Kemenangan Greysia/Apriyani Jadi Sejarah Buruk Ganda Putri China
A
A
A
NANJING - Keberhasilan Greysia Polii/Apriyani Rahayu lolos ke semifinal Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2018 ternyata menjadi pukulan telak buat ganda putri China. Kekalahan Chen Qingchen/Jia Yifan memastikan China tahun ini tak akan mempunyai juara dunia dari nomor ganda putri.
Lewat kerja keras, Greysia/Apriyani berhasil membungkam perlawanan Chen/Jia yang sejak awal diprediksi bakal menjadi juara di kandang sendiri. Tapi di lapangan atau tepatnya di Nanjing Olympic Sports Centre, Jumat (3/8/2018), Greysia/Apriyani memberikan mimpi buruk setelah mengalahkan dengan skor akhir 23-21, 23-21.
Jelas kekalahan ini menjadi rekor terburuk China. Untuk kali pertama sejak 1995, China tak mempunyai juara dunia nomor ganda putri. Di sisi lain, buat Indonesia jelas bahwa peta persaingan sudah mulai berubah dan kekuatan Indonesia tak bisa dipandang sebelah mata.
Usai pertandingan seperti dikutip Badmintonindonesia, Chen/Jia mengaku bahwa Greysia/Apriyani lebih kuat mentalnya dibandingkan mereka. "Kami kalah dengan cara yang sangat disayangkan, padahal kami sudah memimpin perolehan angka. Kami kehilangan beberapa poin penting dan ini adalah kesalahan besar. Lawan semakin percaya diri," ujar Chen.
"Kami sudah sudah coba mengontrol keadaan, kami kehilangan banyak poin krusial karena mental kami tidak stabil saat itu. Kami merasa tidak bisa bermain di permainan terbaik kami, seharusnya saat itu kami tidak boleh terlalu memikirkannya," kata Jia.
"Greysia adalah pemain berpengalaman. Dia sudah berusia 30 tahun tetapi dia bermain seperti seolah dia masih muda. Dari cara dia berlari keliling lapangan, cara dia mengembalikan bola. Kami melihat semangatnya untuk meraih kemenangan. Kami rasa lawan kami lebih baik dalam hal mengatasi tekanan, sedangkan kami tak bisa mengontrolnya," tambah Jia.
Di babak semifinal, Greysia/Apriyani akan berhadapan dengan Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara. Pasangan Jepang ini lolos ke semifinal setelah mengalahkan Jongkolphan Kittiharakul/Rawinda Prajongjai (Thailand), dengan skor 21-12, 22-20.
Lewat kerja keras, Greysia/Apriyani berhasil membungkam perlawanan Chen/Jia yang sejak awal diprediksi bakal menjadi juara di kandang sendiri. Tapi di lapangan atau tepatnya di Nanjing Olympic Sports Centre, Jumat (3/8/2018), Greysia/Apriyani memberikan mimpi buruk setelah mengalahkan dengan skor akhir 23-21, 23-21.
Jelas kekalahan ini menjadi rekor terburuk China. Untuk kali pertama sejak 1995, China tak mempunyai juara dunia nomor ganda putri. Di sisi lain, buat Indonesia jelas bahwa peta persaingan sudah mulai berubah dan kekuatan Indonesia tak bisa dipandang sebelah mata.
Usai pertandingan seperti dikutip Badmintonindonesia, Chen/Jia mengaku bahwa Greysia/Apriyani lebih kuat mentalnya dibandingkan mereka. "Kami kalah dengan cara yang sangat disayangkan, padahal kami sudah memimpin perolehan angka. Kami kehilangan beberapa poin penting dan ini adalah kesalahan besar. Lawan semakin percaya diri," ujar Chen.
"Kami sudah sudah coba mengontrol keadaan, kami kehilangan banyak poin krusial karena mental kami tidak stabil saat itu. Kami merasa tidak bisa bermain di permainan terbaik kami, seharusnya saat itu kami tidak boleh terlalu memikirkannya," kata Jia.
"Greysia adalah pemain berpengalaman. Dia sudah berusia 30 tahun tetapi dia bermain seperti seolah dia masih muda. Dari cara dia berlari keliling lapangan, cara dia mengembalikan bola. Kami melihat semangatnya untuk meraih kemenangan. Kami rasa lawan kami lebih baik dalam hal mengatasi tekanan, sedangkan kami tak bisa mengontrolnya," tambah Jia.
Di babak semifinal, Greysia/Apriyani akan berhadapan dengan Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara. Pasangan Jepang ini lolos ke semifinal setelah mengalahkan Jongkolphan Kittiharakul/Rawinda Prajongjai (Thailand), dengan skor 21-12, 22-20.
(bbk)