Kantong tak jelas, ingin papan atas

Kamis, 15 November 2012 - 22:41 WIB
Kantong tak jelas, ingin...
Kantong tak jelas, ingin papan atas
A A A
Sindonews.com--Persela Lamongan berpotensi menjadi klub paling 'miskin' di antara kontestan Indonesia Super League (ISL) musim depan. Terjepit di antara gebyar akuisisi Arema FC versi ISL oleh Bakrie Grup dan tim kaya baru Persegres Gresik, hingga kini belum jelas berapa modal Persela mengarungi musim kompetisi nanti.

Manajemen terkesan masih malu mengakui nominal yang ada di kantong Laskar Joko Tingkir. Walau sudah mengawali program pra musim dengan seleksi pemain, Persela belum membeberkan berapa anggaran untuk menggulirkan roda klub sepanjang 2012-2012.

Informasi dari internal manajemen, hingga kini Persela masih mengandalkan dana talangan untuk membangun tim. Tim Biru Laut masih menunggu dana segar dari sponsor yang hingga kini belum mencapai kata sepakat.

Sumber dana yang belum pasti inilah yang membuat Persela berada dalam situasi paling mengkhawatirkan dibanding klub ISL Jawa Timur lainnya. "Belum ada sumber dana. Dana Persela sebagian masih pinjam. Itulah kenapa Persela keberatan membayar gaji pemain musim lalu," ucap sumber di internal Persela.

Situasi ini sangat kontras dibanding dua musim lalu kala Persela masih didanai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Lamongan. Klub kebanggaan LA Mania masih bisa berharap guyuran duit dari pemerintah tak kurang dari Rp11 miliar per musimnya.

Musim lalu, Persela masih sedikit lega mengawali musim 2011-2012 dengan masuknya PT Minarak Lapindo Jaya sebagai sponsor. Sayang dana dari Minarak yang tak sampai Rp5 miliar sudah habis di pertengahan musim, hingga klub ini mengalami krisis finansial dan menunggak pembayaran gaji pemain beberapa bulan.

Sepeninggal Minarak, kini Persela kelabakan mencari sumber dana dan terpaksa harus mengandalkan beragam cara untuk bisa membangun tim. "Kalau nantinya ada sponsor sih tidak masalah. Kalau tidak ada ya berarti krisis lagi," tambah sumber tersebut. Untuk semusim ke depan, minimal Persela butuh Rp15 miliar.

Situasi yang dihadapi Laskar Joko Tingkir tak sepadan dengan target mempertahankan posisi di papan atas ISL musim depan. Jika kembali mengulang krisis seperti musim sebelumnya, maka peluang ke papan atas pantas diragukan. Apalagi komposisi tim sebagian besar masih baru, baik pelatih maupun pemain.

Sementara, manajemen sendiri membantah Persela tidak memiliki dana untuk membangun tim. Pihak manajemen menyatakan telah memiliki cadangan dana untuk perekrutan pemain alias membentuk tim, walau tidak merinci dari mana dana tersebut.

"Dana untuk pembentukan tim tetap ada. Soal sumbernya tak perlu dipublikasikan, yang pasti cukup untuk membentuk kekuatan yang kompetitif. Tapi kami juga terus berpikir untuk pemenuhan kebutuhan klub dalam jangka panjang," kata Asisten Manajer Persela Yuhronur Efendi.

Untuk menghindari krisis seperti musim lalu, hingga kini manajemen Persela terus berburu sponsor. Yuhronur masih optimistis Persela mempunyai daya jual kepada sponsor yang menjadi sumber dana utama di Stadion Surajaya, selain pendapatan tiket yang tidak seberapa.

"Tantangan memang berat. Setiap musim kebutuhan klub meningkat, tapi sumber dana juga tidak selalu sesuai harapan. Ini memang konsekuensi yang kami hadapi setelah tidak lagi mendapat bantuan dari pemerintah (APBD)," cetus Yuhronu
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1112 seconds (0.1#10.140)