Roberto Mancini Masih Perlihatkan Wajah Lama Italia
A
A
A
LISABON - Kehadiran Roberto Mancini di kursi pelatih timnas Italia belum membuat tim berjuluk Gli Azzurri tersebut memperlihatkan masa depan lebih baik.
Dua pertandingan League A Grup 3 UEFA Nations League memperlihatkan Italia masih sama dengan era sebelumnya. Pada laga perdana UEFA Nations League, Italia harus puas bermain imbang 1-1 melawan Polandia di Stadio Renato Dall’Ara, Bologna, dan kalah 0-1 menghadapi Portugal melalui gol tunggal Andre Silva pada menit ke-48 di Stadion Da Luz, Lisabon, Selasa (12/9).
Dua hasil yang membuat Italia berada di peringkat bawah Grup 3 dan terancam degradasi ke League B. “Saya pikir itu semua masih terbuka,” kata Mancini, dikutip Football-Italia. Masalahnya, pendukung timnas Italia mulai khawatir.
Lihat bagaimana kolom komentar di beberapa situs berita Italia, semua memperlihatkan kekhawatiran. Mayoritas mengkritik penampilan pasukan Mancini jauh dari harapan.
Bermain tanpa arah, lini belakang lemah, barisan penyerang yang mandul, umpan silang tanpa tujuan, dan permainan tanpa visi. Tim Mancini benarbenar minim apresiasi. Wajah lama timnas Italia yang gagal ke Piala Dunia 2018 membayang di depan mata.
Sepak terjang Italia berada di era yang tak pernah terbayangkan sebelumnya, karena tak lolos ke putaran final Piala Dunia 2018, mereka belum pernah kembali. Pelatih sebelumnya, Gian Piero Ventura, dengan semua eksperimen formasi dan keberaniannya menantang kritik justru membuat Italia seperti tanpa jati diri dan serba tanggung.
Tugas Mancini saat ditunjuk adalah mengembalikan Italia ke jalurnya. Memiliki reputasi pelatih yang hampir selalu mendapatkan gelar di kompetisi domestik bersama klub, ternyata belum membuat Jorginho dkk bergigi.
Dari lima laga di bawah Mancini, Italia hanya mencatatkan sekali menang, itu pun melawan Arab Saudi. Sisanya, dua imbang, dua kalah. Mancini memang bukan tanpa usaha.
Mantan pelatih Manchester City dan Inter Milan itu sudah berusaha menghadirkan wajah baru di skuad Gli Azzurri. Pertama, dia memanggil banyak wajah baru dalam skuadnya, termasuk mereka yang belum pernah memperkuat timnas Italia.
Sejak laga melawan Arab Saudi sampai Portugal, setidaknya ada sembilan pemain dengan 0 caps dipanggil. Dari jumlah tersebut, lima di antaranya sudah mendapatkan debut di bawah Mancini.
Langkah tersebut bukan tanpa risiko. Tapi, Man cini memiliki argumen sendiri. “Jika tidak, perlu waktu lebih lama untuk mempercepat adaptasi. Itu akan menjadi tantangan,” tuturnya.
Kedua, dari lima pertandingan, Mancini tak pernah menurunkan formasi yang sama persis.
Hampir semua pemain terkena rotasi, kecuali gelandang Jorginho yang tak tersentuh diera Mancini.
Selebihnya, harus rela bergantian menjadi starting lineup. Penjaga gawang muda Gianluigi Donnarumma harus rela berbagi tempat dengan Salvatore Sirigu dan Mattia Perin.
Sebelumnya Donnarumma seperti tak tersentuh di bawah mistar gawang. Dua pemain senior Leonardo Bonucci dan Giorgio Chiellini juga tak bebas dari rotasi. Chiellini yang menjadi kapten tim baru sekali menjadi starter, yaitu saat melawan Polan dia.
Sementara Bonucci yang menjadi tulang punggung Juventus juga hanya tiga kali menjadi starter, satu di antaranya di laga resmi melawan Polandia. Tapi, menghadapi Portugal, Bonucci dan Chiellini harus menepi.
Mario Balotelli yang mendapat panggilan setelah terpinggirkan dari skuad Italia beberapa tahun terakhir, bukannya tak tersentuh. Penampilannya yang tidak konsisten membuat dia harus menjadi cadangan saat laga melawan Portugal.
“Ada beberapa debutan di game ini dan mereka melakukan beberapa hal positif. Memang, ada masalah dalam tim ini, karena kami tidak lolos Piala Dunia 2018,” ujarnya. Perubahan ketiga adalah mencoba fleksibel dari sisi formasi.
Mancini awalnya menggunakan pakem 4-3-3 karena ingin membuat Italia lebih banyak membuat peluang. Tapi, setelah gagal di empat pertandingan, dia mengubahnya menjadi 4-4-2 saat menghadapi Portugal. Sayang, perubahan itu belum membuahkan hasil.
Striker Italia Simone Zaza mengatakan, timnya hanya kurang gol saat melawan Portugal. “Portugal adalah juara bertahan Eropa. Terkadang kami mendominasi permainan. Tapi, jika tidak mencetak gol, Anda tidak mungkin akan menang atau bahkan mendapatkan imbang,” tuturnya.
Ciro Immobile yang menjadi kapten dengan caps terbanyak pun, 33 laga, mengatakan semua pemain sudah berusaha memberikan yang terbaik. Menurut dia, saat seorang pemain mendapatkan panggilan timnas, dia dinilai mampu menge nakan jer sey dan harus mem berikan segalanya.
