Rekor Kasper Schmeichel Tercatat dalam Sejarah Piala Dunia
A
A
A
NIZHNY NOVGOROD - Penjaga gawang Denmark Kasper Schmeichel mencatatkan namanya dalam sejarah Piala Dunia. Putra kiper legenda Denmark dan klub Manchester United (MU) Peter Schmeichel itu menjadi salah satu kiper yang mampu menggagalkan tiga tendangan penalti dalam satu pertandingan.Pertama, Kasper menggagalkan tendangan penalti Luka Modric pada babak kedua perpanjangan waktu babak 16 besar Piala Dunia 2018 kontra Kroasia di Nizhny Novgorod Stadium, dini hari kemarin. Berikutnya, penjaga gawang klub LeicesterCity itu menghalau penalti Milan Badelj dan Josip Pivaric di babak adu penalti. Kasper menyamai rekor menahan tiga tendangan penalti yang sebelumnya dilakukan penjaga gawang Portugal Ricadro Pereira.
Sejarah tersebut dibuat Pereira pada perhelatan Piala Dunia 2006. Kala itu Pereira menggagalkan tendangan penalti pemain Inggris, yakni Frank Lampard, Steven Gerrard, dan Jamie Carragher di babak perempat final. Uniknya, aksi penyelamatan penalti Kasper tanggal dan bulannya sama dengan Pereira, yakni 1 Juli. Hanya tahunnya yang berbeda. Kasper pada Piala Dunia 2018, sedangkan Pereira pada Piala Dunia 2006.
Namun, sayang, prestasi hebat Kasper tercoreng. Dia gagal mengantarkan Denmark lolos ke perempat final Piala Dunia 2018. Denmark kalah adu penalti 2-3 (1-1) dari Kroasia. Kasper mengaku mengalami “perasaan aneh”. “Saya mengalami perasaan yang aneh, kekecewaan besar, tapi juga kebanggaan luar biasa tentang tim kami,” kata pemain berusia 31 tahun itu, saat konferensi pers dilansir ESPN.
“Saya berbicara tidak hanya tentang 11 pemain di lapangan, tapi semua orang yang terlibat dengan tim, mereka yang bekerja untuk tim,” ujarnya. Kasper yang mendapat dukungan langsung dari ayahnya, Schmeichel, yang hadir di tribune penonton, sempat merasa percaya diri tinggi. Dukungan dari legenda Denmark dan MU itu membuat dirinya merasa di atas angin. Kasper tampil super dengan menggagalkan tiga tendangan penalti. Namun, tidak selamanya rasa percaya diri dan keberuntungan berpihak kepada seorang penjaga gawang.
“Tidak semua orang berani mengambil tendangan penalti. Siapa pun yang berani untuk berdiri dan mengambil penalti adalah pahlawan. Siapa pun yang memiliki keberanian untuk mengambil penalti, jelas akan sangat saya hormati. Kami adalah tim yang fantastis. Kami akan kembali. Penting bagi kami untuk mengingat perasaan ini sekarang dan kami menggunakannya di masa depan,” papar Kasper.
Sejarah tersebut dibuat Pereira pada perhelatan Piala Dunia 2006. Kala itu Pereira menggagalkan tendangan penalti pemain Inggris, yakni Frank Lampard, Steven Gerrard, dan Jamie Carragher di babak perempat final. Uniknya, aksi penyelamatan penalti Kasper tanggal dan bulannya sama dengan Pereira, yakni 1 Juli. Hanya tahunnya yang berbeda. Kasper pada Piala Dunia 2018, sedangkan Pereira pada Piala Dunia 2006.
Namun, sayang, prestasi hebat Kasper tercoreng. Dia gagal mengantarkan Denmark lolos ke perempat final Piala Dunia 2018. Denmark kalah adu penalti 2-3 (1-1) dari Kroasia. Kasper mengaku mengalami “perasaan aneh”. “Saya mengalami perasaan yang aneh, kekecewaan besar, tapi juga kebanggaan luar biasa tentang tim kami,” kata pemain berusia 31 tahun itu, saat konferensi pers dilansir ESPN.
“Saya berbicara tidak hanya tentang 11 pemain di lapangan, tapi semua orang yang terlibat dengan tim, mereka yang bekerja untuk tim,” ujarnya. Kasper yang mendapat dukungan langsung dari ayahnya, Schmeichel, yang hadir di tribune penonton, sempat merasa percaya diri tinggi. Dukungan dari legenda Denmark dan MU itu membuat dirinya merasa di atas angin. Kasper tampil super dengan menggagalkan tiga tendangan penalti. Namun, tidak selamanya rasa percaya diri dan keberuntungan berpihak kepada seorang penjaga gawang.
“Tidak semua orang berani mengambil tendangan penalti. Siapa pun yang berani untuk berdiri dan mengambil penalti adalah pahlawan. Siapa pun yang memiliki keberanian untuk mengambil penalti, jelas akan sangat saya hormati. Kami adalah tim yang fantastis. Kami akan kembali. Penting bagi kami untuk mengingat perasaan ini sekarang dan kami menggunakannya di masa depan,” papar Kasper.
(don)