Tiga Alasan Kroasia Berpeluang Angkat Trofi Piala Dunia 2018
A
A
A
MOSCOW - Kroasia telah melambung tinggi melewati rintangan di Piala Dunia 2018. Kroasia sudah membuktikan hal yang tak mungkin terjadi menjadi kenyataan untuk mereka. Bertatus sebagai kuda hitam, Kroasia melaju ke babak final Piala Dunia 2018 untuk pertama kali sepanjang sejarah. Bahkan untuk mencapai tahap final, Kroasia sudah menaklukan tim yang bersatus sebagai mantan juara Dunia. Argentina dan Inggris sudah merasakan kehebatan Kroasia.
Dalam laga final melawan Prancis, Kroasia memiliki 90 menit dan berpeluang untuk merengkuh gelar Piala Dunia sekaligus mencatatkan diri sebagai Juara Dunia yang baru. Ini adalah tiga alasan mengapa Kroasia akan dinobatkan sebagai juara Piala Dunia 2018.
1. Sejarah
Setiap 20 tahun, pencinta si kulit bundar mendapat kehormatan untuk menyaksikan pemenang Piala Dunia yang baru. Pada tahun 1958, Brasil memenangkannya. Argentina memenanginya untuk pertama kalinya pada tahun 1978. Prancis menjadi tuan rumah Piala Dunia dan juga memenangkannya untuk pertama kalinya pada tahun 1998. Pada tahun 2018, Kroasia telah disajikan dengan kesempatan sekali seumur hidup untuk melanjutkan tren ini. Drama sepak bola condong ke arah kesetaraan dan sudah waktunya bagi dunia untuk melihat pemenang Piala Dunia baru.
2. Ketahanan
17 tahun yang lalu (2001) tentara Kroasia terlibat dalam perang untuk memastikan bahwa Kroasia terpisah dari Yugoslavia. Semua anggota timnas Kroasia masih hidup selama perang. Pemain Kroasia ini tahu tentang hitches (rintangan) dalam sejarah negara mereka. Skuad berjuang untuk negara mereka. (Baca Juga: Rakitic: Prancis akan Hadapi Spirit 4,5 Juta Rakyat Kroasia).
Semangat juang ini telah ditingkatkan selama babak sistem gugur dan tampaknya semakin meningkat ketika orang Kroasia lebih dekat dengan trofi yang sangat didambakan. Rintangan yang mereka hadapi ada di fase Sistem gugur. Kroasia telah berjuang melawan Denmark, Rusia dan Inggris masing-masing. Dalam masing-masing tiga pertempuran ini, Blazers- Julukan Kroasia tertinggal 0-1 namun mampu bangkit dan berhasil menang.
Ini membuktikan bahwa pelatih Zlatko Dalic telah menanamkan sikap juang yang tidak pernah padam. Kroasia tidak tahu kapan harus menyerah. Melawan negara tuan rumah Rusia, Luka Modric membuat 15 tekel bersih -paling banyak oleh pemain lapangan di Piala Dunia ini sejauh ini.
Ivan Rakitic mengalami demam malam sebelum pertandingan semifinal melawan Inggris dan dia masih bermain 120 menit di pertandingan itu, secara kebetulan pertandingan melawan Inggris adalah penampilan yang ke 70 Rakitic bersama Kroasia dan dia membuktikan mengapa dia adalah seorang pejuang sejati.
Datang ke pertandingan semifinal melawan Inggris, Kroasia telah bermain 30 menit lebih (extra time). Mereka ngotot dan menunjukkan s tim yang benar-benar ingin mencapai final. Mereka berjuang dan tak kenal kompromi di depan gawang musuh. Orang Kroasia sangat cocok dengan tag 'kuda hitam' dan mereka terlihat seperti tim yang akan berjuang sampai akhir.
3.Tidak ada tekanan
Sebelum dimulainya Piala Dunia ke-21 di Rusia, peluang Kroasia untuk memenangkan Piala Dunia berada diurutan ke 18 dari 32 negara kontestan.
Kroasia tergabung Grup D sebagai unggulan kedua dan diharapkan untuk finis di posisi kedua di belakang favorit Argentina. Mereka menulis ulang sejarah dengan memuncaki Grup D sembai mengubur pasukan tim tango dalam prosesnya.
Karakteristik yang menonjol dari pendekatan Dalic terhadap permainan adalah bahwa timnya sangat santai. mereka lihat menuunggu untuk mengendalikan permainan. Strategi ini membantu mereka mengidentifikasi kelemahan pada lawan dan melawannya balik. Negara Eropa Timur memiliki populasi hanya 4 juta orang menjadikannya sebuah negara kecil hanya mencoba mengekspresikan diri di Rusia.
Mereka bermain dengan begitu banyak ketenangan dan sedikit rasa takut karena mereka tidak mendapat tekanan dari media atapun penggemar lawan. Tim Kroasia memasuki hari terbesar dalam hidup mereka dengan kepala yang berdirik tegak!
