Kuota tak jelas, PTMSI rekrut atlet sesuai ranking
A
A
A
Sindonews.com - Pengurus Daerah (Pengda) Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI)Jawa Barat (Jabar) menggunakan system ranking untuk perekrutan atlet. Mereka yang terpilih akan diturunkan pada Pekan Olahraga Nasional (PON) Remaja di Surabaya.
Sekretaris Pengda PTMSI Jawa Barat, Mulyono menuturkan, pihaknya belum bisa menentukan dan menjaring atlet yang akan diturunkan di PON Remaja mendatang. Sebab pihaknya masih menunggu kepastian kuota yang diberikan untuk cabor tenis meja trsebut.
''Kami sudah melakukan seleksi, tapi kami belum bisa memastikan berapa jumlah atlet yang masuk dalam tim. Masalahnya kami juga belum tahu persis kuota yang diberikan berapa. Jadi saat ini kami masih menggunakan ranking dulu,”ungkapnya saat ditemui SINDO, Selasa (12/2).
Mulyono mengaku, pihaknya sudah meranking seluruh atlet yang mengikuti seleksi beberapa waktu lalu. Tinggal nanti selanjutnya melihat berapa kuota yang diberikan. Menurutnya, kalau kuota yang diberikan 100 persen, maka atlet yang akan diambil berjumlah delapan atlet, yang terdiri dari empat atlet putra dan empat atlet putri.
Jika kuotanya 150 persen atlet yang diambil enam atlet putra dan enam atlet putri. Sedangkan kalau kuotanya mencapai 200 persen maka diambil 16 atlet, delapan atlet putra dan delapan atlet putri.
Mulyono menilai, untuk pembinaan jangka panjang akan lebih bagus menggunakan kuota 200 persen.
''Ya kalau dengan kuota yang lebih banyak, semakin banyak pula atlet yang kita jaring dan bisa kita persiapkan untuk menjadi atlet-atlet terbaik. Begitu juga dengan persaingan akan lebih kompetitif. Bagi daerah akan memiliki banyak atlet potensial,” ujarnya.
Mulyono menilai, sebenarnya Jabar memiliki bebrapa atlet muda potensial seperti Bima Abdi Negara yang saat ini ikut Program Prima,dan dua atlet putrid kakak beradik, Mira dan Rina yang saat ini sedang berlatih di China. Tinggal bagaimana nanti pihak terkait bisa mempertahankan atlet-atlet potensial tersebut untuk terus bisa membela Jabar.
Pihaknya berharap, apabila nanti sudah ditentukan jumlah kuota, bagi atlet yang nantinya terjaring bisa berlatih ke Korsel. Karena selain kerjasama yang erat antara Korsel dan KONI Jabar, Korsel juga dinilai negara yang dinilai bagus dan menjadi pesaing China di cabor tenis meja ini. Selain itu, pada dasarnya proses latihan Korsel sama dengan proses latihan China.
Namun meskipun begitu, sampai saat ini Jabar belum memiliki sarana latihan yang refresentatif bagi para atlet. Padahal, kata Mulyono, prestasi bisa terbentuk bukan hanya dari sumber dayanya saja namun juga sarana yang menunjang latihan para atlet.
Untuk itu, pada saatnya nanti, ia berharap dapat terjaring atlet-atlet potensial yang bersungguh-sungguh bisa membela Jabar. Terlebih empat tahun mendatang Jabar akan menjadi tuan rumah PON XIX 2016.
''Jabar sebenarnya memiliki beberapa atlet yang potensial yang saat ini sedang berlatih di luar. Begitu juga dengan atlet-atlet yang ada di daerah, yang kalau terus dilatih bisa menghasilkan atlet potensial. Tapi saat ini kendalanya kami tidak memiliki tempat latihan penunjang pembinaan tersebut. Padahal sarana kan merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan atlet mencapai prestasinya,”pungkasnya.
Sekretaris Pengda PTMSI Jawa Barat, Mulyono menuturkan, pihaknya belum bisa menentukan dan menjaring atlet yang akan diturunkan di PON Remaja mendatang. Sebab pihaknya masih menunggu kepastian kuota yang diberikan untuk cabor tenis meja trsebut.
''Kami sudah melakukan seleksi, tapi kami belum bisa memastikan berapa jumlah atlet yang masuk dalam tim. Masalahnya kami juga belum tahu persis kuota yang diberikan berapa. Jadi saat ini kami masih menggunakan ranking dulu,”ungkapnya saat ditemui SINDO, Selasa (12/2).
Mulyono mengaku, pihaknya sudah meranking seluruh atlet yang mengikuti seleksi beberapa waktu lalu. Tinggal nanti selanjutnya melihat berapa kuota yang diberikan. Menurutnya, kalau kuota yang diberikan 100 persen, maka atlet yang akan diambil berjumlah delapan atlet, yang terdiri dari empat atlet putra dan empat atlet putri.
Jika kuotanya 150 persen atlet yang diambil enam atlet putra dan enam atlet putri. Sedangkan kalau kuotanya mencapai 200 persen maka diambil 16 atlet, delapan atlet putra dan delapan atlet putri.
Mulyono menilai, untuk pembinaan jangka panjang akan lebih bagus menggunakan kuota 200 persen.
''Ya kalau dengan kuota yang lebih banyak, semakin banyak pula atlet yang kita jaring dan bisa kita persiapkan untuk menjadi atlet-atlet terbaik. Begitu juga dengan persaingan akan lebih kompetitif. Bagi daerah akan memiliki banyak atlet potensial,” ujarnya.
Mulyono menilai, sebenarnya Jabar memiliki bebrapa atlet muda potensial seperti Bima Abdi Negara yang saat ini ikut Program Prima,dan dua atlet putrid kakak beradik, Mira dan Rina yang saat ini sedang berlatih di China. Tinggal bagaimana nanti pihak terkait bisa mempertahankan atlet-atlet potensial tersebut untuk terus bisa membela Jabar.
Pihaknya berharap, apabila nanti sudah ditentukan jumlah kuota, bagi atlet yang nantinya terjaring bisa berlatih ke Korsel. Karena selain kerjasama yang erat antara Korsel dan KONI Jabar, Korsel juga dinilai negara yang dinilai bagus dan menjadi pesaing China di cabor tenis meja ini. Selain itu, pada dasarnya proses latihan Korsel sama dengan proses latihan China.
Namun meskipun begitu, sampai saat ini Jabar belum memiliki sarana latihan yang refresentatif bagi para atlet. Padahal, kata Mulyono, prestasi bisa terbentuk bukan hanya dari sumber dayanya saja namun juga sarana yang menunjang latihan para atlet.
Untuk itu, pada saatnya nanti, ia berharap dapat terjaring atlet-atlet potensial yang bersungguh-sungguh bisa membela Jabar. Terlebih empat tahun mendatang Jabar akan menjadi tuan rumah PON XIX 2016.
''Jabar sebenarnya memiliki beberapa atlet yang potensial yang saat ini sedang berlatih di luar. Begitu juga dengan atlet-atlet yang ada di daerah, yang kalau terus dilatih bisa menghasilkan atlet potensial. Tapi saat ini kendalanya kami tidak memiliki tempat latihan penunjang pembinaan tersebut. Padahal sarana kan merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan atlet mencapai prestasinya,”pungkasnya.
(aww)