Disayangkan, aset atletik terbengkalai
A
A
A
Sindonews.com - Aset atletik yang berada di Stadion Gelora Bumi Sriwijaya di Jalan Angkatan 45 (Jalan POM IX) Palembang mulai terbengkalai. Apalagi setelah adanya Stadium Atletik yang memiliki fasilitas lebih lengkap di Jakabaring Sport City (JSC). Kini kondisi berbagai alat-alat atletik seperti lintasan atletik, lempar lembing dan lainnya sudah kurang perawatan.
Dibangun sejak 1971 stadion yang berkapasitas 15.000 penonton ini sebenarnya tidak sepi dari aktivitas keolahragaan, meski perawatan lapangan bola dan lintasan atletik-nya belum begitu maksimal. Terpantau masih banyak individu maupun instansi pemerintahan yang memanfaatkanya, untuk sekedar mencari keringat atau bahkan pembinaan atlet.
"Kita memang setiap hari latihan di sini untuk pembinaan atlet atletik kita (TNI). Tetapi kita membayar retribusi pemakaian lapangan setiap bulannya kepada pengurus stadion," kata pelatih atletik, Aprizal dari Jasdam II Sriwijaya ini ketika dijumpai di Stadion Bumi Sriwijaya Palembang belum lama ini.
Aprizal mengungkapkan, saat ini kondisi track lari yang ada sudah kurang terpelihara dengan baik. Seharusnya kata dia, lintasan atletik ini disemprot air secara berkala, supaya pasir-pasirnya yang ada dan melekat pada lintasan sintetis bisa dihilangkan.
Namun kenyataannya selama pihaknya menjalani latihan rutin tiap hari belum terlihat pihak pengelola untuk melakukan perawatan dari lintasan sintetis ini. "Berbeda kalau di Stadion Atletik JSC (Jakabaring Sport City) yang lebih terawat,''ujarnya.
Dulu, Stadion Bumi Sriwijaya merupakan salah satu kebanggaan dan pusat kegiatan olahraga di Sumsel khususnya Palembang untuk menggelar event-event mulai dari kejurda hingga kejurnas dan acara hiburan lainnya. Namun semenjak dibangunnya Stadion Gelora Sriwijaya 2004 lalu dan Stadion Atletik di Jakabaring Sport City 2011, pemanfaatan Stadion Bumi Sriwijaya ini kini seolah menjadi pendamping saja.
Terpisah, Sekretaris Sekretaris Umum Pengrov Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) Sumsel, Zulfaini M Ropi menjelaskan, sejak tahun 2002 lalu pengelolaan stadion ini memang dipegang oleh pihaknya. Akan tetapi pada 2005, pengelolaannya sudah dikembalikan kepada pihak Pemprov Sumsel dalam hal ini Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Sumsel.
"Saat itu zaman kepemimpinan Pak Rosihan Arsyad (Mantan Gubernur Sumsel) tahun 2002 lalu, Pengrov PASI yang diberikan tanggung jawab mengelolanya. Disinilah atlet kita dulu sering melakukan latihan, tapi usai PON 2004 pengelolaan kini dikembalikan ke pemprov dan semenjak itulah stadion ini seolah tidak diperhatikan,"ujarnya menyayangkan.
Padahal, seharusnya stadion atletik ini mesti dilakukan perawatan rutin. Apalagi disana ada lintasan atletik yang terbuat dari bahan sintetis, jadi harus dipelihara dengan baik dan tidak bisa diinjak dengan sembarangan. Kalau bukan sepatu khusus lari, maka permukannya sintetisnya akan mudah rusak. Padahal lintasan sintetis harganya cukup mahal harganya.
"Jadi tidak bisa diinjak sembarangan, apalagi dengan sepatu yang menggunakan pull dibawahnya seperti sepatu bola, maka sintetisnya akan rusak,"katanya.
Parahnya lagi belum lama ini sejumlah peralatan atletik yang berada Sekretatiat lama PASI Sumsel di bawah tribun stadion itupun sempat dijebol oleh maling pada 12 Agustus 2012 lalu. Akibatnya pembatas track (counstin) dengan lapangan sepakbola yang terbuat dari alumunium pun ikut lenyap. Akibatnya, Sumsel kehilangan banyak peralatan atletik dan kerugian ditaksir senilai Rp 1 miliar.
