Terbukti Doping, Atlet Angkat Besi Malaysia-Thailand Diskorsing IWF
A
A
A
BUDAPEST - Atlet angkat besi Malaysia dan Thailand terbukti menggunakan doping untuk meningkatkan prestasi. Implikasi temuan Panel Independen Anggota Federasi Sanksi itu membuat kedua negara tersebut dilarang mengirim perwakilannya ke Olimpiade 2020 Tokyo. Skorsing ini menjadi pukulan telak untuk Malaysia dan Thailand. Bahkan, Asosiasi Amatir Angkat Besi Thailand (TAWA) dan Federasi Angkat Besi Malaysia (MFW) juga diskors sebagai anggota Federasi Angkat Besi Internasional (IWF).
Thailand harus pasrah dibekukan selama tiga tahun, sedangkan Malaysia sedikit lebih ringan dengan masa hukuman satu tahun. Larangan ini mulai berlaku setelah pandemi virus corona berakhir, termasuk beberapa ajang yang tertunda pada beberapa bulan terakhir.
“IWF melarang atlet kedua negara tersebut berpartisipasi dalam Olimpiade Tokyo, meski terjadi perubahan jadwal atas pesta olahraga akbar empat tahunan itu,” tulis pernyataan resmi IWF dilansir insidethegames.
Thailand adalah negara dengan rekor doping terbesar baru-baru ini dalam dunia olahraga. Bahkan, mereka secara sukarela menarik diri dari kompetisi internasional termasuk Olimpiade Tokyo 2020. Sembilan atlet angkat besi tim Negeri Gajah Putih dinyatakan positif doping pada Kejuaraan Dunia 2018.
Tidak ada atlet angkat besi Thailand yang mengikuti proses kualifikasi olimpiade setelah IWF memberikan skoring kepada 10 atletnya yang gagal tes selama jadwal turnamen dalam satu tahun. Sementara atlet Thailand yang berusia di atas 18 tahun akan mendapatkan tambahan 11 bulan setelah acara IWF berikutnya yang berlangsung. Kemudian di bawah 18 tahun tidak bisa bersaing selama lima bulan setelah kompetisi IWF berikutnya.
Para pejabat di TAWA, di bawah kepemimpinan baru setelah Prachaya Keeratinant terpilih sebagai presiden bulan lalu, telah ditangguhkan selama dua tahun. Mereka dinyatakan tidak memenuhi syarat apa pun untuk diangkat ke posisi IWF hingga statusnya dengan badan dunia dipulihkan. Bahkan, TAWA juga didenda USD200 ribu atau setara Rp3,2 miliar. Setengahnya akan digunakan IWF untuk mengimbangi biaya IWF yang dikeluarkan sehubungan dengan masalah TAWA dan untuk pengujian IWF tambahan dari atlet TAWA.
Sementara itu, hukuman Malaysia berlaku selama satu tahun dan akan ditinjau ulang pada 1 Oktober 2020. Sebelumnya, seluruh pimpinan TAWA mengundurkan diri kurang dari sebulan setelah dugaan penyalahgunaan doping terhadap lifter usia junior yang muncul dalam serial dokumenter di televisi Jerman.
Penangguhan MWF bisa dicabut pada awal 4 Oktober tahun ini, jika federasi oleharaga itu dapat menunjukkan telah mematuhi kriteria yang dirancang untuk mencegah masalah doping lebih lanjut di masa depan. Panel Independen yang terdiri atas para ahli hukum dan antidoping dari Amerika Serikat, Jerman, Kanada, dan Selandia Baru, juga menangguhkan Mesir selama dua tahun pada September lalu, menyusul enam lifter remaja dan junior terbukti positif menggunakan obat terlarang.
Namun, keputusan itu sempat menjadi polemik bagi anggota dewan eksekutif IWF yang diisi sebagian dari negara yang tidak bisa mengirimkan atletnya ke Olimpiade Tokyo 2020 karena doping. Mereka sempat meminta untuk tim panel tersebut dibubarkan. (Raikhul Amar)
Thailand harus pasrah dibekukan selama tiga tahun, sedangkan Malaysia sedikit lebih ringan dengan masa hukuman satu tahun. Larangan ini mulai berlaku setelah pandemi virus corona berakhir, termasuk beberapa ajang yang tertunda pada beberapa bulan terakhir.
“IWF melarang atlet kedua negara tersebut berpartisipasi dalam Olimpiade Tokyo, meski terjadi perubahan jadwal atas pesta olahraga akbar empat tahunan itu,” tulis pernyataan resmi IWF dilansir insidethegames.
Thailand adalah negara dengan rekor doping terbesar baru-baru ini dalam dunia olahraga. Bahkan, mereka secara sukarela menarik diri dari kompetisi internasional termasuk Olimpiade Tokyo 2020. Sembilan atlet angkat besi tim Negeri Gajah Putih dinyatakan positif doping pada Kejuaraan Dunia 2018.
Tidak ada atlet angkat besi Thailand yang mengikuti proses kualifikasi olimpiade setelah IWF memberikan skoring kepada 10 atletnya yang gagal tes selama jadwal turnamen dalam satu tahun. Sementara atlet Thailand yang berusia di atas 18 tahun akan mendapatkan tambahan 11 bulan setelah acara IWF berikutnya yang berlangsung. Kemudian di bawah 18 tahun tidak bisa bersaing selama lima bulan setelah kompetisi IWF berikutnya.
Para pejabat di TAWA, di bawah kepemimpinan baru setelah Prachaya Keeratinant terpilih sebagai presiden bulan lalu, telah ditangguhkan selama dua tahun. Mereka dinyatakan tidak memenuhi syarat apa pun untuk diangkat ke posisi IWF hingga statusnya dengan badan dunia dipulihkan. Bahkan, TAWA juga didenda USD200 ribu atau setara Rp3,2 miliar. Setengahnya akan digunakan IWF untuk mengimbangi biaya IWF yang dikeluarkan sehubungan dengan masalah TAWA dan untuk pengujian IWF tambahan dari atlet TAWA.
Sementara itu, hukuman Malaysia berlaku selama satu tahun dan akan ditinjau ulang pada 1 Oktober 2020. Sebelumnya, seluruh pimpinan TAWA mengundurkan diri kurang dari sebulan setelah dugaan penyalahgunaan doping terhadap lifter usia junior yang muncul dalam serial dokumenter di televisi Jerman.
Penangguhan MWF bisa dicabut pada awal 4 Oktober tahun ini, jika federasi oleharaga itu dapat menunjukkan telah mematuhi kriteria yang dirancang untuk mencegah masalah doping lebih lanjut di masa depan. Panel Independen yang terdiri atas para ahli hukum dan antidoping dari Amerika Serikat, Jerman, Kanada, dan Selandia Baru, juga menangguhkan Mesir selama dua tahun pada September lalu, menyusul enam lifter remaja dan junior terbukti positif menggunakan obat terlarang.
Namun, keputusan itu sempat menjadi polemik bagi anggota dewan eksekutif IWF yang diisi sebagian dari negara yang tidak bisa mengirimkan atletnya ke Olimpiade Tokyo 2020 karena doping. Mereka sempat meminta untuk tim panel tersebut dibubarkan. (Raikhul Amar)
(ysw)