Semua tekanan ada pada lawan mereka Prancis, yang kalah di final Piala Eropa 2016. Orang-orang Kroasia akan tahu bahwa semakin lama pertandingan berjalan maka itu akan menjadi suatu keuntungan. Jika pertandingan berjalan buntu, semakin baik bagi mereka karena telah memenangkan dua adu penalti (melawan Denmark dan Rusia) di turnamen ini.
Dalam laga final melawan Prancis, Kroasia memiliki 90 menit dan berpeluang untuk merengkuh gelar Piala Dunia sekaligus mencatatkan diri sebagai Juara Dunia yang baru. Ini adalah tiga alasan mengapa Kroasia akan dinobatkan sebagai juara Piala Dunia 2018.
1. Sejarah
Setiap 20 tahun, pencinta si kulit bundar mendapat kehormatan untuk menyaksikan pemenang Piala Dunia yang baru. Pada tahun 1958, Brasil memenangkannya. Argentina memenanginya untuk pertama kalinya pada tahun 1978. Prancis menjadi tuan rumah Piala Dunia dan juga memenangkannya untuk pertama kalinya pada tahun 1998. Pada tahun 2018, Kroasia telah disajikan dengan kesempatan sekali seumur hidup untuk melanjutkan tren ini. Drama sepak bola condong ke arah kesetaraan dan sudah waktunya bagi dunia untuk melihat pemenang Piala Dunia baru.
2. Ketahanan
17 tahun yang lalu (2001) tentara Kroasia terlibat dalam perang untuk memastikan bahwa Kroasia terpisah dari Yugoslavia. Semua anggota timnas Kroasia masih hidup selama perang. Pemain Kroasia ini tahu tentang hitches (rintangan) dalam sejarah negara mereka. Skuad berjuang untuk negara mereka. (Baca Juga: Rakitic: Prancis akan Hadapi Spirit 4,5 Juta Rakyat Kroasia).
Semangat juang ini telah ditingkatkan selama babak sistem gugur dan tampaknya semakin meningkat ketika orang Kroasia lebih dekat dengan trofi yang sangat didambakan. Rintangan yang mereka hadapi ada di fase Sistem gugur. Kroasia telah berjuang melawan Denmark, Rusia dan Inggris masing-masing. Dalam masing-masing tiga pertempuran ini, Blazers- Julukan Kroasia tertinggal 0-1 namun mampu bangkit dan berhasil menang.
Ini membuktikan bahwa pelatih Zlatko Dalic telah menanamkan sikap juang yang tidak pernah padam. Kroasia tidak tahu kapan harus menyerah. Melawan negara tuan rumah Rusia, Luka Modric membuat 15 tekel bersih -paling banyak oleh pemain lapangan di Piala Dunia ini sejauh ini.
Ivan Rakitic mengalami demam malam sebelum pertandingan semifinal melawan Inggris dan dia masih bermain 120 menit di pertandingan itu, secara kebetulan pertandingan melawan Inggris adalah penampilan yang ke 70 Rakitic bersama Kroasia dan dia membuktikan mengapa dia adalah seorang pejuang sejati.
Datang ke pertandingan semifinal melawan Inggris, Kroasia telah bermain 30 menit lebih (extra time). Mereka ngotot dan menunjukkan s tim yang benar-benar ingin mencapai final. Mereka berjuang dan tak kenal kompromi di depan gawang musuh. Orang Kroasia sangat cocok dengan tag 'kuda hitam' dan mereka terlihat seperti tim yang akan berjuang sampai akhir.
3.Tidak ada tekanan
Sebelum dimulainya Piala Dunia ke-21 di Rusia, peluang Kroasia untuk memenangkan Piala Dunia berada diurutan ke 18 dari 32 negara kontestan.
Kroasia tergabung Grup D sebagai unggulan kedua dan diharapkan untuk finis di posisi kedua di belakang favorit Argentina. Mereka menulis ulang sejarah dengan memuncaki Grup D sembai mengubur pasukan tim tango dalam prosesnya.
Karakteristik yang menonjol dari pendekatan Dalic terhadap permainan adalah bahwa timnya sangat santai. mereka lihat menuunggu untuk mengendalikan permainan. Strategi ini membantu mereka mengidentifikasi kelemahan pada lawan dan melawannya balik. Negara Eropa Timur memiliki populasi hanya 4 juta orang menjadikannya sebuah negara kecil hanya mencoba mengekspresikan diri di Rusia.
Mereka bermain dengan begitu banyak ketenangan dan sedikit rasa takut karena mereka tidak mendapat tekanan dari media atapun penggemar lawan. Tim Kroasia memasuki hari terbesar dalam hidup mereka dengan kepala yang berdirik tegak!
Semua tekanan ada pada lawan mereka Prancis, yang kalah di final Piala Eropa 2016. Orang-orang Kroasia akan tahu bahwa semakin lama pertandingan berjalan maka itu akan menjadi suatu keuntungan. Jika pertandingan berjalan buntu, semakin baik bagi mereka karena telah memenangkan dua adu penalti (melawan Denmark dan Rusia) di turnamen ini.
(sha)