Hangatnya Sambutan Warga hingga Serunya Menaklukkan Tanjakan Setan
A
A
A
MAGELANG - Sepasang suami istri duduk santai di sebuah bangku panjang di depan teras rumahnya sambil menyaksikan para pelari melintasi jalan aspal selebar kira-kira tiga meter. Di depannya tersaji cangkir-cangkir berisi teh hangat yang diletakkan di sebuah meja kecil.
“Monggo mampir mas, minum dulu,” ujar laki-laki paruh baya pemilik rumah sambil tersenyum ramah.Beberapa pelari pun mengiyakan tawaran sang pemilik rumah. Mereka berhenti sejenak lalu menyeruput teh hangat manis seraya berbincang beberapa kata. Bagi sebagian pelari, khususnya kategori marathon, setelah menempuh jarak puluhan kilometer, teh manis hangat cukup nikmat untuk menghalau dahaga sekaligus membantu menambah energi.
“Semangat mas, ini sudah lewat pertengahan, sudah kilometer 26,” ujar laki-laki tersebut menyemangati.
Kehangatan dan keakraban warga seperti ini akan mudah ditemui di kampung-kampung yang dilewati peserta Borobudur Marathon 2019. Tidak hanya menyediakan minuman hangat dan makanan kecil seperti kacang, ubi rebus dan aneka buah, warga juga berdiri berjejer di tepi jalan sambil mengulurkan tangan menyambut datangnya para pelari. Mereka bahkan rela berdiri hingga berjam-jam. Tidak hanya remaja dan pemuda, orang tua dan anak-anak pun ikut berbaris, bersorak memberi semangat.
Sindonews yang turut menjadi peserta lari kategori Marathon 42 kilometer ikut merasakan keramahan dan hangatnya sambutan warga ini. Saat itu Sindonews berada di kilometer 29 pada pukul 08.15 dan hendak beristirahat sejenak.
Udara panas yang diperkirakan mencapai 32 derajat celcius dengan kelembaban udara hingga 70% memang cukup menguras energi pelari. Saat sedang mencari toilet, seorang pemilik rumah yang merangkap bengkel mobil dengan ramah menawarkan jasa baiknya. Dia memperbolehkan toiletnya untuk digunakan.
Berselang 5 menit, saat hendak melanjutkan lari, laki-laki pemilik rumah tersebut buru-buru menawarkan segelas teh yang baru saja diseduhnya. Berhubung teh tersebut masih panas, Sindonews hanya menyeruput dua tiga kali saja sambil memohon maaf dan meminta izin untuk melanjutkan perjalanan. Karena setiap pelari umumnya memiliki target waktu finis yang harus dicapai, tentu setiap menit waktu harus dimanfaatkan seefisien mungkin.
Namun, perjalanan Sindonews masih harus tertunda beberapa menit karena pemilik rumah menyarankan agar teh tersebut tetap diminum. Dia lalu meminta istrinya agar membungkus teh itu ke dalam plastik. “Buat mas minum saat di jalan nanti, ini garis finisnya masih jauh,” ujarnya ramah.
Alhasil, Sindonews pun melanjutkan berlari sambil menenteng teh dalam bungkus plastik pemberian warga tersebut.
Borobudur Marathon yang digelar ketiga kalinya tahun ini memang ajang lari yang cukup berbeda dengan yang lain. Di ajang ini keterlibatan warga Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dalam menyukseskan acara sangat terlihat.
Mereka mengekspresikan antusiasmenya dalam beragam cara, antara lain menampilkan pertunjukan musik, tarian, dan kesenian daerah lainnya. Mereka berdandan dan mengenakan kostum tradisional layaknya saat akan tampil di panggung pertunjukan.
Sebelum race atau acara puncak digelar di Taman Lumbini Kawasan Candi Borobudur pada Minggu 17 November 2019, sejumlah rangkaian acara telah digelar sebelumnya, antara lain Pasar Harmoni yang menyajikan 25 kuliner khas Magelang untuk warga dan wisatawan, dan Friendship Run Borobudur Marathon, yaitu lari pemanasan di kawasan Candi Pawon, sehari menjelang race.
Sejalan dengan tema tahun ini, yakni “Synergy & Harmony”, Borobudur Marathon hendak menunjukkan bahwa antara olahraga, budaya, alam, serta warga masyarakat bisa menciptakan semangat kebersamaan dan keselarasan.
Karena penyelenggaraan event yang baik dan menarik, jumlah peserta Borobudur Marathon pun meningkat setiap tahunnya. Tahun ini peserta mencapai 10.900 untuk tiga kategori lari yakni Marathon, Half Marathon, dan 10 Km.
Tahun ini pendaftaran peserta pun kian selektif, yakni menggunakan sistem ballot atau undian sehingga setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi peserta. Ada 350 pelari asing berpartisipasi tahun ini yang berasal dari 35 negara. Event sport tourism ini juga sukses menarik wisatawan. Tahun ini Borobudur Marathon dihadiri 41.000 pengunjung.
Khusus bagi pelari, Borobudur Marathon selalu menarik untuk diikuti lantaran rute yang ditempuh menyajikan panorama alam indah di sekitar Kawasan Candi Borobudur. Selain itu, sebagian pelari menganggap rute Borobudur Marathon menantang untuk ditaklukkan karena memiliki beberapa tanjakan, termasuk di kilometer 35 dan 37. Seorang pelari asal Jakarta seraya berseloroh menyebutnya sebagai “tanjakan setan”.
