, pihaknya tidak khawatir adanya kemungkinan penjatuhan sanksi oleh Komdis PSSI Pusat. Karena kejadian yang terjadi hanyalah sesaat dan tidaklah separah ketika menyalakan flare.
"Sangat disayangkan memang, beberapa oknum kurang dewasa. Sebagian kecil di tribun barat VIP (melakukan pelemparan), dulu membaik tapi kumat lagi. Tidak khawatir walau kelihatannya begitu (potensi mendapatkan sanksi), karena yang pokok itu flare. Yang penting sesudahnya nggak ada masalah, kemarin juga hanya emosi sesaat," jelas Rumadi.
Kekhawatiran itu sebenarnya tidak berhenti begitu saja, setelah pertandingan manajemen dan panitia pelaksana (panpel) bersama pihak keamanan pada Rabu (19/4) malam juga terpaksa mengevakuasi para pemain, tim pelatih, dan ofisial PSCS Sleman dengan dua truk Dalmas kepolisian, dan dikawal dengan mobil voorijder polisi.
Setelah sempat tertahan di MIS selama satu jam lamanya karena bus tim tidak dapat digunakan, menyusul kabar akan dihadang oleh oknum pendukung PSS yang masih banyak menunggu di stadion dan sekitarnya. Diakui oleh Rumadi, langkah ini dilakukan sebagai bentuk preventif terhadap segala sesuatu yang dinilai membahayakan tim PSCS.
"Semalam sempat tertahan sekitar satu jam di stadion, karena menunggu situasi aman di luar stadion. Akhirnya kami gunakan kendaraan milik polisi dan dikawal ketat sampai ke penginapan. Karena kalau naik bus, sudah ditunggu supporter (di jalan). Sangat disesalkan sampai ada seperti ini," beber manajer PSCS Cilacap, Bambang Tujiatno.
Pihaknya pun berharap semua pihak terutama kelompok pendukung dapat lebih dewasa dalam menanggapi hasil suatu pertandingan, terlebih kalah menang sudah biasa terdapat dalam sebuah pertandingan sepak bola.
Perihal rencana pelaporan kejadian tersebut. pihaknya masih akan melakukan pembahasan hal ini dengan manajemen. Menurutnya bukan tidak mungkin tim tuan rumah akan mendapatkan sanksi, mengingat laga tersebut dihadiri langsung oleh sejumlah petinggi PSSI Pusat dan operator liga PT Liga Indonesia Baru (LIB), seperti Direktur Kompetisi PT LIB Ratu Tisha, Wakil Ketua PSSI Pusat sekaligus Plt Sekjen PSSI Pusat Joko Driyono, dan Anggota Exco PSSI Pusat H Hidayat.
(sbn)