IITF Gelar Seminar di Surabaya Memperkenalkan Taekwondo-ITF
A
A
A
SURABAYA - Indonesia International Taekwon-Do Federation (IITF) menggelar seminar di Club House Regency Surabaya, Minggu (8/12/2019). Kegiatan bertema The Art of Taekwon-Do ini diikuti sejumlah instruktur dari berbagai perguruan bela diri dari berbagai daerah di Indonesia.
Dan VI Chief Instructor Indonesia ITF, Chandra Lesmana Hadi mengatakan, seminar Taekwon-Do ini digelar untuk mengenalkan kembali seni bela diri yang dikembangkan Taekwon-Do ITF yang bermarkas di Wina, Austria.
"Taekwondo yang dikembangkan ITF ini sempat populer di era 70-an. Namun, setelah itu vakum. Nah, hari ini kami kembali mengenalkannya kepada publik. Bahwa di Indonesia saat ini ada Taekwon-Do ITF," kata Chandra di sela-sela seminar.
Chandra menjelaskan, di dunia, organisasi yang menaungi bela diri taekwondo ada dua. Masing-masing, World Taekwondo Federation (WTF) dan International Taekwondo Federation (ITF). Meski berakar sama, keduanya memiliki perbedaan.
ITF kata Chandra, lebih menekankan pada konsep berpikir. Artinya, setiap gerakan yang dilatih harus dimengerti fungsi dan tujuannya. Sedangkan WTF, lebih pada membentuk atlet.
“Perbedaan lainnya ada di peraturan (pertandingan). ITF misalnya membolehkan memukul di bagian kepala dengan tangan. Sedangkan WTF dengan kaki. ITF memakai pelindung kepala dan kaki. Semetara WTF memakai pelindung perut,” katanya.
Perbedaan inilah kata Chandra yang tengah disatukan. Saat ini, induk kedua organisasi tersebut tengah bertemu untuk menyatukan visi.
"Jadi nanti memungkinkan ada federasi baru. Atau bahkan tuker-tukeran peraturan," katanya.
Indonesia ITF, lanjut Chandra, aktif mengikuti berbagai event kejuaraan baik dalam tingkat nasional maupun tingkat internasional. Di antaranya mengikuti kejuaraan di Singapura, Malaysia, Bulgaria dan berbagai negara lainnya.
"Devent event tersebut, kontingen Indonesia ITF kerap mendapatkan medali. Karena itu, dengan dukungan penuh President Indonesia ITF, Bapak Rudijanto Tanoesoedibjo, kami optimistis ke depannya Taekwon-Do ini bukan hanya lebih dikenal oleh masyarakat luas namun juga menjadi sarana bagi yang ingin belajar seni beladiri ini dan sarana untuk meraih prestasi," ujarnya. (iNews.id/Ihya' Ulumuddin)
Dan VI Chief Instructor Indonesia ITF, Chandra Lesmana Hadi mengatakan, seminar Taekwon-Do ini digelar untuk mengenalkan kembali seni bela diri yang dikembangkan Taekwon-Do ITF yang bermarkas di Wina, Austria.
"Taekwondo yang dikembangkan ITF ini sempat populer di era 70-an. Namun, setelah itu vakum. Nah, hari ini kami kembali mengenalkannya kepada publik. Bahwa di Indonesia saat ini ada Taekwon-Do ITF," kata Chandra di sela-sela seminar.
Chandra menjelaskan, di dunia, organisasi yang menaungi bela diri taekwondo ada dua. Masing-masing, World Taekwondo Federation (WTF) dan International Taekwondo Federation (ITF). Meski berakar sama, keduanya memiliki perbedaan.
ITF kata Chandra, lebih menekankan pada konsep berpikir. Artinya, setiap gerakan yang dilatih harus dimengerti fungsi dan tujuannya. Sedangkan WTF, lebih pada membentuk atlet.
“Perbedaan lainnya ada di peraturan (pertandingan). ITF misalnya membolehkan memukul di bagian kepala dengan tangan. Sedangkan WTF dengan kaki. ITF memakai pelindung kepala dan kaki. Semetara WTF memakai pelindung perut,” katanya.
Perbedaan inilah kata Chandra yang tengah disatukan. Saat ini, induk kedua organisasi tersebut tengah bertemu untuk menyatukan visi.
"Jadi nanti memungkinkan ada federasi baru. Atau bahkan tuker-tukeran peraturan," katanya.
Indonesia ITF, lanjut Chandra, aktif mengikuti berbagai event kejuaraan baik dalam tingkat nasional maupun tingkat internasional. Di antaranya mengikuti kejuaraan di Singapura, Malaysia, Bulgaria dan berbagai negara lainnya.
"Devent event tersebut, kontingen Indonesia ITF kerap mendapatkan medali. Karena itu, dengan dukungan penuh President Indonesia ITF, Bapak Rudijanto Tanoesoedibjo, kami optimistis ke depannya Taekwon-Do ini bukan hanya lebih dikenal oleh masyarakat luas namun juga menjadi sarana bagi yang ingin belajar seni beladiri ini dan sarana untuk meraih prestasi," ujarnya. (iNews.id/Ihya' Ulumuddin)
(sha)