Serigala Ibu Kota Sedang Tak berdaya

Jum'at, 07 Februari 2020 - 17:12 WIB
Serigala Ibu Kota Sedang Tak berdaya
Serigala Ibu Kota Sedang Tak berdaya
A A A
ROMA - Inilah AS Roma. Siapa pun pelatihnya, mereka selalu seperti kehilangan taji dan amunisi saat kompetisi memasuki putaran kedua. Pelan-pelan tenggelam dari persaingan gelar. Imbasnya, mulai ada ragu tentang gaya bermain mereka yang ditawarkan Pelatih Paulo Fonseca.

Musim ini perjalanan Roma bahkan terbilang rumit. Fonseca yang didatangkan di awal musim juga tidak bisa membawa Serigala Ibu Kota tampil stabil dalam penampilan mereka. Padahal, pelatih asal Portugal itu datang dengan semua reputasi positif dalam bentuk gelar dan gaya bermain.

Di tiga dari empat tim yang ditangani sebelum datang ke Olimpico, arsitek tim berusia 46 tahun itu selalu memberikan gelar. Bahkan, di klub terakhirnya, Shakhtar Donetsk, dia berhasil memberikan tujuh gelar. Rinciannya, tiga gelar Liga Primer Ukraina, Piala Ukraina,dan Piala Super Ukraina.

Catatan lain, Fonseca dianggap bisa menampilkan sepak bola positif. Menguasai bola, menekan garis tinggi, dan berorientasi gol. “Jika kami bermain sangat baik melawan Lazio dan sepekan kemudian melakukannya dengan sangat buruk di sini (Sassuolo), itu berarti masalah mental,” kata Fonseca, setelah timnya ditakluk kantim urutan ke-13 Sassuolo dengan skor 2-4.

Bicara mental, bisa jadi ini adalah masalah klasik Roma dalam satu dekade terakhir. Jika dihitung sejak Juventus mendominasi Seri A dalam delapan musim terakhir dan AC Milan serta Inter Milan pada masa transisi, Roma tidak pernah benar-benar bisa menjadi penantang serius Juve.

Bahkan, saat Juve berada titik terendah di putaran pertama musim 2014/2015 dan Roma sempat memimpin klasemen sementara, mereka tetap menutup musim tanpa gelar dan kembali melihat La Vecchia Signora tampil menjadi juara.

Musim ini situasi seperti menjadi lebih berat. Edin Dzeko dkk sudah terlempar dari Zona Eropa. Secara teori mereka sudah hilang dari perebutan gelar. Justru, sekarang, tim tetangga, Lazio, yang berada dalam posisi bersaing menjadi juara Seri A bersama Juve dan Inter.

Saat Inter, Lazio, dan Juve termasuk Atalanta mulai konsisten, Roma justru harus berjuang bagaimana agar bisa mendapatkan kemenangan dan angka. Dalam tujuh pertandingan terakhir, Serigala Ibu Kotahanyadua kali menang. Roma sudahkehilangan 11 angka dari kemungkinan 21 poin.

Hasil yang membuat Roma mulai meragukan gaya bermain mereka yang menekan garis tinggi. Fonseca menyebut timnya masih bermasalah dengan gaya bermain yang diinginkan, terutama dari sisi bertahan. Celah itu terlihat dalam pertandingan melawan Sassoulo.

Saya pikir masalah utamanya adalah ketika kami memulai tekanan tinggi, meninggalkan celah di sekitar. Kami juga membuat kesalahan secara individu. Tapi, tekanan kami di atas semua masalah untuk meninggalkan ruang di daerah Cristante,” tutur Fonseca.

Keluhan tentang strategi juga disampaikan Dzeko, kapten tim Roma. Menurut dia, bermain dengan garis tinggi bisa menimbulkan celah yang sangat baik dimanfaatkan lawan. Bahkan, pada momen tertentu, Dzeko menyebut timnya tidak bermain layaknya tim Seri A.

Namun, dia mengakui bermain menekan garis tinggi adalah gaya sepak bola yang sangat menarik, termasuk menguasai bola. Masalahnya, jika dua atau tiga pemain tidak menghasilkan di level atas, itu dapat jadi bumerang. “Masalah dengan permainan yang menekan adalah keseimbangan. Saat satu orang terlambat, semuanya berantakan. Di babak pertama (melawan Sassoulo), terus terang, kami tidak bermain di level Seri A,” ungkap Dzeko.

Dini hari nanti menjadi salah satu waktu terbaik Roma untuk memperlihatkan jika tidak ada yang salah dalam gaya sepak bola Fonseca saat melawan Bologna. Dalam enam pertandingan terakhir, mereka hanya menelan satu kekalahan, termasuk di laga terakhir tim asuhan Sinisa Mihajlovic ini mendapatkan angka sempurna.

Peran Mihajlovic yang kembali di teknikal area, setelah menghabiskan pekan ini di rumahsakit untuk perawatan antivirus untuk melanjutkan pertempuran melawan leukemia, memberi peran penting. “Pelatih sangatpenting bagi kami. Kita semua tahu apa arti momen ini baginya. Kami senang memilikinya. Diamengubah mentalitas kami ketika mengambil alih setahunlalu,” ungkap striker BolognaRodrigo Palacio.

Sementara itu, Lazio gagal menggusur Inter dari posisi runner-upsetelah hanya bermainimbang tanpa gol melawan Hellas Verona. Pelatih Lazio Simone Inzaghi tetap memuji penampilantimnya, meski tidak suka dengan hasil yang diperoleh. “Sekarang, kami memiliki empat hari untukmengatur pertandingan lain yangsangat penting melawan Parmapada hari Minggu,” katanya. (Ma’ruf)
(ysw)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8913 seconds (0.1#10.140)