Arab Saudi Siap Gelar Balapan Mobil Listrik
A
A
A
RIYADH - Arab Saudi akan menggelar ajang Formula E pada 15 Desember mendatang. Kompetisi ini menjadi bagian dari upaya Saudi mendorong reformasi ekonomi dengan diversifikasi di berbagai bidang selain minyak.
Ajang ini juga luar biasa karena akan ada tujuh wanita yang turut berlomba dalam kompetisi yang biasanya didominasi pria tersebut.
Terlibatnya wanita sebagai peserta ini hanya enam bulan setelah Saudi mencabut larangan perempuan mengemudi mobil. Formula E merupakan lomba yang seluruhnya menggunakan mobil listrik. Dengan kompetisi ini sejumlah manufaktur menandingkan teknologi mobil listriknya dalam persaingannya sengit.
“Tujuh dari 22 titik untuk sesi tes pertama Formula E di Ad-Diriyah bulan depan adalah wanita. Dua tim lain juga akan menggunakan pengendara wanita untuk tes,” ungkap pihak penyelenggara Formula E, di lansir ESPN.
Wanita yang mengikuti ajang itu antara lain pengemudi tes Sauber Formula One Tatiana Calderon, pengemudi Formula 4 Amna Al Qubaisi, pemenang Formula 3 Inggris Jamie Chad wick, pengemudi Supercars Simona de Silvestro, pengemudi BMW Motorsport Beitske Visser, pengemudi IMSA Katherine Legge, dan mantan pengemudi pengembangan Lotus F1 Carmen Jorda.
Mereka semua secara total menjadi sepertiga dari jumlah pengemudi lain dalam tes itu. Formula E memulai musim perlombaan pada akhir tahun dan berjalan hingga tahun berikutnya, artinya musim 2018-2019 dimulai bulan depan.
Pembukaan tahun ini dan lokasi sesi tes berada di sirkuit Arab Saudi. Wanita juga diizinkan hadir dalam lomba itu sebagai penonton. Para wanita dari luar negeri yang bekerja dan melaporkan berita perlombaan itu juga akan diizinkan. Sebelumnya wanita dibatasi aksesnya sebagai penonton acara semacam ini.
Perubahan ini merupakan bagian dari reformasi budaya yang dilakukan Saudi. “Partisipasi pengemudi wanita diizinkan dan Formula E memberikan mobil tambahan sebagai imbalan. Hasilnya positif, partisipasi peserta lomba meningkat dan itu menjadi ajang menampilkan keterampilan mereka didepan publik,” ungkap penyelenggara Formula E.
Juru bicara penyelenggara Formula E juga menjelaskan, penawaran mobil tambahan itu untuk tim yang mengerahkan pengemudi wanita.
“Promotor lokal acara itu bekerja sama dengan tim-tim untuk mendorong partisipasi perempuan dalam tes,” papar juru bicara itu. Perlombaan itu akan menjadi yang pertama melibatkan mobil-mobil generasi baru Formula E dan menandai debut seri lomba itu di Timur Tengah.
Peserta lomba, Amna al-Qubaisi dari Uni Emirat Arab (UEA), telah lama berkompetisi secara internasional di Formula 4. Ayahnya, Khaled, merupakan warga UEA pertama yang bertarung di Le Mans 24 Hours.
“Saya sangat bangga mewakili wanita secara umum dan wanita Arab secara khusus. Test drive ini merupakan tonggak sejarah menuju mimpi saya dalam karier profesional dalam olahraga motorsport,” papar Amna al Qubaisi.
Tatiana Calderon dari Kolombia menjadi pengemudi resmi untuk tim Sauber Formula One yang kali ini akan maju untuk tim DS Techeetah.
Pengemudi Belanda, Beitske Visser, akan bergabung tim BMWi Andretti Motorsport dengan Katherine Legge asal Inggris serta Jamie Chadwick tampil untuk tim Mahindra dan NIO. Pengemudi berpengalaman asal Swiss, Simona de Silvestro, maju untuk Venturi dan wanita Spanyol, Carmen Jorda, untuk tim Nissan.
Jorda merupakan mantan pengemudi Lotus dan Renault F1 yang menyatakan bahwa wanita mungkin lebih cocok untuk Formula E dibandingkan Formula One karena semua mobil listrik secara fisik kurang menantang.
Namun, pendapat itu disangkal wanita lain dalam lomba itu, termasuk Pippa Mann, yang berlomba di Indianapolis 500 dan sukses di Amerika dengan mobil-mobil tanpa power steering. Formula One tidak memiliki wanita sebagai pengemudi dalam grand prix sejak 1976 tapi De Silvestro berlomba untuk Formula E dua tahun lalu.
