Hanya bermain seri, PSMS salahkan gaji
A
A
A
Sindonews.com - PSMS Medan hanya mampu bermain imbang 1-1 saat menghadapi Lampung FC di Stadion Teladan, Medan, Rabu (29/5). Pembayaran gaji pemain yang tersendat dinilai sebagai penyebab kegagalan tim berjuluk Ayam Kinantan meraih poin penuh di markasnya.
Setelah menit keenam, Lampung unggul lewat gol Abu Bakar Ba. Safri Koto menyelamatkan muka PSMS dengan mencetak gol balasan pada menit ke-30. Pelatih Kepala PSMS versi PT LPIS, Edy Syahputra langsung menuding hasil kurang memuaskan yang diraih anak asuhnya turut dipengaruhi gaji yang masih tertunggak.
Edy mengaku sudah coba menutupi masalah gaji ini dan memberi pengertian kepada pemain. Namun apa daya, pemain sudah terlanjur kecewa. Mereka hanya dijejali janji-janji tanpa realisasi. "Sebenarnya masalah gaji ini sudah coba saya sembunyikan. Tapi, tidak bisa tidak. Mental anak-anak seperti biasa. Anak-anak main kurang lepas. Ya, konsentrasi buyar karena permasalahan gaji yang belum juga selesai," ujarnya.
Para pemain menerima gaji secara bertahap. Hingga saat ini pemain masih menerima persentase yang berbeda soal pelunasan gaji. Masih sekitar 50-70 persen. "Bervariasi, tapi kalau digeneralisasikan 70 persen yang baru dibayar. CEO (Chief Executive Officer PSMS Wimvi Tri Hadi) sebelumnya menjanjikan sebelum tanggal 29 Mei akan dibayarkan, tapi tidak juga ada," katanya
Edy mengaku, dirinya tidak lagi bisa membendung amarahnya. Apalagi sebagai pelatih, dia juga terpaksa harus ikut terseret masalah yang bukan tanggung jawabnya. "Anak-anak dijanjikan terus. Saya sendiri sampai tadi malam masih coba cari-cari pinjaman sebelum pertandingan, tapi tidak bisa. CEO kalau sudah tidak mampu ya lebih baik mundur saja," ujar pria berjanggut itu.
Di sisi lain, dia memuji Lampung FC yang disebutnya pantas duduk di puncak klasemen sementara Divisi Utama LPIS.
"Masih banyak kelemahan dan kekurangan kami dan saya akui Lampung itu tim yang bagus dan mereka pantas di puncak klasemen. 30 menit awal kami main amburadul. Setelah evaluasi, kami akhirnya bisa bermain seperti biasa di 30 menit terakhir. Kalau di awal tim bisa maind. Seperti di babak kedua, pasti berbeda hasilnya," ujarnya.
Edy masih menyorot lini belakangnya yang kembali bermasalah dengan komunikasi. Padahal selama hampir dua pekan, Edy sudah berusaha membenahi titik lemah itu. Tapi timnya masih juga mengulang kesalahan yang sama.
"Selama belum baik. Saya masih akan fokus pembenahan lini pertahanan. Saya juga melakukan beberapa perubahan di line-up dengan memasukkan Safri Koto dan Juanda Mahyadi. Hasilnya mereka tidak mengecewakan," ucapnya.
Namun, persoalan tertunggaknya gaji pemain PSMS, menurut sumber di PSMS, bukan menjadi tanggung-jawab CEO semata. Ada kesalahan mendasar saat penandatanganan kesepakatan antara PSMS dengan sponsor aparel Cilo yang menjadi kostum pertandingan Saktiawan Sinaga dkk.
"Soal Pemutusan kontrak sama Kagaya (aparel PSMS sebelum Cilo) itu enggak jelas. Belum ada uang ganti rugi dibayarkan PSMS ke Kagaya setelah pemutusan kontrak itu. Dan hal itu juga yang membuat Cilo enggan meneruskan kerja sama dengan PSMS," ujar sumber yang menolak namanya disebutkan itu.
Apa lagi, pada perjanjian kontrak antara Cilo dengan PSMS Medan yang ditandatangani Benny Sihotang selaku Ketua Umum PSMS versi LPIS, ada beberapa hal yang sponsor minta harus direalisasikan PSMS, seperti memberikan ruang untuk promosi dan penjualan produk sponsor, di Stadion Teladan serta Stadion Kebun Bunga Medan. Namun hingga kini, hal itu tidak ada.
"Perjanjian kontrak juga atas dasar kepercayaan. Tapi belakangan, rupanya pemutusan kontrak dengan Kagaya belum tuntas," bebernya.
Kondisi itu membuat Cilo akhirnya menghentikan produksi jersey PSMS Medan. Sumber juga menyebutkan, akibat ketidakjelasan itu, Wimvi juga dipecat dari Cilo lantaran Wimvi yang menjadi salah seorang staf perusahaan aparel tersebut dinilai tidak becus bekerja. "Wimvi juga termakan omongan beberapa orang di PSMS yang memastikan tidak akan ada masalah di kemudian hari dengan Kagaya, makanya dia maju terus," ungkapnya lagi.
Menurutnya, Cilo menghentikan kerjasama dengan PSMS selain kontrak yang tidak jelas, juga terjadi karena kekhawatiran, bisa saja PSMS juga membatalkan kerjasama ketika dapat sponsor baru, seperti yang dialami Kagaya. "Itu juga kenapa akhirnya uang dari Cilo tidak mengucur untuk membayar gaji pemain,"ucapnya.
