PT LI lihatlah, pemain PSMS menggelandang di Jakarta
A
A
A
Sindonews.com - Gerah dengan ketidakpastian pembayaran gaji, 11 pemain PSMS Medan versi PT Liga Indonesia (LI) bergerak. Mereka menyambangi kantor PT LI di Kompleks Apartemen Rasuna Said Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta, Selasa (11/6).
Mereka mengadukan nasib mereka yang tanpa gaji sejak putaran pertama lalu. Pasca pulang dari tur tandang ke Pangkal Pinang menghadapi PS Bangka Minggu (9/6) lalu, skuad PSMS bertolak menuju Medan, Senin (10/6).
Namun, tidak semua pemain dan ofisial yang pulang ke Medan, 11 pemain seperti Hardiantono, Irwin Ramadhana, Zulham Syahputra, Dana, Dodi Rahwana, Susanto, Tri Hardiansyah, Aidun Sastra, Alamsyah, M Irfan dan Wiganda Pradika memilih tinggal di Jakarta saat pesawat tiba di Bandara Seokarno-Hatta di Jakarta.
Kapten tim Hardiantono membenarkan aksi yang dipimpinnya tersebut. Sayang, harapannya mendapat tanggapan dari PT LI tidak sesuai harapan. ''Kami sengaja ke mari (PT LI) untuk mengadukan nasib kami. Tadi kami sudah ke PT Liga. Mereka hanya mau untuk menjadi fasilitator saja dan mereka juga meminta surat keterangan gaji yang harus dibayarkan. Kata kawan-kawan, hal itu juga sama seperti tahun lalu dan hasilnya sampai sekarang tetap nihil,” ujarnya.
Saat dikonfirmasi, eks pemain tim PON Sumut itu juga menceritakan bahwa dirinya dan rekannya sedang berada di kantor Pusat PSSI untuk bertemu dengan Ketua Umum PSSI Djohar Arifin. ''Tapi sayang hari ini kami tidak bisa ketemu dengan Pak Johar. Kami sudah telepon beliau. Beliau bilang dia sedang berada di Singapura dan besok baru akan kembali dan menemui kami,” katanya lagi.
Bersama kesepuluh rekannya, pria yang akrab disapa Tono itu berencana menemui awak media yang sudah membuat janji bertemu dengan mereka di Senayan. ''Besok, setelah ketemu dengan Pak Djohar kami juga akan berencana ke Menpora mengadukan nasib kami yang terzalimi itu,” ungkapnya.
Tiba di Jakarta Senin (10/6) lalu, mereka menginap di rumah kontrakan rekannya yang bersedia menampung mereka selama satu malam. Namun, ke depan, mereka belum mengetahui akan bermalam di mana. ''Kami nggak tahu mau ke mana, mungkin menggelandang. Lagipula saya rasa di Jakarta yang kotanya hidup 24 jam non stop, tidak ada yang perlu ditakutkan. Bisa juga tidur-tidur di jalan,” bebernya.
Hardiantono mengakui kenekatannya dan rekan-rekannya.Dia menceritakan, dirinya dan sepuluh pemain lainya saat tiba di Jakarta mereka langsung berpisah dari rombongan tim dan menjual tiket Jakarta-Medan miliknya untuk modal hidup selama mengadukan nasib mereka ke PSSI dan PT Liga Indonesia. Sebelumnya, semua pemain sepakat melakukan hal yang sama, kendati pada kenyataannya hanya sebelas pemain saja,
''Awalnya semua pemain sudah sepakat untuk melakukan hal yang sama, tapi entah kenapa yang lainnya berubah pikiran dan memilih untuk pulang dengan berbagai alasan. Tapi kami pantang kendur, karena ini semua demi tuntutan hak,’ katanya.
Gagal mendapat jawaban penyejuk hati saat bertemu dengan Sekretaris PT LI, Tigor Shalom Boboy, mereka kini hanya bisa berharap bisa mendapatkan kepastian saat bertemu Djohar Arifin dan Menpora, Roy Suryo. “Kami berharap ada jalan keluar untuk kami. Kami mohon doa masyarakat Medan,” ungkapnya.