“Ini luar biasa tantangannya, menjelang finis masih ada tanjakan yang cukup tinggi. Tapi senang sekali karena akhirnya karena bisa finis,” ujarnya.
“Monggo mampir mas, minum dulu,” ujar laki-laki paruh baya pemilik rumah sambil tersenyum ramah.Beberapa pelari pun mengiyakan tawaran sang pemilik rumah. Mereka berhenti sejenak lalu menyeruput teh hangat manis seraya berbincang beberapa kata. Bagi sebagian pelari, khususnya kategori marathon, setelah menempuh jarak puluhan kilometer, teh manis hangat cukup nikmat untuk menghalau dahaga sekaligus membantu menambah energi.
“Semangat mas, ini sudah lewat pertengahan, sudah kilometer 26,” ujar laki-laki tersebut menyemangati.
Kehangatan dan keakraban warga seperti ini akan mudah ditemui di kampung-kampung yang dilewati peserta Borobudur Marathon 2019. Tidak hanya menyediakan minuman hangat dan makanan kecil seperti kacang, ubi rebus dan aneka buah, warga juga berdiri berjejer di tepi jalan sambil mengulurkan tangan menyambut datangnya para pelari. Mereka bahkan rela berdiri hingga berjam-jam. Tidak hanya remaja dan pemuda, orang tua dan anak-anak pun ikut berbaris, bersorak memberi semangat.
Sindonews yang turut menjadi peserta lari kategori Marathon 42 kilometer ikut merasakan keramahan dan hangatnya sambutan warga ini. Saat itu Sindonews berada di kilometer 29 pada pukul 08.15 dan hendak beristirahat sejenak.
Udara panas yang diperkirakan mencapai 32 derajat celcius dengan kelembaban udara hingga 70% memang cukup menguras energi pelari. Saat sedang mencari toilet, seorang pemilik rumah yang merangkap bengkel mobil dengan ramah menawarkan jasa baiknya. Dia memperbolehkan toiletnya untuk digunakan.
Berselang 5 menit, saat hendak melanjutkan lari, laki-laki pemilik rumah tersebut buru-buru menawarkan segelas teh yang baru saja diseduhnya. Berhubung teh tersebut masih panas, Sindonews hanya menyeruput dua tiga kali saja sambil memohon maaf dan meminta izin untuk melanjutkan perjalanan. Karena setiap pelari umumnya memiliki target waktu finis yang harus dicapai, tentu setiap menit waktu harus dimanfaatkan seefisien mungkin.
Namun, perjalanan Sindonews masih harus tertunda beberapa menit karena pemilik rumah menyarankan agar teh tersebut tetap diminum. Dia lalu meminta istrinya agar membungkus teh itu ke dalam plastik. “Buat mas minum saat di jalan nanti, ini garis finisnya masih jauh,” ujarnya ramah.
Alhasil, Sindonews pun melanjutkan berlari sambil menenteng teh dalam bungkus plastik pemberian warga tersebut.
Borobudur Marathon yang digelar ketiga kalinya tahun ini memang ajang lari yang cukup berbeda dengan yang lain. Di ajang ini keterlibatan warga Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dalam menyukseskan acara sangat terlihat.
Mereka mengekspresikan antusiasmenya dalam beragam cara, antara lain menampilkan pertunjukan musik, tarian, dan kesenian daerah lainnya. Mereka berdandan dan mengenakan kostum tradisional layaknya saat akan tampil di panggung pertunjukan.
Sebelum race atau acara puncak digelar di Taman Lumbini Kawasan Candi Borobudur pada Minggu 17 November 2019, sejumlah rangkaian acara telah digelar sebelumnya, antara lain Pasar Harmoni yang menyajikan 25 kuliner khas Magelang untuk warga dan wisatawan, dan Friendship Run Borobudur Marathon, yaitu lari pemanasan di kawasan Candi Pawon, sehari menjelang race.
Sejalan dengan tema tahun ini, yakni “Synergy & Harmony”, Borobudur Marathon hendak menunjukkan bahwa antara olahraga, budaya, alam, serta warga masyarakat bisa menciptakan semangat kebersamaan dan keselarasan.
Karena penyelenggaraan event yang baik dan menarik, jumlah peserta Borobudur Marathon pun meningkat setiap tahunnya. Tahun ini peserta mencapai 10.900 untuk tiga kategori lari yakni Marathon, Half Marathon, dan 10 Km.
Tahun ini pendaftaran peserta pun kian selektif, yakni menggunakan sistem ballot atau undian sehingga setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi peserta. Ada 350 pelari asing berpartisipasi tahun ini yang berasal dari 35 negara. Event sport tourism ini juga sukses menarik wisatawan. Tahun ini Borobudur Marathon dihadiri 41.000 pengunjung.
Khusus bagi pelari, Borobudur Marathon selalu menarik untuk diikuti lantaran rute yang ditempuh menyajikan panorama alam indah di sekitar Kawasan Candi Borobudur. Selain itu, sebagian pelari menganggap rute Borobudur Marathon menantang untuk ditaklukkan karena memiliki beberapa tanjakan, termasuk di kilometer 35 dan 37. Seorang pelari asal Jakarta seraya berseloroh menyebutnya sebagai “tanjakan setan”.
“Ini luar biasa tantangannya, menjelang finis masih ada tanjakan yang cukup tinggi. Tapi senang sekali karena akhirnya karena bisa finis,” ujarnya.
(mir)