Wimvi saat berusaha dikonfirmasi, tidak menjawab telepon dan pesan singkat yang disampaikan ke nomor telepon seluler miliknya.
Setelah menit keenam, Lampung unggul lewat gol Abu Bakar Ba. Safri Koto menyelamatkan muka PSMS dengan mencetak gol balasan pada menit ke-30. Pelatih Kepala PSMS versi PT LPIS, Edy Syahputra langsung menuding hasil kurang memuaskan yang diraih anak asuhnya turut dipengaruhi gaji yang masih tertunggak.
Edy mengaku sudah coba menutupi masalah gaji ini dan memberi pengertian kepada pemain. Namun apa daya, pemain sudah terlanjur kecewa. Mereka hanya dijejali janji-janji tanpa realisasi. "Sebenarnya masalah gaji ini sudah coba saya sembunyikan. Tapi, tidak bisa tidak. Mental anak-anak seperti biasa. Anak-anak main kurang lepas. Ya, konsentrasi buyar karena permasalahan gaji yang belum juga selesai," ujarnya.
Para pemain menerima gaji secara bertahap. Hingga saat ini pemain masih menerima persentase yang berbeda soal pelunasan gaji. Masih sekitar 50-70 persen. "Bervariasi, tapi kalau digeneralisasikan 70 persen yang baru dibayar. CEO (Chief Executive Officer PSMS Wimvi Tri Hadi) sebelumnya menjanjikan sebelum tanggal 29 Mei akan dibayarkan, tapi tidak juga ada," katanya
Edy mengaku, dirinya tidak lagi bisa membendung amarahnya. Apalagi sebagai pelatih, dia juga terpaksa harus ikut terseret masalah yang bukan tanggung jawabnya. "Anak-anak dijanjikan terus. Saya sendiri sampai tadi malam masih coba cari-cari pinjaman sebelum pertandingan, tapi tidak bisa. CEO kalau sudah tidak mampu ya lebih baik mundur saja," ujar pria berjanggut itu.
Di sisi lain, dia memuji Lampung FC yang disebutnya pantas duduk di puncak klasemen sementara Divisi Utama LPIS.
"Masih banyak kelemahan dan kekurangan kami dan saya akui Lampung itu tim yang bagus dan mereka pantas di puncak klasemen. 30 menit awal kami main amburadul. Setelah evaluasi, kami akhirnya bisa bermain seperti biasa di 30 menit terakhir. Kalau di awal tim bisa maind. Seperti di babak kedua, pasti berbeda hasilnya," ujarnya.
Edy masih menyorot lini belakangnya yang kembali bermasalah dengan komunikasi. Padahal selama hampir dua pekan, Edy sudah berusaha membenahi titik lemah itu. Tapi timnya masih juga mengulang kesalahan yang sama.
"Selama belum baik. Saya masih akan fokus pembenahan lini pertahanan. Saya juga melakukan beberapa perubahan di line-up dengan memasukkan Safri Koto dan Juanda Mahyadi. Hasilnya mereka tidak mengecewakan," ucapnya.
Namun, persoalan tertunggaknya gaji pemain PSMS, menurut sumber di PSMS, bukan menjadi tanggung-jawab CEO semata. Ada kesalahan mendasar saat penandatanganan kesepakatan antara PSMS dengan sponsor aparel Cilo yang menjadi kostum pertandingan Saktiawan Sinaga dkk.
"Soal Pemutusan kontrak sama Kagaya (aparel PSMS sebelum Cilo) itu enggak jelas. Belum ada uang ganti rugi dibayarkan PSMS ke Kagaya setelah pemutusan kontrak itu. Dan hal itu juga yang membuat Cilo enggan meneruskan kerja sama dengan PSMS," ujar sumber yang menolak namanya disebutkan itu.
Apa lagi, pada perjanjian kontrak antara Cilo dengan PSMS Medan yang ditandatangani Benny Sihotang selaku Ketua Umum PSMS versi LPIS, ada beberapa hal yang sponsor minta harus direalisasikan PSMS, seperti memberikan ruang untuk promosi dan penjualan produk sponsor, di Stadion Teladan serta Stadion Kebun Bunga Medan. Namun hingga kini, hal itu tidak ada.
"Perjanjian kontrak juga atas dasar kepercayaan. Tapi belakangan, rupanya pemutusan kontrak dengan Kagaya belum tuntas," bebernya.
Kondisi itu membuat Cilo akhirnya menghentikan produksi jersey PSMS Medan. Sumber juga menyebutkan, akibat ketidakjelasan itu, Wimvi juga dipecat dari Cilo lantaran Wimvi yang menjadi salah seorang staf perusahaan aparel tersebut dinilai tidak becus bekerja. "Wimvi juga termakan omongan beberapa orang di PSMS yang memastikan tidak akan ada masalah di kemudian hari dengan Kagaya, makanya dia maju terus," ungkapnya lagi.
Menurutnya, Cilo menghentikan kerjasama dengan PSMS selain kontrak yang tidak jelas, juga terjadi karena kekhawatiran, bisa saja PSMS juga membatalkan kerjasama ketika dapat sponsor baru, seperti yang dialami Kagaya. "Itu juga kenapa akhirnya uang dari Cilo tidak mengucur untuk membayar gaji pemain,"ucapnya.
Wimvi saat berusaha dikonfirmasi, tidak menjawab telepon dan pesan singkat yang disampaikan ke nomor telepon seluler miliknya.
(aww)