"Hingga saat ini kasus ini tidak ada kabar lagi, apakah sudah ditangkap atau belum siapa yang mencurinya,"tanya Zulfaini menutup pembicaraan.
Dibangun sejak 1971 stadion yang berkapasitas 15.000 penonton ini sebenarnya tidak sepi dari aktivitas keolahragaan, meski perawatan lapangan bola dan lintasan atletik-nya belum begitu maksimal. Terpantau masih banyak individu maupun instansi pemerintahan yang memanfaatkanya, untuk sekedar mencari keringat atau bahkan pembinaan atlet.
"Kita memang setiap hari latihan di sini untuk pembinaan atlet atletik kita (TNI). Tetapi kita membayar retribusi pemakaian lapangan setiap bulannya kepada pengurus stadion," kata pelatih atletik, Aprizal dari Jasdam II Sriwijaya ini ketika dijumpai di Stadion Bumi Sriwijaya Palembang belum lama ini.
Aprizal mengungkapkan, saat ini kondisi track lari yang ada sudah kurang terpelihara dengan baik. Seharusnya kata dia, lintasan atletik ini disemprot air secara berkala, supaya pasir-pasirnya yang ada dan melekat pada lintasan sintetis bisa dihilangkan.
Namun kenyataannya selama pihaknya menjalani latihan rutin tiap hari belum terlihat pihak pengelola untuk melakukan perawatan dari lintasan sintetis ini. "Berbeda kalau di Stadion Atletik JSC (Jakabaring Sport City) yang lebih terawat,''ujarnya.
Dulu, Stadion Bumi Sriwijaya merupakan salah satu kebanggaan dan pusat kegiatan olahraga di Sumsel khususnya Palembang untuk menggelar event-event mulai dari kejurda hingga kejurnas dan acara hiburan lainnya. Namun semenjak dibangunnya Stadion Gelora Sriwijaya 2004 lalu dan Stadion Atletik di Jakabaring Sport City 2011, pemanfaatan Stadion Bumi Sriwijaya ini kini seolah menjadi pendamping saja.
Terpisah, Sekretaris Sekretaris Umum Pengrov Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) Sumsel, Zulfaini M Ropi menjelaskan, sejak tahun 2002 lalu pengelolaan stadion ini memang dipegang oleh pihaknya. Akan tetapi pada 2005, pengelolaannya sudah dikembalikan kepada pihak Pemprov Sumsel dalam hal ini Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Sumsel.
"Saat itu zaman kepemimpinan Pak Rosihan Arsyad (Mantan Gubernur Sumsel) tahun 2002 lalu, Pengrov PASI yang diberikan tanggung jawab mengelolanya. Disinilah atlet kita dulu sering melakukan latihan, tapi usai PON 2004 pengelolaan kini dikembalikan ke pemprov dan semenjak itulah stadion ini seolah tidak diperhatikan,"ujarnya menyayangkan.
Padahal, seharusnya stadion atletik ini mesti dilakukan perawatan rutin. Apalagi disana ada lintasan atletik yang terbuat dari bahan sintetis, jadi harus dipelihara dengan baik dan tidak bisa diinjak dengan sembarangan. Kalau bukan sepatu khusus lari, maka permukannya sintetisnya akan mudah rusak. Padahal lintasan sintetis harganya cukup mahal harganya.
"Jadi tidak bisa diinjak sembarangan, apalagi dengan sepatu yang menggunakan pull dibawahnya seperti sepatu bola, maka sintetisnya akan rusak,"katanya.
Parahnya lagi belum lama ini sejumlah peralatan atletik yang berada Sekretatiat lama PASI Sumsel di bawah tribun stadion itupun sempat dijebol oleh maling pada 12 Agustus 2012 lalu. Akibatnya pembatas track (counstin) dengan lapangan sepakbola yang terbuat dari alumunium pun ikut lenyap. Akibatnya, Sumsel kehilangan banyak peralatan atletik dan kerugian ditaksir senilai Rp 1 miliar.
"Hingga saat ini kasus ini tidak ada kabar lagi, apakah sudah ditangkap atau belum siapa yang mencurinya,"tanya Zulfaini menutup pembicaraan.
(aww)