San Marino 1994 Balapan Terkelam bagi Ayrton Senna

Kamis, 02 Mei 2019 - 11:51 WIB
San Marino 1994 Balapan...
San Marino 1994 Balapan Terkelam bagi Ayrton Senna
A A A
GP San Marino pada 1994 akan selalu diingat dalam sejarah Formula One (F1). Itu menjadi balapan terakhir Ayrton Senna sebelum mengembuskan napas terakhirnya di Sirkuit Imola, Italia. Pada balapan itu, Senna yang sedang memimpin jalannya balapan ditempel ketat Michael Schumacher.

Namun, duel mereka harus berakhir pada lap kelima ketika Senna masuk ke tikungan Tamburello. Juara dunia tiga kali itu kehilangan kontrol pada kecepatan 306 km/jam dan melakukan engine brakehingga kecepatan 211 km/jam. Mobil Williams FW16 tunggangannya tak mampu dibelokkan pada kecepatan itu.

Seketika Senna menabrak dinding pembatas dengan sangat keras hingga komponen mobilnya berhamburan di sirkuit. Senna pun langsung dibawa ke rumah sakit terdekat di Maggiore, Bologna. Dua jam seusai lomba berakhir dan berhasil dimenangkan Schumacher, dokter di Rumah Sakit Maggiore mengumumkan bahwa Senna sudah tiada.

Diagnosis dokter menyimpulkan sang pembalap mengalami pendarahan hebat di kepala akibat benturan. Sementara itu, pihak otoritas Italia menyimpulkan bahwa bisa saja kecelakaan ini disebabkan kurangnya pengaman di sirkuit tersebut. Satu penyebab lainnya adalah kemung kinan sirkuit yang (cukup) sempit serta memungkinkan banyak kecelakaan di sana.

Padahal, sirkuit tersebut digunakan untuk balapan mobil yang jumlahnya banyak. Apa pun penyebabnya, kini tikungan tersebut sudah tidak ada lagi di Imola karena dinilai terlalu berbahaya bagi para pembalap. Sehari sebelumnya, pembalap dari Austria Roland Ratzenberger meninggal karena kecelakaan serupa di babak kualifikasi.

Jelas, GP San Marino 1994 adalah balapan paling kelam dalam sejarah F1. Insiden ini kembali dikenang meski kejadian sudah berlalu selama 25 tahun silam. Para pembalap, tim, dan beberapa tokoh di F1 memberikan tributeuntuk Senna, termasuk Presiden Federation Internasional de Automobile (FIA) Jean Todt melalui media sosial pribadinya.

“25 tahun yang lalu di Imola, kami kehilangan pembalap yang hebat dan pria yang murah hati. Kami merindukanmu, Ayrton Senna # F1 #Ayrton Senna #Senna-Sempre,” tulis Todt, dilansir Crash. Selain itu, mantan Presiden Ferrari Luca di Montezemolo juga memiliki kenangan dengan pembalap asal Brasil itu.

Dia mengungkapkan jika Senna sebenarnya ingin mengakhiri karier bersama tim yang bermarkas Maranello itu. Pembicaraan itu terjadi tiga hari sebelum kematiannya di San Marino. Sayang, keinginannya itu harus pupus.

“Kami berbicara untuk waktu yang lama. Dia menjelaskan kepada saya bahwa dia ingin mengakhiri kariernya di Ferrari setelah hampir bergabung dengan kami beberapa tahun sebelumnya. Kami sepakat untuk segera bertemu lagi untuk melihat bagaimana kami dapat mengatasi kewajiban kontraknya pada saat itu. Sayang, nasib berkata lain,” ungkapnya.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8139 seconds (0.1#10.140)