Melaju ke Semifinal Piala Afrika, Tunisia Akhiri Kutukan
A
A
A
KAIRO - Pengalaman selalu memberikan perbedaan dalam segala hal, termasuk di sepak bola. Itu dibuktikan Tunisia dengan merusak kisah indah Madagaskar pada Piala Afrika 2019. Mereka menghentikan laju tim penuh kejutan tersebut dengan kemenangan 3-0 di perempat final, Jumat (12/7).
Dominasi Tunisia begitu terlihat di Al-Salam Stadium. Madagaskar yang sebelumnya jadi pusat perhatian setelah menyingkirkan Republik Kongo, seolah tidak berdaya meredam gempuran lawan. Mereka akhirnya takluk oleh gol yang dilesakan Ferjani Sassi (52), Youssef Msakni (60), dan Naim Sliti (90+3).
Tunisia kini melaju ke semifinal Piala Afrika untuk pertama kalinya sejak menjadi juara pada 2004 dan sekaligus mengakhiri kutukan terhenti pada perempat final yang sudah terjadi dua kali (2015, 2017). Pada tujuh edisi sebelumnya Aigles de Carthage dua kali tersingkir di fase grup (2010, 2013) dan lima kali di fase delapan besar (2006,2008, 2012, 2015, 2017). Menurut pelatih Alain Giresse, pencapaian Tunisia terasa istimewa lantaran mampu menyudahi kiprah sensasional Madagaskar.
Namun, dia menilai mengamankan tiket empat besar menjadi bukti kematangan dan kualitas timnya pada Piala Afrika 2019. Terlebih, di babak 16 besar kontra Ghana, Selasa (9/7), stamina Tunisia banyak terkuras setelah menang 5-4 melalui adu penalti. Karena itu, Giresse berharap pasukannya bisa memaksimalkan waktu istirahat agar lebih segar saat menghadapi Senegal di semifinal, Minggu (14/7).
“Kami menjadi tim pertama yang mengalahkan Madagaskar. Kami harus melakukannya untuk lolos dan kami menunjukkan kualitas bagus yang kami miliki. Ketika Anda berada pada tahap semifinal dan telah menunggu cukup lama, kami ingin melaju sejauh mungkin. Kami tidak mencurinya dari siapa pun. Kami layak mendapatkannya,” ungkap Giresse dilansir France24.
Suka cita yang dirasakan Tunisia terasa getir bagi Madagaskar. Kiprah sensasional mereka pada Piala Afrika 2019 kini harus terhenti dengan cara yang cukup memalukan. Ya , untuk pertama kalinya selama mengikuti turnamen ini, mereka gagal mencetak gol. Meski demikian, tidak ada penyesalan yang dirasakan pelatih Nicolas Dupuis.
Dupuis justru merasa bangga karena timnya telah menorehkan tinta emas dalam sejarah sepak bola Madagaskar. Dupuis bukan asal bicara, Madagaskar yang berada di peringkat 107 daftar FIFA sejatinya tidak diperhitungkan. Nyatanya, Barea mematahkan prediksi berbagai pihak yang meragukan mereka. Madagaskar sukses menjuarai Grup B dengan mengemas tujuh poin hasil dua kemenangan dan satu imbang.
Kejutan Madagaskar berlanjut di babak 16 besar, Minggu (7/7) dengan menyingkirkan Republik Kongo 4-2 lewat adu penalti. Karena itu, Dupuis yang kontraknya berakhir setelah turnamen ini menganggap Madagaskar kini tidak bisa lagi dipandang sebelah mata. Dia berharap, kegemilangan di Piala Afrika 2019 menjadi pelecut semangat Madagaskar agar terus maju dan bekerja keras. Harapannya, supaya mampu meraih hasil lebih baik lagi di turnamen besar sepak bola berikutnya.
“Saya sangat bangga dengan apa yang ditunjukkan para pemain sejak Piala Afrika 2019 dimulai. Saya angkat topi terhadap mereka. Langkah kami sudah cukup jauh. Namun, kami harus mengakui Tunisia adalah tim yang lebih kuat. Masa depan saya? Itu tidak terlalu penting. Saya adalah orang yang setia. Prioritas utama saya adalah Madagaskar,” jelas Dupuis.
Tunisia tidak sendirian melalui ke semifinal. Mereka ditemani Aljazair yang sukses menyingkirkan Pantai Gading 4-3 lewat adu penalti di New Suez Stadium, Kamis (11/7). Sebelumnya mereka bermain imbang setelah gol Aljazair atas nama Sofiane Feghouli (20), disamakan Jonathan Kodjia (62). Selanjutnya Riyad Mahrez dkk akan berjumpa Nigeria.
