Kisah Robert Lewandowski, Sarjana Olahraga Calon Galacticos
A
A
A
STRIKER Polandia Robert Lewandowski tengah dibidik Real Madrid sebagai salah satu Los Galacticos anyar. Layakkah Lewandowski memiliki standar dan kemilau yang biasa dimiliki seorang Galacticos?
Robert Lewandowski belum bisa menarik napas lega seusai memastikan negaranya, Polandia, lolos ke Piala Dunia 2018 di Rusia setelah mengalahkan tim nasional Montenegro pada 8 Oktober 2017 lalu. Meski berhasil mencetak gol kemenangan di pertandingan tersebut, Lewy, panggilan akrabnya, langsung berkemas-kemas untuk segera pulang ke negaranya, Polandia. Saat itu masih ada satu pertandingan lagi yang harus diselesaikan Lewy. Pertandingan yang sama pentingnya seperti dia membawa bendera Polandia di ajang internasional.
Begitu sampai di Polandia, tanpa sempat istirahat, Lewy langsung bergegas ke tempat dia menghabiskan waktu selama 10 tahun untuk menimba ilmu, Warsaw's School of Education in Sport. Di tempat itu Lewy harus menghadapi panel dosen yang siap menguliti skripsi yang dia buat. Ya, di tengah kesibukannya sebagai pesepak bola profesional, Lewy ternyata masih memiliki semangat yang tinggi untuk menempuh jenjang akademik. Padahal, dengan segala kesuksesan yang diraihnya, dia bisa saja melupakan upaya tersebut.
Forbes mencatat pendapatan Robert Lewandowski per tahun mencapai 22 juta poundsterling atau setara Rp419 miliar. Jumlah kekayaan tersebut tidak sebanding dengan pendapatan per tahun Cristiano Ronaldo (Rp1,2 triliun) dan Lionel Messi (Rp1,08 triliun). Itu baru masalah gaji per tahun yang sudah jomplang, apalagi total kekayaan yang pasti bedanya sudah bak langit dan bumi. Namun, gelar sarjana yang dimiliki Robert Lewandowski jadi pembeda di antara mereka.
Lalu, apa yang membuat Lewy jatuh bangun menyelesaikan masa kuliah yang mencapai satu dekade tersebut? "Setelah lulus sekolah menengah atas, saya memang langsung masuk kuliah. Pada tahun-tahun pertama kuliah, masalah waktu jadi hal yang menyulitkan," ucapnya.
Pada saat bersamaan Lewy memang baru memulai karier sepak bola profesional di klub Divisi Tiga Polandia, Znicz Pruszkow. Lewy memang tidak ingin berpangku tangan saat bergabung dengan Znicz Pruskow. Apalagi sebelum bergabung dengan klub tersebut, tidak ada satu pun klub di Polandia yang ingin mengontrak pria kelahiran 21 Agustus 1988. Cedera yang dialami Lewy saat membela klub Divisi Empat Polandia, Legia Warsaw, pada 2004 membuat banyak klub melihat Lewy sebagai sosok yang mudah cedera. Nahas saat dibekap cedera, Legia Warsaw memutuskan kontrak Lewy.
Alhasil sepanjang tahun 2005 Lewy tidak bermain sepak bola sama sekali. Karenanya, saat Znicz Pruskow memberikan kesempatan untuk bermain bola lagi, Lewy tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Dia langsung menunjukkan kemampuannya dan berhasil mengangkat Znicz Pruskow masuk ke Divisi Dua Polandia.
Setahun kemudian dia malah berhasil menjadi top skor di Divisi Dua Polandia. Pada saat yang bersamaan dia juga tetap melanjutkan jenjang pendidikan di Warsaw's School Education in Sport. "Susah memang membagi waktu dengan kuliah dan bermain bola. Ada keinginan untuk berhenti, namun saya teringat dengan pesan ibu saya. Dia bilang jika saya memang merasa mampu menyelesaikannya, maka selesaikanlah. Waktu itu saya merasa saya bisa menyelesaikannya dengan cara selangkah demi selangkah. Hasilnya memang jadi sangat lama," kelakar Lewy.
Meski menempuh waktu lama, apa yang dilakukan Lewy justru mendapatkan pujian dari para dosen yang ada di Warsaw's School Education in Sport. Profesor Marek Rybinski, yang menguji skripsi Lewy, mengatakan bahwa jawaban-jawaban Lewy saat mempertahankan skripsinya tersebut sangat baik, dan ia pun mendapatkan nilai tertinggi.