Putri Arab Saudi, Haifa bint Mohammed bin Saud, yang menjadi sekretaris jenderal orga nizing committee untuk Formula E menyambut baik meningkatnya partisipasi dalam lomba itu.
“Dengan meningkatnya partisipasi dan menjadi tuan rumah olahraga kelas dunia dalam Visi 2030, kami ingin menginspirasi pemuda Arab Saudi menuju pencapaian lebih besar dan mengambil peran aktif dalam setiap bagian ke hidupan,” tutur Haifa, dilansir Arab News.
Reformasi di Saudi tak dapat dilepaskan dari peran besar putra mahkota, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS). Dia anak kesayangan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Saud yang akan memimpin negaranya pada masa mendatang.
Visi kepemimpinan Pangeran Mohammed adalah konsep yang disebut “Visi 2030” dan “Rencana Transformasi Nasional”. Dia ingin melepaskan ketergantungan Saudi dari produksi minyak. Dia ingin menarik investasi asing besar-besaran. Meskipun usianya baru 32 tahun, visi Pangeran Mohammed ingin membuka babak baru bagi masa depan Saudi.
Berbagai langkah taktis dan strategis yang dimainkan Pangeran Mohammed juga dalam mengonsolidasikan kekuasaannya. Tidak ada yang mengetahui sampai kapan ayahnya, Raja Salman, bertakhta. Apalagi kesehatan Raja Salman terus memburuk.
“Berbagai langkah sentralisasi yang dilakukan Pangeran Mohammed bertujuan mendorong agenda transformasi keluarga Bin Salman di Arab Saudi,” ujar peneliti dari bank investasi Exotix Capital, Hasnain Malik, kepada CNBC .
Pengaruh politik Mohammed kini sangat kuat dan impresif. Karier politiknya yang dimulai sebagai Gubernur Riyadh menjadikan dia memiliki jaringan internasional luas.
Dia juga menjadi penasihat khusus Raja Salman. Kemudian dia pernah menjadi pemimpin pengadilan pada 2012, setingkat menteri. Ketika ayahnya menjadi Raja Saudi, dia di tunjuk sebagai menteri pertahanan. Dialah menteri pertahanan termuda di seluruh dunia saat itu. (Syarifudin)
Ajang ini juga luar biasa karena akan ada tujuh wanita yang turut berlomba dalam kompetisi yang biasanya didominasi pria tersebut.
Terlibatnya wanita sebagai peserta ini hanya enam bulan setelah Saudi mencabut larangan perempuan mengemudi mobil. Formula E merupakan lomba yang seluruhnya menggunakan mobil listrik. Dengan kompetisi ini sejumlah manufaktur menandingkan teknologi mobil listriknya dalam persaingannya sengit.
“Tujuh dari 22 titik untuk sesi tes pertama Formula E di Ad-Diriyah bulan depan adalah wanita. Dua tim lain juga akan menggunakan pengendara wanita untuk tes,” ungkap pihak penyelenggara Formula E, di lansir ESPN.
Wanita yang mengikuti ajang itu antara lain pengemudi tes Sauber Formula One Tatiana Calderon, pengemudi Formula 4 Amna Al Qubaisi, pemenang Formula 3 Inggris Jamie Chad wick, pengemudi Supercars Simona de Silvestro, pengemudi BMW Motorsport Beitske Visser, pengemudi IMSA Katherine Legge, dan mantan pengemudi pengembangan Lotus F1 Carmen Jorda.
Mereka semua secara total menjadi sepertiga dari jumlah pengemudi lain dalam tes itu. Formula E memulai musim perlombaan pada akhir tahun dan berjalan hingga tahun berikutnya, artinya musim 2018-2019 dimulai bulan depan.
Pembukaan tahun ini dan lokasi sesi tes berada di sirkuit Arab Saudi. Wanita juga diizinkan hadir dalam lomba itu sebagai penonton. Para wanita dari luar negeri yang bekerja dan melaporkan berita perlombaan itu juga akan diizinkan. Sebelumnya wanita dibatasi aksesnya sebagai penonton acara semacam ini.
Perubahan ini merupakan bagian dari reformasi budaya yang dilakukan Saudi. “Partisipasi pengemudi wanita diizinkan dan Formula E memberikan mobil tambahan sebagai imbalan. Hasilnya positif, partisipasi peserta lomba meningkat dan itu menjadi ajang menampilkan keterampilan mereka didepan publik,” ungkap penyelenggara Formula E.