Dominasi Tunisia begitu terlihat di Al-Salam Stadium. Madagaskar yang sebelumnya jadi pusat perhatian setelah menyingkirkan Republik Kongo, seolah tidak berdaya meredam gempuran lawan. Mereka akhirnya takluk oleh gol yang dilesakan Ferjani Sassi (52), Youssef Msakni (60), dan Naim Sliti (90+3).
Tunisia kini melaju ke semifinal Piala Afrika untuk pertama kalinya sejak menjadi juara pada 2004 dan sekaligus mengakhiri kutukan terhenti pada perempat final yang sudah terjadi dua kali (2015, 2017). Pada tujuh edisi sebelumnya Aigles de Carthage dua kali tersingkir di fase grup (2010, 2013) dan lima kali di fase delapan besar (2006,2008, 2012, 2015, 2017). Menurut pelatih Alain Giresse, pencapaian Tunisia terasa istimewa lantaran mampu menyudahi kiprah sensasional Madagaskar.
Namun, dia menilai mengamankan tiket empat besar menjadi bukti kematangan dan kualitas timnya pada Piala Afrika 2019. Terlebih, di babak 16 besar kontra Ghana, Selasa (9/7), stamina Tunisia banyak terkuras setelah menang 5-4 melalui adu penalti. Karena itu, Giresse berharap pasukannya bisa memaksimalkan waktu istirahat agar lebih segar saat menghadapi Senegal di semifinal, Minggu (14/7).
“Kami menjadi tim pertama yang mengalahkan Madagaskar. Kami harus melakukannya untuk lolos dan kami menunjukkan kualitas bagus yang kami miliki. Ketika Anda berada pada tahap semifinal dan telah menunggu cukup lama, kami ingin melaju sejauh mungkin. Kami tidak mencurinya dari siapa pun. Kami layak mendapatkannya,” ungkap Giresse dilansir France24.
Suka cita yang dirasakan Tunisia terasa getir bagi Madagaskar. Kiprah sensasional mereka pada Piala Afrika 2019 kini harus terhenti dengan cara yang cukup memalukan. Ya , untuk pertama kalinya selama mengikuti turnamen ini, mereka gagal mencetak gol. Meski demikian, tidak ada penyesalan yang dirasakan pelatih Nicolas Dupuis.
Dupuis justru merasa bangga karena timnya telah menorehkan tinta emas dalam sejarah sepak bola Madagaskar. Dupuis bukan asal bicara, Madagaskar yang berada di peringkat 107 daftar FIFA sejatinya tidak diperhitungkan. Nyatanya, Barea mematahkan prediksi berbagai pihak yang meragukan mereka. Madagaskar sukses menjuarai Grup B dengan mengemas tujuh poin hasil dua kemenangan dan satu imbang.
Kejutan Madagaskar berlanjut di babak 16 besar, Minggu (7/7) dengan menyingkirkan Republik Kongo 4-2 lewat adu penalti. Karena itu, Dupuis yang kontraknya berakhir setelah turnamen ini menganggap Madagaskar kini tidak bisa lagi dipandang sebelah mata. Dia berharap, kegemilangan di Piala Afrika 2019 menjadi pelecut semangat Madagaskar agar terus maju dan bekerja keras. Harapannya, supaya mampu meraih hasil lebih baik lagi di turnamen besar sepak bola berikutnya.
“Saya sangat bangga dengan apa yang ditunjukkan para pemain sejak Piala Afrika 2019 dimulai. Saya angkat topi terhadap mereka. Langkah kami sudah cukup jauh. Namun, kami harus mengakui Tunisia adalah tim yang lebih kuat. Masa depan saya? Itu tidak terlalu penting. Saya adalah orang yang setia. Prioritas utama saya adalah Madagaskar,” jelas Dupuis.
Tunisia tidak sendirian melalui ke semifinal. Mereka ditemani Aljazair yang sukses menyingkirkan Pantai Gading 4-3 lewat adu penalti di New Suez Stadium, Kamis (11/7). Sebelumnya mereka bermain imbang setelah gol Aljazair atas nama Sofiane Feghouli (20), disamakan Jonathan Kodjia (62). Selanjutnya Riyad Mahrez dkk akan berjumpa Nigeria.
(don)