APPI dan PSSI Dorong Pengusutan Kasus Match Fixing
A
A
A
JAKARTA - Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI) dan PSSI berkomitmen memberantas praktik match fixing dalam kompetisi sepak bola nasional. Termasuk menjatuhkan sanksi berat pada oknum yang terlibat mulai dari level pemain, ofisial, komite eksekutif, hingga pengurus federasi. Sepak bola nasional memang tengah dalam sorotan menyusul dugaan pengaturan skor dan match fixing khususnya di Liga 2.
Sejumlah hasil pertandingan pada babak penyisihan hingga delapan besar diduga diwarnai dengan indikasi kecurangan. Dugaan match fixing ini bahkan kembali menyerempet pada kegagalan Indonesia di Piala AFF 2010 silam.
Saat itu, Indonesia takluk 3-0 dari Malaysia pada laga pertama. Padahal di babak penyisihan, tim Garuda mampu menggasak Harimau Malaya dengan skor telak 5-1. Rentetan dugaan pengaturan skor ini kemudian direspons PSSI dengan membentuk Komite Adhoc yang bertugas menangani indikasi pelanggaran integritas sepak bola.
Tidak hanya itu, kepolisian juga bergerak dengan membentuk Satgas Anti Match Fixing di bawah komando Kapolri. Wakil Ketua PSSI Joko Driyono menyatakan, federasi tidak akan mundur dalam upaya menegakkan integritas sepak bola nasional.
Karena itu, Komisi Disiplin didorong agar segera memanggil semua pihak yang di duga terlibat. Menurut dia, pelanggaran disiplin harus segera ditindaklanjuti dengan menyertakan bukti-bukti konkret agar pengambilan keputusan bisa dilakukan objektif.
“Sejauh ini kami inventarisasi ada 76 akun media sosial memiliki informasi terkait match fixing ini. Kami mendorong agar Komdis segera memanggil dan memeriksa yang terlibat disertai data serta bukti konkret. Semua harus ditindak jika terlibat tidak peduli dia pemain, ofisial, Exco, pengurus, bahkan wakil ketua,” katanya di konferensi pers, kemarin.
Dia menyatakan, dalam pengusutan kasus match fixing dan pengaturan skor, Komdis akan sinergis dengan Satgas Polri. Konkretnya, pihakpihak yang menunjukkan keengganan atas upaya penyelidikan dilakukan Komdis akan dilimpahkan ke polisi.
“Proses untuk penyelidikan ini memang harus hati-hati karena tidak hanya melibatkan orang dalam negeri, tapi juga asing. Jadi harus komprehensif dan didukung bukti yang kuat,” katanya. Di sisi lain, Presiden APPI Firman Utina menyatakan, pihaknya menyambut baik rencana Polri membentuk Satgas Anti-Pengaturan Skor.
Dia menyatakan, asosiasi pemain siap membantu polisi dalam pengusutan termasuk memberikan keterangan pemain jika dibutuhkan. “APPI menolak dan menentang pengaturan skor dalam sepak bola. Kami mendorong Polri untuk adil dalam penyelidikan match-fixingini,” ujarnya, kemarin.
Dalam kesempatan tersebut, Firman Utina kembali menyinggung final Piala AFF 2010. Dia mengaku kecewa lantaran banyaknya tudingan jika pemain timnas saat itu terlibat pengaturan skor sehingga mengalami kekalahan.
“Saya sedih dengan tudingan itu. Jangan sampai isu-isu seperti ini membuat pemain muda kita menjadi trauma. Mereka sudah berjuang habis-habisan untuk negara, tapi dituduh macam-macam,” katanya.
Hal serupa disampaikan bek Maman Abdurrahman yang menjadi sorotan. Dia mengakui secara teknis dirinya melakukan kesalahan fatal sehingga gawang Indonesia kebobolan. Namun, dia menegaskan tidak terlibat dalam pengaturan skor.
“Saya gentle mengakui melakukan kesalahan teknis, tapi jika dituduh sengaja melakukan itu, demi Allah tidak. Saya siap bekerja sama dengan Satgas Polri untuk mengusut ini karena saya sangat disudutkan terutama di media sosial,” katanya.
Manajer Timnas Indonesia Piala AFF 2010 Andi Darussalam Tabusalla menyatakan, dirinya tidak pernah menuduh pemainnya terlibat pengaturan skor sehingga skuad Garuda kalah. Dia juga menilai, kesalahan yang dilakukan Maman Abdurahman dan berujung gol merupakan faktor teknis.
