Persaingan sehat dua Spaso
A
A
A
Sindonews.com - Dua bersaudara; Ilija Spasojevic dan Mirko Spasojevic, berusaha tetap profesional, walaupun bermain di posisi yang sama. Ilija menceritakan, bergabungnya Mirko ke PSM, tidak menjadi beban untuk dirinya. Justru dengan kehadiran anak terkecil dari keluarga Spasojevic tersebut, bisa saling menguatkan saat jauh dari orang tua yang saat ini tinggal di Montenegro.
Menurut Spaso, awal bergabungnya Mirko di PSM saat libur Natal tahun 2012 lalu. Saat itu, Mirko dikontak oleh salah satu klub asal Thailand untuk melakukan ujicoba.
Karena Thailand dan Indonesia sama-sama di Asia Tenggara, Mirko memutuskan untuk singgah ke Makassar menemui kakaknya Ilija. ''Beberapa hari dia berada di Makassar, Mirko langsung betah dan tidak ingin lagi ke Thailand,” tuturnya.
Disaat yang sama, PSM juga sedang mencari satu striker asing. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Mirko ikut tes dan langsung direkrut sebagai pemain. ''Mirko ngotot tinggal di Makassar karena ingin bersama saya. Kalau di Thailand dia harus sendiri,” katanya.
Spaso menceritakan, dalam keluarga Spasojevic, Mirko adalah anak paling kecil. Kakak pertamanya bernama Krsto adalah seorang pesepakbola. Anak kedua adalah Spaso dan paling bungsu, Mirko.
Menurutnya, Mirko baru pertama kali keluar dari Montenegro dan langsung merantau jauh ke Indonesia. ''Kalau tidak ada saya di sini, mungkin orang tua khawatir. Mirko anak paling kecil di rumah,” tuturnya.
Selama bersama Mirko, Spaso mengaku lebih enjoy. Karena disaat-saat senggang, mereka berdua keliling Kota Makassar atau makan. ''Mirko sering ke Trans Studio saat libur latihan. Kadang juga kami istrahat di rumah,” tuturnya.
Makanan yang paling disukai Mirko adalah Martabak. Selain itu, adiknya tersebut juga mulai menyukai coto Makassar. ''Dia mulai terbiasa makan makanan Indonesia, seperti coto,” kata Spaso.
Saat ini, Mirko masih tinggal bersama Spaso. Namun setelah mes pemain rampung diperbaiki, Mirko diminta pindah. ''Saya minta dia pindah ke mes supaya belajar bahasa Indonesia dan bisa berbaur dengan teman-teman lainnya,” ucapnya.
Spaso mengaku, saat di rumah Mirko dan Spaso bersaudara. Namun ketika di lapangan, keduanya profesional. ''Saya pasti tegur dia kalo main tidak maksimal. Saya juga tidak ragu untuk bersaing dengan Mirko,” ucapnya.
Dia menceritakan, untuk melepas rindu dengan orang tua, dua bersaudara ini menggunakan fasilitas skype. ''Setiap malam kami komunikasi dan menceritakan pengalaman kami selama di Makassar,” katanya sambil tersenyum.
Menurut Spaso, awal bergabungnya Mirko di PSM saat libur Natal tahun 2012 lalu. Saat itu, Mirko dikontak oleh salah satu klub asal Thailand untuk melakukan ujicoba.
Karena Thailand dan Indonesia sama-sama di Asia Tenggara, Mirko memutuskan untuk singgah ke Makassar menemui kakaknya Ilija. ''Beberapa hari dia berada di Makassar, Mirko langsung betah dan tidak ingin lagi ke Thailand,” tuturnya.
Disaat yang sama, PSM juga sedang mencari satu striker asing. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Mirko ikut tes dan langsung direkrut sebagai pemain. ''Mirko ngotot tinggal di Makassar karena ingin bersama saya. Kalau di Thailand dia harus sendiri,” katanya.
Spaso menceritakan, dalam keluarga Spasojevic, Mirko adalah anak paling kecil. Kakak pertamanya bernama Krsto adalah seorang pesepakbola. Anak kedua adalah Spaso dan paling bungsu, Mirko.
Menurutnya, Mirko baru pertama kali keluar dari Montenegro dan langsung merantau jauh ke Indonesia. ''Kalau tidak ada saya di sini, mungkin orang tua khawatir. Mirko anak paling kecil di rumah,” tuturnya.
Selama bersama Mirko, Spaso mengaku lebih enjoy. Karena disaat-saat senggang, mereka berdua keliling Kota Makassar atau makan. ''Mirko sering ke Trans Studio saat libur latihan. Kadang juga kami istrahat di rumah,” tuturnya.
Makanan yang paling disukai Mirko adalah Martabak. Selain itu, adiknya tersebut juga mulai menyukai coto Makassar. ''Dia mulai terbiasa makan makanan Indonesia, seperti coto,” kata Spaso.
Saat ini, Mirko masih tinggal bersama Spaso. Namun setelah mes pemain rampung diperbaiki, Mirko diminta pindah. ''Saya minta dia pindah ke mes supaya belajar bahasa Indonesia dan bisa berbaur dengan teman-teman lainnya,” ucapnya.
Spaso mengaku, saat di rumah Mirko dan Spaso bersaudara. Namun ketika di lapangan, keduanya profesional. ''Saya pasti tegur dia kalo main tidak maksimal. Saya juga tidak ragu untuk bersaing dengan Mirko,” ucapnya.
Dia menceritakan, untuk melepas rindu dengan orang tua, dua bersaudara ini menggunakan fasilitas skype. ''Setiap malam kami komunikasi dan menceritakan pengalaman kami selama di Makassar,” katanya sambil tersenyum.
(aww)