Juru bicara penyelenggara Formula E juga menjelaskan, penawaran mobil tambahan itu untuk tim yang mengerahkan pengemudi wanita.
“Promotor lokal acara itu bekerja sama dengan tim-tim untuk mendorong partisipasi perempuan dalam tes,” papar juru bicara itu. Perlombaan itu akan menjadi yang pertama melibatkan mobil-mobil generasi baru Formula E dan menandai debut seri lomba itu di Timur Tengah.
Peserta lomba, Amna al-Qubaisi dari Uni Emirat Arab (UEA), telah lama berkompetisi secara internasional di Formula 4. Ayahnya, Khaled, merupakan warga UEA pertama yang bertarung di Le Mans 24 Hours.
“Saya sangat bangga mewakili wanita secara umum dan wanita Arab secara khusus. Test drive ini merupakan tonggak sejarah menuju mimpi saya dalam karier profesional dalam olahraga motorsport,” papar Amna al Qubaisi.
Tatiana Calderon dari Kolombia menjadi pengemudi resmi untuk tim Sauber Formula One yang kali ini akan maju untuk tim DS Techeetah.
Pengemudi Belanda, Beitske Visser, akan bergabung tim BMWi Andretti Motorsport dengan Katherine Legge asal Inggris serta Jamie Chadwick tampil untuk tim Mahindra dan NIO. Pengemudi berpengalaman asal Swiss, Simona de Silvestro, maju untuk Venturi dan wanita Spanyol, Carmen Jorda, untuk tim Nissan.
Jorda merupakan mantan pengemudi Lotus dan Renault F1 yang menyatakan bahwa wanita mungkin lebih cocok untuk Formula E dibandingkan Formula One karena semua mobil listrik secara fisik kurang menantang.
Namun, pendapat itu disangkal wanita lain dalam lomba itu, termasuk Pippa Mann, yang berlomba di Indianapolis 500 dan sukses di Amerika dengan mobil-mobil tanpa power steering. Formula One tidak memiliki wanita sebagai pengemudi dalam grand prix sejak 1976 tapi De Silvestro berlomba untuk Formula E dua tahun lalu.
Putri Arab Saudi, Haifa bint Mohammed bin Saud, yang menjadi sekretaris jenderal orga nizing committee untuk Formula E menyambut baik meningkatnya partisipasi dalam lomba itu.
“Dengan meningkatnya partisipasi dan menjadi tuan rumah olahraga kelas dunia dalam Visi 2030, kami ingin menginspirasi pemuda Arab Saudi menuju pencapaian lebih besar dan mengambil peran aktif dalam setiap bagian ke hidupan,” tutur Haifa, dilansir Arab News.
Reformasi di Saudi tak dapat dilepaskan dari peran besar putra mahkota, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS). Dia anak kesayangan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Saud yang akan memimpin negaranya pada masa mendatang.
Visi kepemimpinan Pangeran Mohammed adalah konsep yang disebut “Visi 2030” dan “Rencana Transformasi Nasional”. Dia ingin melepaskan ketergantungan Saudi dari produksi minyak. Dia ingin menarik investasi asing besar-besaran. Meskipun usianya baru 32 tahun, visi Pangeran Mohammed ingin membuka babak baru bagi masa depan Saudi.
Berbagai langkah taktis dan strategis yang dimainkan Pangeran Mohammed juga dalam mengonsolidasikan kekuasaannya. Tidak ada yang mengetahui sampai kapan ayahnya, Raja Salman, bertakhta. Apalagi kesehatan Raja Salman terus memburuk.
“Berbagai langkah sentralisasi yang dilakukan Pangeran Mohammed bertujuan mendorong agenda transformasi keluarga Bin Salman di Arab Saudi,” ujar peneliti dari bank investasi Exotix Capital, Hasnain Malik, kepada CNBC .
Pengaruh politik Mohammed kini sangat kuat dan impresif. Karier politiknya yang dimulai sebagai Gubernur Riyadh menjadikan dia memiliki jaringan internasional luas.
Dia juga menjadi penasihat khusus Raja Salman. Kemudian dia pernah menjadi pemimpin pengadilan pada 2012, setingkat menteri. Ketika ayahnya menjadi Raja Saudi, dia di tunjuk sebagai menteri pertahanan. Dialah menteri pertahanan termuda di seluruh dunia saat itu. (Syarifudin)
(nfl)