Kepanikan dua klub bertetangga
A
A
A
Sindonews.com —Hanya dalam waktu sepekan, dua pelatih di klub Indonesia Super League (ISL) harus rontok dari posisinya. Setalah pekan lalu Persegres Gresik United memecat pelatih Suharno, giliran arsitek Persela Lamongan Gomes de Oliviera menyusul jejaknya.
Sebuah keputusan mengejutkan namun rasional bagi klub yang bertetangga tersebut. Mengejutkan karena pemecatan sudah dilakukan terlalu pagi, yakni ketika tim baru melakoni delapan pertandingan. Tapi keputusan itu cukup rasional jika dibandingkan dengan target Gresik United dan Persela Lamongan.
Baik Gomes maupun Suharno dianggap 'membahayakan' target klub yang ingin bercokol di papan atas ISL musim ini. Kesulitan menang di kandang harus diakui menjadi aspek sangat penting yang melatarbelakangi pemecatan itu. Bukti begitu krusialnya pertandingan kandang.
Suharno dipecat setelah kalah di dua laga kandang lawan Mitra Kukar dan Pelita Bandung Raya. Statistik yang dimiliki Gomes juga tak lebih baik. Pelatih asal Brasil ini kehilangan tiga angka kala bermain di Stadion Surajaya, kalah dari Persiram Raja Ampat dan imbang lawan Persisam Samarinda.
Lantas, apakah keputusan menggusur pelatih itu bisa dibilang kepanikan? Masing-masing tidak sepakat dengan kata 'panik'. Manajemen Persela mengatakan keputusan sudah melalui pertimbangan sangat matang, baik evaluasi maupun komunikasi dengan segenap elemen tim.
“Keputusan itu sudah melalui pertimbangan dan bukan sekadar kepanikan. Kami melihat perlunya ada perubahan walau masa transisi kepelatihan jelas akan membawa efek kurang bagus. Kami pasti harus memikirkan kembali apakah mencari pelatih baru. Tapi ini keputusan terbaik yang kami ambil,” terang Asisten Manajer Persela Yuhronur Efendi.
Dia juga menampik 'mengistirahatkan' karena tekanan dari supporter yang mulai kehilangan kepercayaan pada mantan pelatih Persiwa Wamena itu. “Kami memang harus menerima aspirasi dari supporter juga. Tapi keputusan ini murni hasil evaluasi manajemen,” tambahnya.
Sangat jelas bahwa Gomes dan Suharno adalah korban ambisi. Misi Persela dan Gresik United yang menjulang musim ini menyebabkan mereka terpental ketika tim sudah melenceng sedikit dari jalur. Kenyataan yang membuat kedua klub keburu bingung karena hasil tidak sesuai dengan angan sebelumnya.
Manajemen Gresik United juga tidak sepakat jika pemecatan Suharno adalah keputusan 'grusa-grusu' dan berlatar kepanikan. Manajemen Laskar Joko Samudro menilai keputusan tersebut diambil karena pelatih sudah tidak bisa menjaga stabilitas klub yang semula duduk di papan atas klasemen.
“Kalau dibilang panik, semua tim yang performanya menurun drastis jelas panik dan bingung. Tapi pemberhentian pelatih Suharno lebih karena memberikan kesempatan tim untuk melakukan penyegaran. Kami punya target tinggi dan perlu langkah strategis sebelum terlambat,” jelas Manajer Persegres Thoriq Majiddanor.
Sama halnya dengan Persela Lamongan, pihak Gresik United juga paham bahwa ada konsekuensi logis dari pergantian pelatih. Paling sederhana adalah terganggunya konsistensi tim, karena pelatih baru tentu membutuhkan adaptasi dalam menerapkan strategi baru.
“Ibaratnya kami mundur selangkah untuk maju beberapa langkah. Kami tetap berharap dan optimistis keputusan ini membawa efek positif untuk tim ke depannya,” imbuh Thoriq. Soal kepelatihan, tampaknya duet Khusaeri dan Suwandi HS tidak akan permanen sebagai orang nomor satu di tim kuning.