“Memang benar kami memiliki banyak pemain muda. Kami sedang dalam tahap percobaan dan mengubah sembilan dari starting eleven dari hasil imbang melawan Polandia,” tandas Immobile.
Dua pertandingan League A Grup 3 UEFA Nations League memperlihatkan Italia masih sama dengan era sebelumnya. Pada laga perdana UEFA Nations League, Italia harus puas bermain imbang 1-1 melawan Polandia di Stadio Renato Dall’Ara, Bologna, dan kalah 0-1 menghadapi Portugal melalui gol tunggal Andre Silva pada menit ke-48 di Stadion Da Luz, Lisabon, Selasa (12/9).
Dua hasil yang membuat Italia berada di peringkat bawah Grup 3 dan terancam degradasi ke League B. “Saya pikir itu semua masih terbuka,” kata Mancini, dikutip Football-Italia. Masalahnya, pendukung timnas Italia mulai khawatir.
Lihat bagaimana kolom komentar di beberapa situs berita Italia, semua memperlihatkan kekhawatiran. Mayoritas mengkritik penampilan pasukan Mancini jauh dari harapan.
Bermain tanpa arah, lini belakang lemah, barisan penyerang yang mandul, umpan silang tanpa tujuan, dan permainan tanpa visi. Tim Mancini benarbenar minim apresiasi. Wajah lama timnas Italia yang gagal ke Piala Dunia 2018 membayang di depan mata.
Sepak terjang Italia berada di era yang tak pernah terbayangkan sebelumnya, karena tak lolos ke putaran final Piala Dunia 2018, mereka belum pernah kembali. Pelatih sebelumnya, Gian Piero Ventura, dengan semua eksperimen formasi dan keberaniannya menantang kritik justru membuat Italia seperti tanpa jati diri dan serba tanggung.
Tugas Mancini saat ditunjuk adalah mengembalikan Italia ke jalurnya. Memiliki reputasi pelatih yang hampir selalu mendapatkan gelar di kompetisi domestik bersama klub, ternyata belum membuat Jorginho dkk bergigi.
Dari lima laga di bawah Mancini, Italia hanya mencatatkan sekali menang, itu pun melawan Arab Saudi. Sisanya, dua imbang, dua kalah. Mancini memang bukan tanpa usaha.
Mantan pelatih Manchester City dan Inter Milan itu sudah berusaha menghadirkan wajah baru di skuad Gli Azzurri. Pertama, dia memanggil banyak wajah baru dalam skuadnya, termasuk mereka yang belum pernah memperkuat timnas Italia.
Sejak laga melawan Arab Saudi sampai Portugal, setidaknya ada sembilan pemain dengan 0 caps dipanggil. Dari jumlah tersebut, lima di antaranya sudah mendapatkan debut di bawah Mancini.
Langkah tersebut bukan tanpa risiko. Tapi, Man cini memiliki argumen sendiri. “Jika tidak, perlu waktu lebih lama untuk mempercepat adaptasi. Itu akan menjadi tantangan,” tuturnya.
Kedua, dari lima pertandingan, Mancini tak pernah menurunkan formasi yang sama persis.
Hampir semua pemain terkena rotasi, kecuali gelandang Jorginho yang tak tersentuh diera Mancini.
Selebihnya, harus rela bergantian menjadi starting lineup. Penjaga gawang muda Gianluigi Donnarumma harus rela berbagi tempat dengan Salvatore Sirigu dan Mattia Perin.
Sebelumnya Donnarumma seperti tak tersentuh di bawah mistar gawang. Dua pemain senior Leonardo Bonucci dan Giorgio Chiellini juga tak bebas dari rotasi. Chiellini yang menjadi kapten tim baru sekali menjadi starter, yaitu saat melawan Polan dia.
Sementara Bonucci yang menjadi tulang punggung Juventus juga hanya tiga kali menjadi starter, satu di antaranya di laga resmi melawan Polandia. Tapi, menghadapi Portugal, Bonucci dan Chiellini harus menepi.
Mario Balotelli yang mendapat panggilan setelah terpinggirkan dari skuad Italia beberapa tahun terakhir, bukannya tak tersentuh. Penampilannya yang tidak konsisten membuat dia harus menjadi cadangan saat laga melawan Portugal.
“Ada beberapa debutan di game ini dan mereka melakukan beberapa hal positif. Memang, ada masalah dalam tim ini, karena kami tidak lolos Piala Dunia 2018,” ujarnya. Perubahan ketiga adalah mencoba fleksibel dari sisi formasi.
Mancini awalnya menggunakan pakem 4-3-3 karena ingin membuat Italia lebih banyak membuat peluang. Tapi, setelah gagal di empat pertandingan, dia mengubahnya menjadi 4-4-2 saat menghadapi Portugal. Sayang, perubahan itu belum membuahkan hasil.
Striker Italia Simone Zaza mengatakan, timnya hanya kurang gol saat melawan Portugal. “Portugal adalah juara bertahan Eropa. Terkadang kami mendominasi permainan. Tapi, jika tidak mencetak gol, Anda tidak mungkin akan menang atau bahkan mendapatkan imbang,” tuturnya.
Ciro Immobile yang menjadi kapten dengan caps terbanyak pun, 33 laga, mengatakan semua pemain sudah berusaha memberikan yang terbaik. Menurut dia, saat seorang pemain mendapatkan panggilan timnas, dia dinilai mampu menge nakan jer sey dan harus mem berikan segalanya.
“Memang benar kami memiliki banyak pemain muda. Kami sedang dalam tahap percobaan dan mengubah sembilan dari starting eleven dari hasil imbang melawan Polandia,” tandas Immobile.
(don)