Norman Merasa Sangat Sulit Harus Berpisah dengan Wawrinka
A
A
A
LAUSANNE - Pelatih yang telah empat tahun menangani Stanislas Wawrinka, Magnus Norman akhirnya memutuskan untuk mengakhiri kebersamaan mereka yang terjalin sejak April 2013. Norman terpaksa meninggalkan Wawrinka, karena ingin fokus membina keluarga yang baru dibangunnya.
Sejak ditangani Norman, Wawrinka sendiri telah merasakan kesuksesan yang sangat besar dalam beberapa tahun terakhir. Saat kali pertama bersama pelatih asal Swedia itu, Wawrinka berada di peringkat 17 dunia, namun setelahnya dia pernah merasakan menghuni posisi tiga besar dunia.
Dampak langsung yang dirasakan Wawrinka dari kehadiran Norman adalah keberhasilannya mencapai semifinal pertamanya di grand slam AS Terbuka 2013, sebelum memenangkan grand slam pertamanya, Australia Terbuka 2014.
Selama hampir empat tahun, Wawrinka berhasil memenangkan dua gelar grand slam lagi di Prancis Terbuka 2015 dan AS Terbuka 2016, serta mencapai final lagi Paris pada tahun ini. Kegagalannya di grand slam pun masih mampu membawanya di perempat final Wimbledon 2014 dan 2015.
(Baca juga: Berpisah dengan Pelatih, Wawrinka Fokus Sembuhkan Lutut )
Norman, yang mencapai nomor dua dunia saat masih aktif menjadi petenis, mengutarakan bahwa keputusan perpisahan tersebut merupakan keputusan pribadi untuk memungkinkan dia menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluarganya.
"Setelah banyak berpikir, saya memutuskan untuk mengabdikan masa depan saya untuk keluarga saya," ungkap Norman dalam sebuah pernyataan yang dikutip Reuters.
"Dengan dua anak yang masih muda di rumah, sekarang adalah saat yang tepat bagi saya untuk tinggal bersama mereka. Saya tidak bisa memiliki pemain yang lebih baik untuk bekerja sama, dan ini adalah salah satu keputusan paling sulit yang harus saya buat," jelas pelatih berusia 41 tahun.
"Saya benar-benar merasa terhormat telah bekerja dengan Stan, petenis hebat, tapi yang lebih penting adalah orang yang hebat," katanya lagi.
Bakat Wawrinka tidak pernah dipertanyakan, tapi sebelum bekerja dengan Norman, dia tidak menganggap seseorang memiliki konsistensi atau kepercayaan untuk menantang gelar utama.
Sejak ditangani Norman, Wawrinka sendiri telah merasakan kesuksesan yang sangat besar dalam beberapa tahun terakhir. Saat kali pertama bersama pelatih asal Swedia itu, Wawrinka berada di peringkat 17 dunia, namun setelahnya dia pernah merasakan menghuni posisi tiga besar dunia.
Dampak langsung yang dirasakan Wawrinka dari kehadiran Norman adalah keberhasilannya mencapai semifinal pertamanya di grand slam AS Terbuka 2013, sebelum memenangkan grand slam pertamanya, Australia Terbuka 2014.
Selama hampir empat tahun, Wawrinka berhasil memenangkan dua gelar grand slam lagi di Prancis Terbuka 2015 dan AS Terbuka 2016, serta mencapai final lagi Paris pada tahun ini. Kegagalannya di grand slam pun masih mampu membawanya di perempat final Wimbledon 2014 dan 2015.
(Baca juga: Berpisah dengan Pelatih, Wawrinka Fokus Sembuhkan Lutut )
Norman, yang mencapai nomor dua dunia saat masih aktif menjadi petenis, mengutarakan bahwa keputusan perpisahan tersebut merupakan keputusan pribadi untuk memungkinkan dia menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluarganya.
"Setelah banyak berpikir, saya memutuskan untuk mengabdikan masa depan saya untuk keluarga saya," ungkap Norman dalam sebuah pernyataan yang dikutip Reuters.
"Dengan dua anak yang masih muda di rumah, sekarang adalah saat yang tepat bagi saya untuk tinggal bersama mereka. Saya tidak bisa memiliki pemain yang lebih baik untuk bekerja sama, dan ini adalah salah satu keputusan paling sulit yang harus saya buat," jelas pelatih berusia 41 tahun.
"Saya benar-benar merasa terhormat telah bekerja dengan Stan, petenis hebat, tapi yang lebih penting adalah orang yang hebat," katanya lagi.
Bakat Wawrinka tidak pernah dipertanyakan, tapi sebelum bekerja dengan Norman, dia tidak menganggap seseorang memiliki konsistensi atau kepercayaan untuk menantang gelar utama.
(nug)