“Saya tidak pernah menuduh pemain menerima suap karena tidak ada bukti. Maman juga mengakui melakukan kesalahan teknis dan itu normal dalam sepak bola. Belakangan memang baru saya ketahui jika ada yang bermain dan itu menyakitkan,” ujarnya.
Sejumlah hasil pertandingan pada babak penyisihan hingga delapan besar diduga diwarnai dengan indikasi kecurangan. Dugaan match fixing ini bahkan kembali menyerempet pada kegagalan Indonesia di Piala AFF 2010 silam.
Saat itu, Indonesia takluk 3-0 dari Malaysia pada laga pertama. Padahal di babak penyisihan, tim Garuda mampu menggasak Harimau Malaya dengan skor telak 5-1. Rentetan dugaan pengaturan skor ini kemudian direspons PSSI dengan membentuk Komite Adhoc yang bertugas menangani indikasi pelanggaran integritas sepak bola.
Tidak hanya itu, kepolisian juga bergerak dengan membentuk Satgas Anti Match Fixing di bawah komando Kapolri. Wakil Ketua PSSI Joko Driyono menyatakan, federasi tidak akan mundur dalam upaya menegakkan integritas sepak bola nasional.
Karena itu, Komisi Disiplin didorong agar segera memanggil semua pihak yang di duga terlibat. Menurut dia, pelanggaran disiplin harus segera ditindaklanjuti dengan menyertakan bukti-bukti konkret agar pengambilan keputusan bisa dilakukan objektif.
“Sejauh ini kami inventarisasi ada 76 akun media sosial memiliki informasi terkait match fixing ini. Kami mendorong agar Komdis segera memanggil dan memeriksa yang terlibat disertai data serta bukti konkret. Semua harus ditindak jika terlibat tidak peduli dia pemain, ofisial, Exco, pengurus, bahkan wakil ketua,” katanya di konferensi pers, kemarin.
Dia menyatakan, dalam pengusutan kasus match fixing dan pengaturan skor, Komdis akan sinergis dengan Satgas Polri. Konkretnya, pihakpihak yang menunjukkan keengganan atas upaya penyelidikan dilakukan Komdis akan dilimpahkan ke polisi.
“Proses untuk penyelidikan ini memang harus hati-hati karena tidak hanya melibatkan orang dalam negeri, tapi juga asing. Jadi harus komprehensif dan didukung bukti yang kuat,” katanya. Di sisi lain, Presiden APPI Firman Utina menyatakan, pihaknya menyambut baik rencana Polri membentuk Satgas Anti-Pengaturan Skor.
Dia menyatakan, asosiasi pemain siap membantu polisi dalam pengusutan termasuk memberikan keterangan pemain jika dibutuhkan. “APPI menolak dan menentang pengaturan skor dalam sepak bola. Kami mendorong Polri untuk adil dalam penyelidikan match-fixingini,” ujarnya, kemarin.
Dalam kesempatan tersebut, Firman Utina kembali menyinggung final Piala AFF 2010. Dia mengaku kecewa lantaran banyaknya tudingan jika pemain timnas saat itu terlibat pengaturan skor sehingga mengalami kekalahan.
“Saya sedih dengan tudingan itu. Jangan sampai isu-isu seperti ini membuat pemain muda kita menjadi trauma. Mereka sudah berjuang habis-habisan untuk negara, tapi dituduh macam-macam,” katanya.
Hal serupa disampaikan bek Maman Abdurrahman yang menjadi sorotan. Dia mengakui secara teknis dirinya melakukan kesalahan fatal sehingga gawang Indonesia kebobolan. Namun, dia menegaskan tidak terlibat dalam pengaturan skor.
“Saya gentle mengakui melakukan kesalahan teknis, tapi jika dituduh sengaja melakukan itu, demi Allah tidak. Saya siap bekerja sama dengan Satgas Polri untuk mengusut ini karena saya sangat disudutkan terutama di media sosial,” katanya.
Manajer Timnas Indonesia Piala AFF 2010 Andi Darussalam Tabusalla menyatakan, dirinya tidak pernah menuduh pemainnya terlibat pengaturan skor sehingga skuad Garuda kalah. Dia juga menilai, kesalahan yang dilakukan Maman Abdurahman dan berujung gol merupakan faktor teknis.
“Saya tidak pernah menuduh pemain menerima suap karena tidak ada bukti. Maman juga mengakui melakukan kesalahan teknis dan itu normal dalam sepak bola. Belakangan memang baru saya ketahui jika ada yang bermain dan itu menyakitkan,” ujarnya.
(don)