Fans Jepang Menangis, Ratapi Gol Pamungkas Belgia
A
A
A
TOKYO - Fans sepak bola Jepang tak mampu menahan air mata seraya tak percaya gol Belgia di ujung laga mengubur impian mereka mencatat sejarah ke perempat final Piala Dunia dengan cara yang memilukan.
Samurai Biru -julukan timnas Jepang- di atas angin ketika memimpin 2-0 melalui Genki Haraguchi pada menit ke-48 dan Takashi Inui (52). Hingga menit ke-68, Jepang masih unggul, hingga akhirnya Jan Vertonghen memecah kebuntuan Belgia di menit ke-69 dan pemain pengganti Marouane Fellaini menyamakan kedudukan di menit ke-74.
Namun, nasib berkata lain tatkala Nacer Chadli yang menggantikan Yannick Ferreira-Carrasco pada menit ke-65, membuat gol penting di injury time atau menit ke-90+4. Bermula serangan balik yang dibangun Thomas Meunier dari sektor kanan dan melepaskan umpan ke tengah kotak penalti. Ada Romelu Lukaku dan Chadli di sana. Lukaku yang dikawal pemain Jepang dengan cerdik melepas umpan dan bola mengarah ke Chadli yang langsung mengeksekusi menjadi gol.
"Ketika kami memimpin, saya pikir kami akan menang," kata Nao Okada, mahasiswa berusia 21 tahun yang menangis di sebuah bar olahraga di Tokyo ketika peluit akhir dibunyikan. "Itu menyakitkan tetapi itu adalah pertandingan yang sangat bagus. Saya ingin Jepang tetap bermain bagus di lain waktu."
Jepang, peringkat 61 dunia, diberi sedikit peluang untuk membuat dampak di Piala dunia 2o18. Tapi, penampilan mereka di fase grup dan pertandingan babak 16 besar melawan Belgia di Rostov Arena, Selasa (3/7/2018) pukul 01.00 WIB, telah mencuri hati fans.
"Ini adalah tim yang sangat bagus. Passing, mencetak gol, dan kerja sama tim mereka," kata penata rambut berusia 39 tahun, Kenichi Okegami. "Saat kedudukan 2-2 saya pikir kami sedang menuju adu penalti. Itu menghancurkan."
Belgia menjadi tim pertama yang memenangkan pertandingan knock-out Piala Dunia setelah tertinggal dua gol sejak 1970, membuat kerugian semakin besar bagi Jepang dan pendukung mereka.
"Hanya sedikit lagi. Itu hasil yang kejam," kata Kenta Saito, 61, mantan pelatih sepak bola sekolah dan wasit yang berkualitas. "Mereka memiliki peluang di akhir tetapi mereka tidak bisa mengalahkan mereka," katanya.
Dilansir Reuters, Wilayah Shibuya yang ikonik di Tokyo -biasanya menjadi tempat pesta pora pascapertandingan- terlihat lebih tenang ketika para penggemar terhuyung-huyung keluar dari bar-bar olahraga setelah pertandingan berakhir sekitar pukul 05.00 waktu setempat.
Namun, pendukung mencoba untuk mengambil sisi positif dari hasil melawan Belgia. Jepang memiliki kinerja yang lebih baik daripada kekalahan 0-1 dari Polandia. Jepang lolos ke 16 besar berkat catatan disiplin yang lebih baik.
Jepang sempat dikritik soal taktik mereka di pertandingan Polandia karena membuang waktu setelah mengetahui mereka akan maju meski kalah. "Hari ini adalah pertandingan yang bagus, jadi itu menghapus yang sebelumnya," kata Okada, mahasiswa.
Samurai Biru -julukan timnas Jepang- di atas angin ketika memimpin 2-0 melalui Genki Haraguchi pada menit ke-48 dan Takashi Inui (52). Hingga menit ke-68, Jepang masih unggul, hingga akhirnya Jan Vertonghen memecah kebuntuan Belgia di menit ke-69 dan pemain pengganti Marouane Fellaini menyamakan kedudukan di menit ke-74.
Namun, nasib berkata lain tatkala Nacer Chadli yang menggantikan Yannick Ferreira-Carrasco pada menit ke-65, membuat gol penting di injury time atau menit ke-90+4. Bermula serangan balik yang dibangun Thomas Meunier dari sektor kanan dan melepaskan umpan ke tengah kotak penalti. Ada Romelu Lukaku dan Chadli di sana. Lukaku yang dikawal pemain Jepang dengan cerdik melepas umpan dan bola mengarah ke Chadli yang langsung mengeksekusi menjadi gol.
"Ketika kami memimpin, saya pikir kami akan menang," kata Nao Okada, mahasiswa berusia 21 tahun yang menangis di sebuah bar olahraga di Tokyo ketika peluit akhir dibunyikan. "Itu menyakitkan tetapi itu adalah pertandingan yang sangat bagus. Saya ingin Jepang tetap bermain bagus di lain waktu."
Jepang, peringkat 61 dunia, diberi sedikit peluang untuk membuat dampak di Piala dunia 2o18. Tapi, penampilan mereka di fase grup dan pertandingan babak 16 besar melawan Belgia di Rostov Arena, Selasa (3/7/2018) pukul 01.00 WIB, telah mencuri hati fans.
"Ini adalah tim yang sangat bagus. Passing, mencetak gol, dan kerja sama tim mereka," kata penata rambut berusia 39 tahun, Kenichi Okegami. "Saat kedudukan 2-2 saya pikir kami sedang menuju adu penalti. Itu menghancurkan."
Belgia menjadi tim pertama yang memenangkan pertandingan knock-out Piala Dunia setelah tertinggal dua gol sejak 1970, membuat kerugian semakin besar bagi Jepang dan pendukung mereka.
"Hanya sedikit lagi. Itu hasil yang kejam," kata Kenta Saito, 61, mantan pelatih sepak bola sekolah dan wasit yang berkualitas. "Mereka memiliki peluang di akhir tetapi mereka tidak bisa mengalahkan mereka," katanya.
Dilansir Reuters, Wilayah Shibuya yang ikonik di Tokyo -biasanya menjadi tempat pesta pora pascapertandingan- terlihat lebih tenang ketika para penggemar terhuyung-huyung keluar dari bar-bar olahraga setelah pertandingan berakhir sekitar pukul 05.00 waktu setempat.
Namun, pendukung mencoba untuk mengambil sisi positif dari hasil melawan Belgia. Jepang memiliki kinerja yang lebih baik daripada kekalahan 0-1 dari Polandia. Jepang lolos ke 16 besar berkat catatan disiplin yang lebih baik.
Jepang sempat dikritik soal taktik mereka di pertandingan Polandia karena membuang waktu setelah mengetahui mereka akan maju meski kalah. "Hari ini adalah pertandingan yang bagus, jadi itu menghapus yang sebelumnya," kata Okada, mahasiswa.
(sha)