Nasib Timnas Argentina, Pulang Malu Lolos Belum Tentu
A
A
A
Sejak menjadi juara Piala Dunia kedua kali pada 1986, hanya sekali Argentina tidak mampu melewati fase grup. Sejarah kelam itu terjadi pada Piala Dunia 2002 di Korea Selatan-Jepang.
Saat itu Argentina masuk Grup F yang disebut grup neraka, karena harus bersaing dengan Swedia, Inggris, dan Nigeria. Setelah melewati laga pertama di 2002 dengan kemenangan 1-0 atas Nigeria, Argentina yang saat itu ditukangi Marcelo Bielsa kalah 0-1 dari Inggris pada laga kedua dan bermain imbang 1-1 menghadapi Swedia pada laga terakhir.
Hasil tersebut menempatkan mereka di peringkat 3 di bawah Swedia dan Inggris. Padahal, saat itu tim Tango datang dengan materi melimpah. Ada Roberto Ayala, Mauricio Pochettino, Walter Samuel, Javier Zanetti, Gabriel Batistuta, Ariel Ortega, Juan Sebastian, Veron, Diego Simeone, Pablo Amar, atau juga Hernan Crespo.
Namun, mereka justru gagal. Tahun ini mereka datang ke Rusia dengan kekuatan tak kalah mentereng. Terutama di lini depan, karena mereka memiliki Lionel Messi, Sergio Aguero, Gonzalo Higuain, atau Paulo Dybala. Namun, mereka justru dalam berada dalam situasi rumit.
“Dari juara dunia menjadi tim nasional terburuk dalam sejarah Argentina, mulai mana?” tulis mantan gelandang timnas Argentina Ossie Ardiles yang ikut memberikan gelar pada Piala Dunia 1978. Pelatih Timnas Spanyol Fernando Hierro menegaskan Lionel Messi tidak dapat sepenuhnya disalahkan atas kinerja buruk Argentina pada Piala Dunia, karena kegagalan Albiceleste bersifat kolektif.
Hierro mengatakan, bakat dalam skuad Amerika Selatan berarti ada masalah yang lebih besar daripada hanya Messi. “Jika Anda melihat kelompok pemain berbakat yang dimiliki Argentina dan pentingnya mereka di klub mereka, Anda menyadari bahwa itu menjadi persoalan kolektif. Tapi saya punya cukup waktu menonton tim lain,” tutur Hierro.
Sementara legendaris Argentina Diego Armando Maradona mengaku ingin bicara dengan pemain. Membangkitkan motivasi mereka dan memberi tahu bagaimana bangganya mengenakan jersey timnas.
Dia juga tak mau menimpakan kesalahan hanya pada seorang Messi. “Messi bermain sebaik yang dia bisa, tetapi sulit menyelesaikan masalah rekan-rekannya, saya tahu. Anak itu bukan seorang pemimpin,” tandas Maradona.
Dini hari nanti, menghadapi Nigeria, masa depan mereka akan dipertaruhkan. Jika gagal menang, berarti harus pulang dengan rasa malu luar biasa. Hanya kemenangan yang bisa menyelamatkan muka Argentina di depan pendukungnya.
Saat itu Argentina masuk Grup F yang disebut grup neraka, karena harus bersaing dengan Swedia, Inggris, dan Nigeria. Setelah melewati laga pertama di 2002 dengan kemenangan 1-0 atas Nigeria, Argentina yang saat itu ditukangi Marcelo Bielsa kalah 0-1 dari Inggris pada laga kedua dan bermain imbang 1-1 menghadapi Swedia pada laga terakhir.
Hasil tersebut menempatkan mereka di peringkat 3 di bawah Swedia dan Inggris. Padahal, saat itu tim Tango datang dengan materi melimpah. Ada Roberto Ayala, Mauricio Pochettino, Walter Samuel, Javier Zanetti, Gabriel Batistuta, Ariel Ortega, Juan Sebastian, Veron, Diego Simeone, Pablo Amar, atau juga Hernan Crespo.
Namun, mereka justru gagal. Tahun ini mereka datang ke Rusia dengan kekuatan tak kalah mentereng. Terutama di lini depan, karena mereka memiliki Lionel Messi, Sergio Aguero, Gonzalo Higuain, atau Paulo Dybala. Namun, mereka justru dalam berada dalam situasi rumit.
“Dari juara dunia menjadi tim nasional terburuk dalam sejarah Argentina, mulai mana?” tulis mantan gelandang timnas Argentina Ossie Ardiles yang ikut memberikan gelar pada Piala Dunia 1978. Pelatih Timnas Spanyol Fernando Hierro menegaskan Lionel Messi tidak dapat sepenuhnya disalahkan atas kinerja buruk Argentina pada Piala Dunia, karena kegagalan Albiceleste bersifat kolektif.
Hierro mengatakan, bakat dalam skuad Amerika Selatan berarti ada masalah yang lebih besar daripada hanya Messi. “Jika Anda melihat kelompok pemain berbakat yang dimiliki Argentina dan pentingnya mereka di klub mereka, Anda menyadari bahwa itu menjadi persoalan kolektif. Tapi saya punya cukup waktu menonton tim lain,” tutur Hierro.
Sementara legendaris Argentina Diego Armando Maradona mengaku ingin bicara dengan pemain. Membangkitkan motivasi mereka dan memberi tahu bagaimana bangganya mengenakan jersey timnas.
Dia juga tak mau menimpakan kesalahan hanya pada seorang Messi. “Messi bermain sebaik yang dia bisa, tetapi sulit menyelesaikan masalah rekan-rekannya, saya tahu. Anak itu bukan seorang pemimpin,” tandas Maradona.
Dini hari nanti, menghadapi Nigeria, masa depan mereka akan dipertaruhkan. Jika gagal menang, berarti harus pulang dengan rasa malu luar biasa. Hanya kemenangan yang bisa menyelamatkan muka Argentina di depan pendukungnya.
(don)