Peralatan manual, petembak Sumsel gagal
Senin, 17 September 2012 - 22:24 WIB

Peralatan manual, petembak Sumsel gagal
A
A
A
Sindonews.com - Buruknya kondisi venue menembak dituding sebagai salah satu alasan mengapa hingga kemarin belum ada satu medali emas pun yang berhasil diraih. Padahal Kontingen Sumatera Selatan telah menurunkan para penembak terbaiknya.
Bahkan Maharani Ardi yang bertanding kemarin dan diharapkan dapat menjadi penyumbang medali emas di nomor di nomor Individual 50 meter Rifle Prone Women justru kalah tipis dari pesaingnya setelah hanya mampu mengumpulkan 583 poin. Sementara petembak tuan rumah Erlinawati tampil apik dengan perolehan 585 poin.
Hasil ini mengantarkan petembak tuan rumah, Erlinawati meraih medali emas. Sementara Maharani harus puas mendapatkan medali perak, sedangkan medali perunggu didapat oleh Gusti Ayu asal DKI Jakarta yang berhasil menorehkan 575 poin.
Dengan hasil ini, maka sejauh ini cabor menembak baru dapat menyumbang 2 perak dan 2 perunggu.
Berbeda jauh dengan target pencapaian yang ditentukan oleh Pengprov Perbakin Sumsel dan KONI Sumsel yang menargetkan 4 medali emas.
Pelatih menembak Kuncung Sudiono menuding kegagalan para atletnya meraih medali emas pada gelaran PON XVIII Riau kali ini dikarenakan buruknya venue pertandingan menembak yang dinilai tak memenuhi standar Internasional.
''Atlet kita terkendala oleh lapangan yang kurang standar dan masih menggunakan peralatan manual. Padahal kita sudah terbiasa berlatih dengan peralatan otomatis seperti di venue menembak Jakabaring," ungkapnya.
Meskipun demikian Kuncung mengaku tahun ini cabor menembak masih belum bisa memenuhi target yang dibebankan oleh KONI dan Pengprov karena alasan non teknis. ''Ya, saat ini, untuk memenuhi target yang dibebankan KONI dan Pengprov sudah tidak memungkinkan lagi, meskipun demikian harapan untuk dapat medali emas masih ada. Kita masih menyisakan petembak kita di partai final," tukasnya.
Sementara itu, Maharani mengaku cukup kesulitan untuk beradaptasi dengan venue menembak yang masih menggunakan sistem manual. ''Kita tidak memiliki waktu lagi untuk beradaptasi dengan venue karena minimnya waktu, sementara kita selalu berlatih di venue yang memang berstandar Internasional seperti di Jakabaring," katanya,
Ketua Harian Persatuan Menembak dan Berburu Seluruh Indonesia (Perbakin) Sumsel, Wasista Bambang Utoyo, menilai kegagalan tim menembak Sumsel meraih meraih emas dari dua nomor yang diikuti disebabkan minimnya waktu adaptasi para atlet dengan peralatan dan venue menembak Rumbai, Pekanbaru, Riau.
''Seperti halnya pada saat nomor 50 m rifle prone putra beregu, atlet kita tidak sengaja melakukan pelanggaran sehingga poin yang diperoleh harus dikurangi. Karena tidak terbiasa bertanding dengan sistem seperti ini yang semuanya masih manual,"jelasnya.
Dia berharap di nomor berikutnya para petembak mampu menyumbangkan medali emas. ''Ya kita berharap masih dapat emas. Kalau untuk target sudah tidak memungkinkan lagi, karena kita tahu keadaanya seperti ini. Meskipun demikian kita harus tetap berjuang," pungkasnya.
Bahkan Maharani Ardi yang bertanding kemarin dan diharapkan dapat menjadi penyumbang medali emas di nomor di nomor Individual 50 meter Rifle Prone Women justru kalah tipis dari pesaingnya setelah hanya mampu mengumpulkan 583 poin. Sementara petembak tuan rumah Erlinawati tampil apik dengan perolehan 585 poin.
Hasil ini mengantarkan petembak tuan rumah, Erlinawati meraih medali emas. Sementara Maharani harus puas mendapatkan medali perak, sedangkan medali perunggu didapat oleh Gusti Ayu asal DKI Jakarta yang berhasil menorehkan 575 poin.
Dengan hasil ini, maka sejauh ini cabor menembak baru dapat menyumbang 2 perak dan 2 perunggu.
Berbeda jauh dengan target pencapaian yang ditentukan oleh Pengprov Perbakin Sumsel dan KONI Sumsel yang menargetkan 4 medali emas.
Pelatih menembak Kuncung Sudiono menuding kegagalan para atletnya meraih medali emas pada gelaran PON XVIII Riau kali ini dikarenakan buruknya venue pertandingan menembak yang dinilai tak memenuhi standar Internasional.
''Atlet kita terkendala oleh lapangan yang kurang standar dan masih menggunakan peralatan manual. Padahal kita sudah terbiasa berlatih dengan peralatan otomatis seperti di venue menembak Jakabaring," ungkapnya.
Meskipun demikian Kuncung mengaku tahun ini cabor menembak masih belum bisa memenuhi target yang dibebankan oleh KONI dan Pengprov karena alasan non teknis. ''Ya, saat ini, untuk memenuhi target yang dibebankan KONI dan Pengprov sudah tidak memungkinkan lagi, meskipun demikian harapan untuk dapat medali emas masih ada. Kita masih menyisakan petembak kita di partai final," tukasnya.
Sementara itu, Maharani mengaku cukup kesulitan untuk beradaptasi dengan venue menembak yang masih menggunakan sistem manual. ''Kita tidak memiliki waktu lagi untuk beradaptasi dengan venue karena minimnya waktu, sementara kita selalu berlatih di venue yang memang berstandar Internasional seperti di Jakabaring," katanya,
Ketua Harian Persatuan Menembak dan Berburu Seluruh Indonesia (Perbakin) Sumsel, Wasista Bambang Utoyo, menilai kegagalan tim menembak Sumsel meraih meraih emas dari dua nomor yang diikuti disebabkan minimnya waktu adaptasi para atlet dengan peralatan dan venue menembak Rumbai, Pekanbaru, Riau.
''Seperti halnya pada saat nomor 50 m rifle prone putra beregu, atlet kita tidak sengaja melakukan pelanggaran sehingga poin yang diperoleh harus dikurangi. Karena tidak terbiasa bertanding dengan sistem seperti ini yang semuanya masih manual,"jelasnya.
Dia berharap di nomor berikutnya para petembak mampu menyumbangkan medali emas. ''Ya kita berharap masih dapat emas. Kalau untuk target sudah tidak memungkinkan lagi, karena kita tahu keadaanya seperti ini. Meskipun demikian kita harus tetap berjuang," pungkasnya.
(aww)