LADI Peringatkan Atlet Asian Games Jangan Sembarang Beli Obat
A
A
A
Lembaga Anti Doping Indonesia (LADI) terus melakukan sosialisasi secara intensif mengenai masalah doping kepada seluruh atlet yang nantinya akan berlaga dalam perhelatan Asian Games 2018. Ketua LADI Zaini Kadhafi Saragih menuturkan bahwa pihaknya saat ini terus melakukan komunikasi di training camp, kemudian sosialiasasi secara informal.
"Yang pasti, kami harus terus melakukan 'direct contact' dengan para atlet. Artinya, kami langsung datangi para atlet di 'training camp', kemudian sosialisasi atau ngobrol dengan mereka secara informal," kata Zaini dikutip dari laman resmi INASGOC, Selasa (7/8/2018).
Menurut Zaini, pengetahuan atau informasi yang dimiliki oleh para atlet mengenai doping masih sangat kurang. Oleh karena itu, pihaknya pun merasa perlu melakukan sosialisasi dengan lebih gencar. "Karena kurangnya pengetahuan atau informasi itu, akhirnya atlet bisa tanpa sengaja mengonsumsi obat secara bebas, misalnya beli di warung, tanpa mereka tahu kalau obat yang dikonsumsi itu mengandung doping," ujar Zaini.
Zaini menambahkan tidak semua obat bisa digunakan oleh para atlet. Obat flu, obat batuk, obat pilek atau obat ringan lain misalnya. Biasanya terkandung zat doping walaupun dalam jumlah yang sedikit. "Namun bukan hanya ada di obat-obatan, di dalam jamu-jamuan juga biasanya mengandung doping. Walaupun takaran doping yang ada di dalam obat atau jamu itu hanya sedikit, tetap saja itu berbahay bagi atlet."
Selain atlet, dia juga meminta kepada para pelatih atau pengurus masing-masing cabang olahraga agar terus mengawasi obat atau jamu yang dikonsumsi oleh seluruh atlet. Dia mengimbau kepada ketua induk organisasi masing-masing cabang olahhraga agar menulis surat izin kepada Dewan Olimpiade Asia (OCA) apabila diketahui ada atlet yang harus mengonsumsi obat khusus.
"Kalau ada atlet yang memang harus mengonsumsi obat khusus, maka pengurus cabor harus segera menulis surat izin kepada OCA untuk menghindari kekhawatiran penggunaan doping oleh atlet yang bersangkutan," ungkap Zaini.
"Yang pasti, kami harus terus melakukan 'direct contact' dengan para atlet. Artinya, kami langsung datangi para atlet di 'training camp', kemudian sosialisasi atau ngobrol dengan mereka secara informal," kata Zaini dikutip dari laman resmi INASGOC, Selasa (7/8/2018).
Menurut Zaini, pengetahuan atau informasi yang dimiliki oleh para atlet mengenai doping masih sangat kurang. Oleh karena itu, pihaknya pun merasa perlu melakukan sosialisasi dengan lebih gencar. "Karena kurangnya pengetahuan atau informasi itu, akhirnya atlet bisa tanpa sengaja mengonsumsi obat secara bebas, misalnya beli di warung, tanpa mereka tahu kalau obat yang dikonsumsi itu mengandung doping," ujar Zaini.
Zaini menambahkan tidak semua obat bisa digunakan oleh para atlet. Obat flu, obat batuk, obat pilek atau obat ringan lain misalnya. Biasanya terkandung zat doping walaupun dalam jumlah yang sedikit. "Namun bukan hanya ada di obat-obatan, di dalam jamu-jamuan juga biasanya mengandung doping. Walaupun takaran doping yang ada di dalam obat atau jamu itu hanya sedikit, tetap saja itu berbahay bagi atlet."
Selain atlet, dia juga meminta kepada para pelatih atau pengurus masing-masing cabang olahraga agar terus mengawasi obat atau jamu yang dikonsumsi oleh seluruh atlet. Dia mengimbau kepada ketua induk organisasi masing-masing cabang olahhraga agar menulis surat izin kepada Dewan Olimpiade Asia (OCA) apabila diketahui ada atlet yang harus mengonsumsi obat khusus.
"Kalau ada atlet yang memang harus mengonsumsi obat khusus, maka pengurus cabor harus segera menulis surat izin kepada OCA untuk menghindari kekhawatiran penggunaan doping oleh atlet yang bersangkutan," ungkap Zaini.
(sha)