Rasisme timpa tim Belanda
A
A
A
Sindonews.com - Kasus Rasisme menimpa Tim Nasional Belanda saat menggelar latihan pada hari Rabu 7 Juni 2012 di Stadion Miejski, Krakow, Polandia. Hal ini tentunya menjadi ketakutan bagi pemain Belanda jelang laga pertama Grup B Piala Eropa 2012 kontra Denmark.
Latihan terbuka tersebut merupakan jadwal Belanda dalam rangka memamerkan keramahan Kota Krakow sekaligus menghibur para penggemar. Namun, acara itu malah berubah menjadi petaka. Sejumlah penonton yang mayoritas warga lokal dikabarkan menghina sejumlah pemain Belanda berkulit hitam dengan menirukan suara monyet.
Konon, yang menjadi sasaran adalah Nigel de Jong dan Gregory van der Wiel. Peristiwa itu membuat kapten Mark van Bommel murka. Sampai-sampai gelandang PSV Eindhoven itu menyuruh De Jong dan Van der Wiel untuk berlatih di tempat berbeda. Kekesalan veteran berusia 35 tahun itu juga diluapkan saat konferensi pres selepas latihan.
Van Bommel membeberkan insiden itu terjadi ketika para pemain hendak berlari mengelilingi lapangan. Setelah melewati satu putaran, dia melihat banyak penonton yang menirukan gerakan atau suara monyet pada pemain berkulit hitam. Hinaan itu semakin parah saat memasuki lap kedua.
“Ini sangat memalukan, terutama setelah kami kembali dari Auschwitz (tempat konsentrasi milik Nazi yang sempat dikunjungi Belanda). Anda datang ke sini bukan untuk menerima perlakukan seperti ini,” ucap Van Bommel, dikutip Reuters. Bommel menegaskan akan mengadukan perkara ini pada UEFA.
Pasalnya, ini tidak sesuai dengan janji panitia yang menjamin keamanan bagi pemain minoritas. Bahkan, dia mengancam pihaknya akan mengambil tindakan tegas jika hal serupa terjadi lagi ketika pertandingan berlangsung. Namun, tudingan Van Bommel berbeda dari pengakuan UEFA. Organisasi yang dipimpin Michel Platini itu membantah telah terjadi tindakan rasis yang dilakukan penonton.
UEFA mengaku sudah mendapat keterangan dari pihak Belanda kalau tindakan para penonton tidak tergolong rasis. Pernyataan itu turut didukung beberapa wartawan Belanda yang ikut meliput sesi latihan. Mereka menyebutkan tidak pernah mendengar hinaan berbau rasis seperti yang dikatakan Van Bommel. Tentu saja itu membuat Van Bommel semakin marah. Dia menilai peristiwa ini telah ditutup- tutupi.
“Anda harus buka telinga. Jika tidak mendengarnya atau enggan mendengarnya, Anda lebih buruk dari mereka (pelaku rasis). Bila ini terjadi saat pertandingan, kami berbicara pada wasit dan memintanya untuk mengawal kami keluar lapangan,” pungkas Van Bommel.
Rasisme masih menjadi hal yang ditakuti di Polandia. Orang-orang dengan warna kulit, budaya, dan agama yang berbeda rentan menjadi korban. Hal itu membuat mereka yang masuk kategori ini memutuskan membatalkan kunjungan. Faktanya, keluarga pemain Inggris yang berkulit hitam, seperti Alex-Oxlade Chamberlain dan Theo Walcott, tidak akan datang ke Polandia dan Ukraina. Penyerang Italia Mario Balotelli juga menyatakan akan meninggalkan lapangan seandainya menjadi korban rasis.
Latihan terbuka tersebut merupakan jadwal Belanda dalam rangka memamerkan keramahan Kota Krakow sekaligus menghibur para penggemar. Namun, acara itu malah berubah menjadi petaka. Sejumlah penonton yang mayoritas warga lokal dikabarkan menghina sejumlah pemain Belanda berkulit hitam dengan menirukan suara monyet.
Konon, yang menjadi sasaran adalah Nigel de Jong dan Gregory van der Wiel. Peristiwa itu membuat kapten Mark van Bommel murka. Sampai-sampai gelandang PSV Eindhoven itu menyuruh De Jong dan Van der Wiel untuk berlatih di tempat berbeda. Kekesalan veteran berusia 35 tahun itu juga diluapkan saat konferensi pres selepas latihan.
Van Bommel membeberkan insiden itu terjadi ketika para pemain hendak berlari mengelilingi lapangan. Setelah melewati satu putaran, dia melihat banyak penonton yang menirukan gerakan atau suara monyet pada pemain berkulit hitam. Hinaan itu semakin parah saat memasuki lap kedua.
“Ini sangat memalukan, terutama setelah kami kembali dari Auschwitz (tempat konsentrasi milik Nazi yang sempat dikunjungi Belanda). Anda datang ke sini bukan untuk menerima perlakukan seperti ini,” ucap Van Bommel, dikutip Reuters. Bommel menegaskan akan mengadukan perkara ini pada UEFA.
Pasalnya, ini tidak sesuai dengan janji panitia yang menjamin keamanan bagi pemain minoritas. Bahkan, dia mengancam pihaknya akan mengambil tindakan tegas jika hal serupa terjadi lagi ketika pertandingan berlangsung. Namun, tudingan Van Bommel berbeda dari pengakuan UEFA. Organisasi yang dipimpin Michel Platini itu membantah telah terjadi tindakan rasis yang dilakukan penonton.
UEFA mengaku sudah mendapat keterangan dari pihak Belanda kalau tindakan para penonton tidak tergolong rasis. Pernyataan itu turut didukung beberapa wartawan Belanda yang ikut meliput sesi latihan. Mereka menyebutkan tidak pernah mendengar hinaan berbau rasis seperti yang dikatakan Van Bommel. Tentu saja itu membuat Van Bommel semakin marah. Dia menilai peristiwa ini telah ditutup- tutupi.
“Anda harus buka telinga. Jika tidak mendengarnya atau enggan mendengarnya, Anda lebih buruk dari mereka (pelaku rasis). Bila ini terjadi saat pertandingan, kami berbicara pada wasit dan memintanya untuk mengawal kami keluar lapangan,” pungkas Van Bommel.
Rasisme masih menjadi hal yang ditakuti di Polandia. Orang-orang dengan warna kulit, budaya, dan agama yang berbeda rentan menjadi korban. Hal itu membuat mereka yang masuk kategori ini memutuskan membatalkan kunjungan. Faktanya, keluarga pemain Inggris yang berkulit hitam, seperti Alex-Oxlade Chamberlain dan Theo Walcott, tidak akan datang ke Polandia dan Ukraina. Penyerang Italia Mario Balotelli juga menyatakan akan meninggalkan lapangan seandainya menjadi korban rasis.
(akr)