Begitu selesai menerima gelar sarjana, Lewy langsung merayakannya bersama ibunya, Iwona, dan kakak perempuannya, Milena. Keduanya memang jadi bagian yang penting buat Lewy karena mereka adalah orang terdekat yang menemani Lewy jatuh bangun menjalani roda kehidupan.
Masa-masa remaja Lewy memang terbilang berat. Lewy kecil kehilangan ayahnya, Krzystof, karena serangan jantung. Padahal, ayahnya begitu dekat dan sangat mendukung Lewy menjadi pesepak bola. "Itu tahun yang sangat sulit. Saat ayah saya pergi, saya harus berusaha menjadi dewasa dengan cepat. Itu masa yang sungguh sulit, tapi saya belajar banyak. Saya masih sangat muda ketika itu, menjadikan sepak bola di atas segalanya, jadi tidak tahu apa yang harus saya lakukan," kata Lewy.
Tidak ingin jadi beban ibunya, Lewy memutuskan untuk keluar dari rumah dan tinggal bersama Milena. Keputusan itu membuat Iwona begitu sedih karena Lewy sudah terlalu cepat dewasa untuk remaja seusianya. Meski berpisah rumah, Lewy dan Iwona tidak lepas komunikasi. Iwona malah jadi malaikat penyelamat yang membantu Lewy dari keterpurukan usai didepak oleh Legia Warsaw.
Selama Lewy menganggur, Iwona jadi sosok sentral yang menjaga Lewy dari keterpurukan mental. "Dia begitu mendukung saya dan saya selalu percaya apa yang dia katakan tentang saya," ujar Lewy. Hasilnya, begitu mendapat kesempatan kembali bermain bola bersama Znicz Pruskow, Lewy menunjukkan keteguhan mental hasil didikan ibunya.
Setelah itu, cerita terus berlanjut ketika Lewy satu demi per satu mencetak rekor yang sangat istimewa. Prestasinya yang mengkilap bersama Bayern Muenchen membuat klub dunia tertarik merekrut pria kelahiran 21 Agustus 1988 tersebut. Salah satunya adalah Real Madrid yang siap mengucurkan dana berjumlah besar agar pria Polandia tersebut bisa jadi Galacticos anyar klub tersebut. Jika hal itu terjadi, bukan tidak mungkin Lewy akan mampu mencetak gaji atau pendapatan fantastis seperti yang ditorehkan Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi.
Robert Lewandowski belum bisa menarik napas lega seusai memastikan negaranya, Polandia, lolos ke Piala Dunia 2018 di Rusia setelah mengalahkan tim nasional Montenegro pada 8 Oktober 2017 lalu. Meski berhasil mencetak gol kemenangan di pertandingan tersebut, Lewy, panggilan akrabnya, langsung berkemas-kemas untuk segera pulang ke negaranya, Polandia. Saat itu masih ada satu pertandingan lagi yang harus diselesaikan Lewy. Pertandingan yang sama pentingnya seperti dia membawa bendera Polandia di ajang internasional.
Begitu sampai di Polandia, tanpa sempat istirahat, Lewy langsung bergegas ke tempat dia menghabiskan waktu selama 10 tahun untuk menimba ilmu, Warsaw's School of Education in Sport. Di tempat itu Lewy harus menghadapi panel dosen yang siap menguliti skripsi yang dia buat. Ya, di tengah kesibukannya sebagai pesepak bola profesional, Lewy ternyata masih memiliki semangat yang tinggi untuk menempuh jenjang akademik. Padahal, dengan segala kesuksesan yang diraihnya, dia bisa saja melupakan upaya tersebut.
Forbes mencatat pendapatan Robert Lewandowski per tahun mencapai 22 juta poundsterling atau setara Rp419 miliar. Jumlah kekayaan tersebut tidak sebanding dengan pendapatan per tahun Cristiano Ronaldo (Rp1,2 triliun) dan Lionel Messi (Rp1,08 triliun). Itu baru masalah gaji per tahun yang sudah jomplang, apalagi total kekayaan yang pasti bedanya sudah bak langit dan bumi. Namun, gelar sarjana yang dimiliki Robert Lewandowski jadi pembeda di antara mereka.
Lalu, apa yang membuat Lewy jatuh bangun menyelesaikan masa kuliah yang mencapai satu dekade tersebut? "Setelah lulus sekolah menengah atas, saya memang langsung masuk kuliah. Pada tahun-tahun pertama kuliah, masalah waktu jadi hal yang menyulitkan," ucapnya.