Sebab manajemen diketahui telah melakukan kontak dengan sejumlah pelatih, di antaranya Nil Maizar, Peter Butler, serta Dejan Antonic. Kendati manajemen Persegres belum menguak calon pelatih anyar, Nil Maizar sudah menguak di media dirinya telah dihubungi manajemen tim yang bermarkas di Stadion Petrokimia
Sebuah keputusan mengejutkan namun rasional bagi klub yang bertetangga tersebut. Mengejutkan karena pemecatan sudah dilakukan terlalu pagi, yakni ketika tim baru melakoni delapan pertandingan. Tapi keputusan itu cukup rasional jika dibandingkan dengan target Gresik United dan Persela Lamongan.
Baik Gomes maupun Suharno dianggap 'membahayakan' target klub yang ingin bercokol di papan atas ISL musim ini. Kesulitan menang di kandang harus diakui menjadi aspek sangat penting yang melatarbelakangi pemecatan itu. Bukti begitu krusialnya pertandingan kandang.
Suharno dipecat setelah kalah di dua laga kandang lawan Mitra Kukar dan Pelita Bandung Raya. Statistik yang dimiliki Gomes juga tak lebih baik. Pelatih asal Brasil ini kehilangan tiga angka kala bermain di Stadion Surajaya, kalah dari Persiram Raja Ampat dan imbang lawan Persisam Samarinda.
Lantas, apakah keputusan menggusur pelatih itu bisa dibilang kepanikan? Masing-masing tidak sepakat dengan kata 'panik'. Manajemen Persela mengatakan keputusan sudah melalui pertimbangan sangat matang, baik evaluasi maupun komunikasi dengan segenap elemen tim.
“Keputusan itu sudah melalui pertimbangan dan bukan sekadar kepanikan. Kami melihat perlunya ada perubahan walau masa transisi kepelatihan jelas akan membawa efek kurang bagus. Kami pasti harus memikirkan kembali apakah mencari pelatih baru. Tapi ini keputusan terbaik yang kami ambil,” terang Asisten Manajer Persela Yuhronur Efendi.
Dia juga menampik 'mengistirahatkan' karena tekanan dari supporter yang mulai kehilangan kepercayaan pada mantan pelatih Persiwa Wamena itu. “Kami memang harus menerima aspirasi dari supporter juga. Tapi keputusan ini murni hasil evaluasi manajemen,” tambahnya.
Sangat jelas bahwa Gomes dan Suharno adalah korban ambisi. Misi Persela dan Gresik United yang menjulang musim ini menyebabkan mereka terpental ketika tim sudah melenceng sedikit dari jalur. Kenyataan yang membuat kedua klub keburu bingung karena hasil tidak sesuai dengan angan sebelumnya.
Manajemen Gresik United juga tidak sepakat jika pemecatan Suharno adalah keputusan 'grusa-grusu' dan berlatar kepanikan. Manajemen Laskar Joko Samudro menilai keputusan tersebut diambil karena pelatih sudah tidak bisa menjaga stabilitas klub yang semula duduk di papan atas klasemen.
“Kalau dibilang panik, semua tim yang performanya menurun drastis jelas panik dan bingung. Tapi pemberhentian pelatih Suharno lebih karena memberikan kesempatan tim untuk melakukan penyegaran. Kami punya target tinggi dan perlu langkah strategis sebelum terlambat,” jelas Manajer Persegres Thoriq Majiddanor.
Sama halnya dengan Persela Lamongan, pihak Gresik United juga paham bahwa ada konsekuensi logis dari pergantian pelatih. Paling sederhana adalah terganggunya konsistensi tim, karena pelatih baru tentu membutuhkan adaptasi dalam menerapkan strategi baru.
“Ibaratnya kami mundur selangkah untuk maju beberapa langkah. Kami tetap berharap dan optimistis keputusan ini membawa efek positif untuk tim ke depannya,” imbuh Thoriq. Soal kepelatihan, tampaknya duet Khusaeri dan Suwandi HS tidak akan permanen sebagai orang nomor satu di tim kuning.
Sebab manajemen diketahui telah melakukan kontak dengan sejumlah pelatih, di antaranya Nil Maizar, Peter Butler, serta Dejan Antonic. Kendati manajemen Persegres belum menguak calon pelatih anyar, Nil Maizar sudah menguak di media dirinya telah dihubungi manajemen tim yang bermarkas di Stadion Petrokimia
(wbs)