Ketua Umum PSMS versi PT LI Indra Sakti Harahap yang coba dikonfirmasi soal tanggapannya terkait pangaduan pemain tidak berhasil dihubungi melalui telepon selulernya lantaran tiak aktif. Sedangkan pelatih PSMS< Suharto tidak mau berkomentar terkait langkah ekstrim yang ditempuh anak asuhannya. Saya tahu mereka ke PT LI tapi saya no comment dulu lah,” ucapnya singkat
Mereka mengadukan nasib mereka yang tanpa gaji sejak putaran pertama lalu. Pasca pulang dari tur tandang ke Pangkal Pinang menghadapi PS Bangka Minggu (9/6) lalu, skuad PSMS bertolak menuju Medan, Senin (10/6).
Namun, tidak semua pemain dan ofisial yang pulang ke Medan, 11 pemain seperti Hardiantono, Irwin Ramadhana, Zulham Syahputra, Dana, Dodi Rahwana, Susanto, Tri Hardiansyah, Aidun Sastra, Alamsyah, M Irfan dan Wiganda Pradika memilih tinggal di Jakarta saat pesawat tiba di Bandara Seokarno-Hatta di Jakarta.
Kapten tim Hardiantono membenarkan aksi yang dipimpinnya tersebut. Sayang, harapannya mendapat tanggapan dari PT LI tidak sesuai harapan. ''Kami sengaja ke mari (PT LI) untuk mengadukan nasib kami. Tadi kami sudah ke PT Liga. Mereka hanya mau untuk menjadi fasilitator saja dan mereka juga meminta surat keterangan gaji yang harus dibayarkan. Kata kawan-kawan, hal itu juga sama seperti tahun lalu dan hasilnya sampai sekarang tetap nihil,” ujarnya.
Saat dikonfirmasi, eks pemain tim PON Sumut itu juga menceritakan bahwa dirinya dan rekannya sedang berada di kantor Pusat PSSI untuk bertemu dengan Ketua Umum PSSI Djohar Arifin. ''Tapi sayang hari ini kami tidak bisa ketemu dengan Pak Johar. Kami sudah telepon beliau. Beliau bilang dia sedang berada di Singapura dan besok baru akan kembali dan menemui kami,” katanya lagi.
Bersama kesepuluh rekannya, pria yang akrab disapa Tono itu berencana menemui awak media yang sudah membuat janji bertemu dengan mereka di Senayan. ''Besok, setelah ketemu dengan Pak Djohar kami juga akan berencana ke Menpora mengadukan nasib kami yang terzalimi itu,” ungkapnya.
Tiba di Jakarta Senin (10/6) lalu, mereka menginap di rumah kontrakan rekannya yang bersedia menampung mereka selama satu malam. Namun, ke depan, mereka belum mengetahui akan bermalam di mana. ''Kami nggak tahu mau ke mana, mungkin menggelandang. Lagipula saya rasa di Jakarta yang kotanya hidup 24 jam non stop, tidak ada yang perlu ditakutkan. Bisa juga tidur-tidur di jalan,” bebernya.
Hardiantono mengakui kenekatannya dan rekan-rekannya.Dia menceritakan, dirinya dan sepuluh pemain lainya saat tiba di Jakarta mereka langsung berpisah dari rombongan tim dan menjual tiket Jakarta-Medan miliknya untuk modal hidup selama mengadukan nasib mereka ke PSSI dan PT Liga Indonesia. Sebelumnya, semua pemain sepakat melakukan hal yang sama, kendati pada kenyataannya hanya sebelas pemain saja,
''Awalnya semua pemain sudah sepakat untuk melakukan hal yang sama, tapi entah kenapa yang lainnya berubah pikiran dan memilih untuk pulang dengan berbagai alasan. Tapi kami pantang kendur, karena ini semua demi tuntutan hak,’ katanya.
Gagal mendapat jawaban penyejuk hati saat bertemu dengan Sekretaris PT LI, Tigor Shalom Boboy, mereka kini hanya bisa berharap bisa mendapatkan kepastian saat bertemu Djohar Arifin dan Menpora, Roy Suryo. “Kami berharap ada jalan keluar untuk kami. Kami mohon doa masyarakat Medan,” ungkapnya.
Ketua Umum PSMS versi PT LI Indra Sakti Harahap yang coba dikonfirmasi soal tanggapannya terkait pangaduan pemain tidak berhasil dihubungi melalui telepon selulernya lantaran tiak aktif. Sedangkan pelatih PSMS< Suharto tidak mau berkomentar terkait langkah ekstrim yang ditempuh anak asuhannya. Saya tahu mereka ke PT LI tapi saya no comment dulu lah,” ucapnya singkat
(aww)