Dari Imigran Gelap hingga Tempati Rumah Berhantu
A
A
A
JAKARTA - Samuel Eto'o baru saja mengumumkan pensiun dari dunia sepak bola. Setelah 22 tahun berkarier di lapangan hijau tentunya ada banyak momen yang ditinggalkan pemain asal Kamerun tersebut.
Karier Eto'o mungkin tidak setenar Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi. Namun ada banyak hal yang bisa diingat dari sosok yang dikenal jenius dalam menjebol gawang lawan. Salah satunya kecintaan Eto'o pada sepak bola merupakan hal yang paling dikagumi.
Eto'o kecil mulai mengenal sepak bola ketika ia masuk di Akademi Olahraga Kadji, Kota Douala. Saat itu dia dijuluki "Milla Kecil" atau merujuk pada legenda sepak bola Kamerun, Roger Milla. Koneksinya ke Milla mulai dirasakan ketika dia menangkap salah satu jersey Milla yang dilemparkan ke kerumunan selama pertandingan.
Setelah empat tahun bertahan untuk mendapatkan pengakuan kontinental dan internasional, Eto'o akhirnya pindah ke Prancis pada 1996. Selama tinggal di Kota Mode, Eto'o sulit menemukan klub yang mau menerimanya. Akibatnya, ia harus hidup sebagai imigran gelap lantaran kurangnya dokumentasi dan identifikasi yang tepat.
Eto'o masih tetap bertahan untuk mewujudkan mimpinya menjadi pesepak bola terkenal. Takdir akhirnya mengantarkannya ke Real Madrid saat pencari bakat mengintip bakat yang dimilikinya. Namun rencana tidak sejalan dengan apa yang dipikirkan.
Eto'o gagal membawa tim muda Madrid karena terlempar ke zona degradasi dan masuk ke tingkat ketiga sepak bola Spanyol. Akibatnya dia mulai dipaksa berpetualang ke sejumlah ke tim muda di Eropa dengan status pinjaman. Tiga klub yakni Leganes, Espanyol, dan Mallorca menjadi pelabuhan sementara Eto'o.
Meskipun jarang dimainkan, tapi Eto'o mampu membawa pulang uang setiap minggunya untuk keluarga. Saat itu keluarganya tidak percaya. Dalam sebuah wawancara, dia ingat bagaimana ayahnya bertanya, "Bisakah Anda benar-benar mendapatkan banyak dari bermain sepak bola?"
Karier Eto'o mulai mendapat atensi penggemar ketika bermain untuk Barcelona. Selama lima musim berada di Camp Nou, peraih pemain terbaik Afrika empat kali (2003, 2004, 2005, dan 2010) itu telah memberikan kontribusi besar buat Blaugrana. (Baca juga: Rapor Eto'o Bermain Bersama Barcelona )
Setelah bermain selama lima tahun di Barcelona, Eto'o pindah ke Inter Milan. Selama berada dua musim bersama klub raksasa Liga Italia, karier Eto'o kurang begitu bersinar. Namun demikian, masih ada klub yang mau membayar dengan gaji besar.
Adalah klub sepak bola Rusia, Anzhi Makhachkala, yang berani membayar Eto'o dengan mahar yang besar pada 2011. Berdasarkan gaji 26,8 juta Rubel Rusia, dia berhasil membuat sejarah sepak bola. Eto’o melampaui gaji Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi, yang saat itu dikenal sebagai bintang sepak bola dengan bayaran tertinggi di dunia.
Sayangnya, kariernya bersama klub Rusia tidak begitu mengesankan. Hingga akhirnya dia memutuskan hijrah ke Inggris untuk bergabung bersama Chelsea dan Everton. Di Inggris tak ada perubahan yang berarti hingga akhirnya dia kembali ke Italia dengan membela Sampdoria.
Di Sampdoria ada kesan yang sangat spesial saat itu. Selama menetap di sana dia menempati properti mewah di Villa Altachiara. Ada kisah misteri di balik hunian bergaya klasik tersebut.
Pemilik rumah Eto'o sebelumnya, George Herbert, tewas akibat gigitan nyamuk setelah satu bulan menemukan makam raja Tutankhamun. Dari situlah kemudian muncul cerita tentang kutukan hingga akhirnya keponakan Herbert meninggal di Villa Altachiara setelah terjatuh dari tangga.
Pemilik rumah selanjutnya, Francesca Vacca Agusta, tak lepas dari ganggung teror. Dia pun ditemukan tewas pada 2001 di tempat serupa. Akibat serangkaian kejadian tak lazim itu, sering terlihat fenomena penampakan di rumah itu.
Setelah Sampdoria masih ada tiga klub lain yang dibela Eto'o. Qatar SC menjadi klub terakhir buat penyihir asal Kamerun tersebut. Total, selama menjalani karier bersama 14 klub berbeda, Eto'o telah menjalani 716 pertandingan dengan menyumbangkan 359 gol dan 116 assist.