Pada saat bersamaan Lewy memang baru memulai karier sepak bola profesional di klub Divisi Tiga Polandia, Znicz Pruszkow. Lewy memang tidak ingin berpangku tangan saat bergabung dengan Znicz Pruskow. Apalagi sebelum bergabung dengan klub tersebut, tidak ada satu pun klub di Polandia yang ingin mengontrak pria kelahiran 21 Agustus 1988. Cedera yang dialami Lewy saat membela klub Divisi Empat Polandia, Legia Warsaw, pada 2004 membuat banyak klub melihat Lewy sebagai sosok yang mudah cedera. Nahas saat dibekap cedera, Legia Warsaw memutuskan kontrak Lewy.
Alhasil sepanjang tahun 2005 Lewy tidak bermain sepak bola sama sekali. Karenanya, saat Znicz Pruskow memberikan kesempatan untuk bermain bola lagi, Lewy tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Dia langsung menunjukkan kemampuannya dan berhasil mengangkat Znicz Pruskow masuk ke Divisi Dua Polandia.
Setahun kemudian dia malah berhasil menjadi top skor di Divisi Dua Polandia. Pada saat yang bersamaan dia juga tetap melanjutkan jenjang pendidikan di Warsaw's School Education in Sport. "Susah memang membagi waktu dengan kuliah dan bermain bola. Ada keinginan untuk berhenti, namun saya teringat dengan pesan ibu saya. Dia bilang jika saya memang merasa mampu menyelesaikannya, maka selesaikanlah. Waktu itu saya merasa saya bisa menyelesaikannya dengan cara selangkah demi selangkah. Hasilnya memang jadi sangat lama," kelakar Lewy.
Meski menempuh waktu lama, apa yang dilakukan Lewy justru mendapatkan pujian dari para dosen yang ada di Warsaw's School Education in Sport. Profesor Marek Rybinski, yang menguji skripsi Lewy, mengatakan bahwa jawaban-jawaban Lewy saat mempertahankan skripsinya tersebut sangat baik, dan ia pun mendapatkan nilai tertinggi.
Begitu selesai menerima gelar sarjana, Lewy langsung merayakannya bersama ibunya, Iwona, dan kakak perempuannya, Milena. Keduanya memang jadi bagian yang penting buat Lewy karena mereka adalah orang terdekat yang menemani Lewy jatuh bangun menjalani roda kehidupan.
Masa-masa remaja Lewy memang terbilang berat. Lewy kecil kehilangan ayahnya, Krzystof, karena serangan jantung. Padahal, ayahnya begitu dekat dan sangat mendukung Lewy menjadi pesepak bola. "Itu tahun yang sangat sulit. Saat ayah saya pergi, saya harus berusaha menjadi dewasa dengan cepat. Itu masa yang sungguh sulit, tapi saya belajar banyak. Saya masih sangat muda ketika itu, menjadikan sepak bola di atas segalanya, jadi tidak tahu apa yang harus saya lakukan," kata Lewy.
Tidak ingin jadi beban ibunya, Lewy memutuskan untuk keluar dari rumah dan tinggal bersama Milena. Keputusan itu membuat Iwona begitu sedih karena Lewy sudah terlalu cepat dewasa untuk remaja seusianya. Meski berpisah rumah, Lewy dan Iwona tidak lepas komunikasi. Iwona malah jadi malaikat penyelamat yang membantu Lewy dari keterpurukan usai didepak oleh Legia Warsaw.
Selama Lewy menganggur, Iwona jadi sosok sentral yang menjaga Lewy dari keterpurukan mental. "Dia begitu mendukung saya dan saya selalu percaya apa yang dia katakan tentang saya," ujar Lewy. Hasilnya, begitu mendapat kesempatan kembali bermain bola bersama Znicz Pruskow, Lewy menunjukkan keteguhan mental hasil didikan ibunya.
Setelah itu, cerita terus berlanjut ketika Lewy satu demi per satu mencetak rekor yang sangat istimewa. Prestasinya yang mengkilap bersama Bayern Muenchen membuat klub dunia tertarik merekrut pria kelahiran 21 Agustus 1988 tersebut. Salah satunya adalah Real Madrid yang siap mengucurkan dana berjumlah besar agar pria Polandia tersebut bisa jadi Galacticos anyar klub tersebut. Jika hal itu terjadi, bukan tidak mungkin Lewy akan mampu mencetak gaji atau pendapatan fantastis seperti yang ditorehkan Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi.
(amm)