Sikap Tegas PSSI dan Klub Berperan Bina Suporter Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Sikap minor yang ditunjukkan suporter sepak bola Indonesia tak lepas dari minimnya perhatian dari PSSI dan klub. Sikap tegas dari PSSI dan klub diyakini bisa menekan tindakan buruk yang ditimbulkan sikap berlebihan dari anggota suporter.
Penilaian ini mencuat dari 'Jumpa Suporter Sepak Bola Indonesia' yang diprakarsai pemerintah melalui Kemenpora. Acara yang digelar Kamis (3/8/2017) di Auditorium Wisma Menpora, Senayan, Jakarta diikuti 53 perwakilan manajemen klub sepakbola Liga I dan Liga II Indonesia.
Salah satu perwakilan pimpinan suporter dari Jakmania (Persija Jakarta) Richard, menyampaikan harapannya agar suporter ini dapat dibina oleh klub. "Jika tidak ada suporter maka klub itu tidak berbunyi, tidak ada pendapatan dan sebagainya, untuk itu suporter harus dibina oleh klub, jika terjadi gesekan dan ingin adanya perdamaian itu berjalan alami saja," ujarya.
Ia menilai jika PSSI dan aparat keamanan menjalankan regulasinya terkait pertandingan sepak bola dan PSSI menyisihkan 5% usai pertandingan untuk suporter maka akan berdampak positif mengurangi keributan. "Saya mencontohkan misalnya pendapatan angka dari penjualan tiket jika Persija bermain di Jakarta saja mencapai Rp 2 miliar lebih, bayangkan jika suporter tidak diajak bicara/diskusi terkait pembinaan klubnya dan sebagainya maka banyak akibat buruk yang akan terjadi," tambahnya.
Hal senada disampaikan oleh sesepuh Aremania yang juga musisi, Anto Baret. Ia menilai PSSI harus bersikap tegas sesuai statuta FIFA terkait nyanyian para suporter, spanduk, dan tulisan-tulisan yang rasis.
"Nyanyian dan tulisan dan spanduk yang mengandung rasis itu kan ditayangkan secara langsung melalui media televisi dan disaksikan masyarakat luas baik anak kecil, dewasa dan orang tua untuk dapat diberikan tindakan tegas kepada klub terkait karena meracuni generasi muda bangsa Indonesia," ujarnya.
Ia menilai jika PSSI melakukan sesuai dengan statuta FIFA maka selesai permasalahan, karena jika tidak maka hal itu tidak sesuai dengan cita-cita berdirinya PSSI sejak 87 tahun lalu. "PSSI didirikan untuk mempererat persatuan dan kesatuan bangsa melalui sepak bola, tolong jangan hanya suporter yang disalahkan kenapa tidak pernah ada sanksi tegas, suporter menonton sepak bola membayar pajak tiket itu dilindungi Undang-Undang jangan terus disalahkan," tambahnya.
"Suporter sepakbola menitipkan harapan kepada pemangku sepak bola Indonesia karena sekaranglah saatnya kita menghentikan bentrokan saatnya kita mengubur kebencian di atas cinta dan kasih sayang marilah kita bergandeng tangan supaya semua pemangku sepakbola mampu menegakkan tugas dan fungsinya secara nyata," tuturnya.
Penilaian ini mencuat dari 'Jumpa Suporter Sepak Bola Indonesia' yang diprakarsai pemerintah melalui Kemenpora. Acara yang digelar Kamis (3/8/2017) di Auditorium Wisma Menpora, Senayan, Jakarta diikuti 53 perwakilan manajemen klub sepakbola Liga I dan Liga II Indonesia.
Salah satu perwakilan pimpinan suporter dari Jakmania (Persija Jakarta) Richard, menyampaikan harapannya agar suporter ini dapat dibina oleh klub. "Jika tidak ada suporter maka klub itu tidak berbunyi, tidak ada pendapatan dan sebagainya, untuk itu suporter harus dibina oleh klub, jika terjadi gesekan dan ingin adanya perdamaian itu berjalan alami saja," ujarya.
Ia menilai jika PSSI dan aparat keamanan menjalankan regulasinya terkait pertandingan sepak bola dan PSSI menyisihkan 5% usai pertandingan untuk suporter maka akan berdampak positif mengurangi keributan. "Saya mencontohkan misalnya pendapatan angka dari penjualan tiket jika Persija bermain di Jakarta saja mencapai Rp 2 miliar lebih, bayangkan jika suporter tidak diajak bicara/diskusi terkait pembinaan klubnya dan sebagainya maka banyak akibat buruk yang akan terjadi," tambahnya.
Hal senada disampaikan oleh sesepuh Aremania yang juga musisi, Anto Baret. Ia menilai PSSI harus bersikap tegas sesuai statuta FIFA terkait nyanyian para suporter, spanduk, dan tulisan-tulisan yang rasis.
"Nyanyian dan tulisan dan spanduk yang mengandung rasis itu kan ditayangkan secara langsung melalui media televisi dan disaksikan masyarakat luas baik anak kecil, dewasa dan orang tua untuk dapat diberikan tindakan tegas kepada klub terkait karena meracuni generasi muda bangsa Indonesia," ujarnya.
Ia menilai jika PSSI melakukan sesuai dengan statuta FIFA maka selesai permasalahan, karena jika tidak maka hal itu tidak sesuai dengan cita-cita berdirinya PSSI sejak 87 tahun lalu. "PSSI didirikan untuk mempererat persatuan dan kesatuan bangsa melalui sepak bola, tolong jangan hanya suporter yang disalahkan kenapa tidak pernah ada sanksi tegas, suporter menonton sepak bola membayar pajak tiket itu dilindungi Undang-Undang jangan terus disalahkan," tambahnya.
"Suporter sepakbola menitipkan harapan kepada pemangku sepak bola Indonesia karena sekaranglah saatnya kita menghentikan bentrokan saatnya kita mengubur kebencian di atas cinta dan kasih sayang marilah kita bergandeng tangan supaya semua pemangku sepakbola mampu menegakkan tugas dan fungsinya secara nyata," tuturnya.
(bbk)