Karier Eto'o mungkin tidak setenar Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi. Namun ada banyak hal yang bisa diingat dari sosok yang dikenal jenius dalam menjebol gawang lawan. Salah satunya kecintaan Eto'o pada sepak bola merupakan hal yang paling dikagumi.
Eto'o kecil mulai mengenal sepak bola ketika ia masuk di Akademi Olahraga Kadji, Kota Douala. Saat itu dia dijuluki "Milla Kecil" atau merujuk pada legenda sepak bola Kamerun, Roger Milla. Koneksinya ke Milla mulai dirasakan ketika dia menangkap salah satu jersey Milla yang dilemparkan ke kerumunan selama pertandingan.
Setelah empat tahun bertahan untuk mendapatkan pengakuan kontinental dan internasional, Eto'o akhirnya pindah ke Prancis pada 1996. Selama tinggal di Kota Mode, Eto'o sulit menemukan klub yang mau menerimanya. Akibatnya, ia harus hidup sebagai imigran gelap lantaran kurangnya dokumentasi dan identifikasi yang tepat.
Eto'o masih tetap bertahan untuk mewujudkan mimpinya menjadi pesepak bola terkenal. Takdir akhirnya mengantarkannya ke Real Madrid saat pencari bakat mengintip bakat yang dimilikinya. Namun rencana tidak sejalan dengan apa yang dipikirkan.
Eto'o gagal membawa tim muda Madrid karena terlempar ke zona degradasi dan masuk ke tingkat ketiga sepak bola Spanyol. Akibatnya dia mulai dipaksa berpetualang ke sejumlah ke tim muda di Eropa dengan status pinjaman. Tiga klub yakni Leganes, Espanyol, dan Mallorca menjadi pelabuhan sementara Eto'o.
Meskipun jarang dimainkan, tapi Eto'o mampu membawa pulang uang setiap minggunya untuk keluarga. Saat itu keluarganya tidak percaya. Dalam sebuah wawancara, dia ingat bagaimana ayahnya bertanya, "Bisakah Anda benar-benar mendapatkan banyak dari bermain sepak bola?"
Karier Eto'o mulai mendapat atensi penggemar ketika bermain untuk Barcelona. Selama lima musim berada di Camp Nou, peraih pemain terbaik Afrika empat kali (2003, 2004, 2005, dan 2010) itu telah memberikan kontribusi besar buat Blaugrana. (Baca juga: Rapor Eto'o Bermain Bersama Barcelona )
Setelah bermain selama lima tahun di Barcelona, Eto'o pindah ke Inter Milan. Selama berada dua musim bersama klub raksasa Liga Italia, karier Eto'o kurang begitu bersinar. Namun demikian, masih ada klub yang mau membayar dengan gaji besar.
Adalah klub sepak bola Rusia, Anzhi Makhachkala, yang berani membayar Eto'o dengan mahar yang besar pada 2011. Berdasarkan gaji 26,8 juta Rubel Rusia, dia berhasil membuat sejarah sepak bola. Eto’o melampaui gaji Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi, yang saat itu dikenal sebagai bintang sepak bola dengan bayaran tertinggi di dunia.
Sayangnya, kariernya bersama klub Rusia tidak begitu mengesankan. Hingga akhirnya dia memutuskan hijrah ke Inggris untuk bergabung bersama Chelsea dan Everton. Di Inggris tak ada perubahan yang berarti hingga akhirnya dia kembali ke Italia dengan membela Sampdoria.
Di Sampdoria ada kesan yang sangat spesial saat itu. Selama menetap di sana dia menempati properti mewah di Villa Altachiara. Ada kisah misteri di balik hunian bergaya klasik tersebut.
Pemilik rumah Eto'o sebelumnya, George Herbert, tewas akibat gigitan nyamuk setelah satu bulan menemukan makam raja Tutankhamun. Dari situlah kemudian muncul cerita tentang kutukan hingga akhirnya keponakan Herbert meninggal di Villa Altachiara setelah terjatuh dari tangga.
Pemilik rumah selanjutnya, Francesca Vacca Agusta, tak lepas dari ganggung teror. Dia pun ditemukan tewas pada 2001 di tempat serupa. Akibat serangkaian kejadian tak lazim itu, sering terlihat fenomena penampakan di rumah itu.
Setelah Sampdoria masih ada tiga klub lain yang dibela Eto'o. Qatar SC menjadi klub terakhir buat penyihir asal Kamerun tersebut. Total, selama menjalani karier bersama 14 klub berbeda, Eto'o telah menjalani 716 pertandingan dengan menyumbangkan 359 gol dan 116 assist.
(sha)