Pemain PSMS tuding ancaman Komdis tidak logis
A
A
A
Sindonews.com - Ketua Komite Disiplin PSSI Hinca Panjaitan mengancam menjatuhkan sanksi kepada 11 pemain PSMS Medan versi PT Liga Indonesia (LI). Ancaman itu sebagai reaksi atas protes para pemain yang menuntut penyelesaian gaji dengan mendatangi kantor PSSI beberapa waktu lalu.
Pemain PSMS diancam sanksi karena dinilai melanggar Pasal 58 dan 61 tentang Kode Disiplin persepakbolaan Indonesia dan terancam denda karena menggelar demo di PSSI dan rumah Ketua Umum PSMS LI, Indra Sakti Harahap.
Namun, Komdis PSSI memberikan kesempatan kepada pemain PSMS untuk memberikan penjelasan. Menurut kper PSMS LI, Irwin Ramadhana, ancaman sanksi PSSI tidak masuk akal. Penjelasan pemain yang diminta Komdis menurutnya juga tidak logis lantaran pada saat bertemu Hinca, mereka malah disuruh pergi.
"Kalau minta penjelasan kami, kenapa tidak dari saat kami bertemu dengan Hinca? Kami sempat bertemu dia, tapi dia berucap dengan nada kasar yang intinya mengusir kami waktu kami datang ke kantor PSSI. Sekarang kalau kami harus menjelaskan lagi kronologis kejadiannya ke Komdis, mau bayar pakai apa ongkos pesawat kami ke Jakarta? Sementara gaji kami tidak dilunasi sampai sekarang," protes Irwin.
Soal pasal 58 dan 61 yang menjadi alasan Hinca mengancam hukuman kepada pemain, Irwin juga mengaku tidak mengetahui hal tersebut. "Kurang tahu pula kalau pasal 58 itu ada dikontrak, tapi kayaknya enggak. Kalau memang itu dilarang, harusnya dikontrak ada tertulis karena itu akan jadi pedoman kami dalam melangkah," katanya.
Berdemo ke PSSI dan rumah Indra Sakti yang juga menjadi alasan hukuman akan mengancam pemain, bagi pria yang akrab disapa Londo ini tidak masuk akal. Menurutnya, hal itu dilakukan agar PSSI bisa melakukan tindakan kepada Indra yang dianggap telah membohongi pemain dan lari dari tanggung jawabnya sebagai ketua umum.
"Kami juga mendatangi rumahnya, karena tidak ada itikad baik dari dia untuk menjumpai kami dan menyelesaikan tunggakan gaji. Masa kami salah? Yang benar saja. Kami juga tidak melakukan tindakan anarkis," ungkap kiper yang telah membela PSMS sejak musim kompetisi 2009 yang lalu.
Irwin mengaku heran dengan keputusan komdis yang menyatakan ke 11 pemain bersalah. "Kalau kami yang dianggap bersalah, kami tidak tahu mau bagaimana lagi. Masak korban jadi terdakwa dan terdakwa malah dijadikan korban? Yang benar saja," ungkapnya dengan nada kecewa.
Sedangkan Penjaga Gawang PSMS Medan Zulhamsyah Putra mengatakan dirinya dan beberapa pemain, kapan saja siap jika diminta untuk memberikan keterangan ke Komdis. Tetapi Putra yang menjadi persoalan selanjutnya adalah bagaimana mereka bisa berangkat ke Jakarta.
"Kami ini enggak punya uang karena belum digaji. Bagaimana kami mau ke Jakarta yang otomatis butuh dana besar untuk tranportasi dan juga penginapan. Kalau kami punya uang sekarang kami pasti sudah berikan ke anak istri kami," ucapnya.
Menurutnya, itikad baik Indra Sakti yang sejak awal tidak terlihat untuk membayar gahi pemain hendaknya menjadi pertimbangan PSSI memberikan hukuman, bukannya malah pemain PSMS yang nyata-nyata menjadi korban yang malah dihukum.
"Makanya kami heran, kalau memang Indra Sakti itu bertanggung jawab kenapa dia tidak mengajak perwakilan pemain dan juga pelatih untuk berangkat bersama ke Jakarta untuk memberikan keterangan bersama di hadapan komdis agar semua ini bisa selesai lebih cepat. Ini kan tidak, dia pergi sendiri-sendiri," ungkapnya
Sementara itu, dikonfirmasi pada tempat terpisah, Pelatih PSMS Medan, Suharto mengatakan, siap jika dipanggil oleh Komdis untuk memberikan pejelasan terkait kegagalan berangkat ke Bengkulu, rencana suap pertandingan dan juga demonstrasi pemain di Jakarta.
"Jika Komdis PSSI meminta, saya akan menjelaskan itu semua. Apalagi kalau itu bisa mempercepat pores penyelesaian kasus ini kami pasti akan berikan penjelasan sesuai dengan apa yang diinginkan Komdis," tuturnya.
Pemain PSMS diancam sanksi karena dinilai melanggar Pasal 58 dan 61 tentang Kode Disiplin persepakbolaan Indonesia dan terancam denda karena menggelar demo di PSSI dan rumah Ketua Umum PSMS LI, Indra Sakti Harahap.
Namun, Komdis PSSI memberikan kesempatan kepada pemain PSMS untuk memberikan penjelasan. Menurut kper PSMS LI, Irwin Ramadhana, ancaman sanksi PSSI tidak masuk akal. Penjelasan pemain yang diminta Komdis menurutnya juga tidak logis lantaran pada saat bertemu Hinca, mereka malah disuruh pergi.
"Kalau minta penjelasan kami, kenapa tidak dari saat kami bertemu dengan Hinca? Kami sempat bertemu dia, tapi dia berucap dengan nada kasar yang intinya mengusir kami waktu kami datang ke kantor PSSI. Sekarang kalau kami harus menjelaskan lagi kronologis kejadiannya ke Komdis, mau bayar pakai apa ongkos pesawat kami ke Jakarta? Sementara gaji kami tidak dilunasi sampai sekarang," protes Irwin.
Soal pasal 58 dan 61 yang menjadi alasan Hinca mengancam hukuman kepada pemain, Irwin juga mengaku tidak mengetahui hal tersebut. "Kurang tahu pula kalau pasal 58 itu ada dikontrak, tapi kayaknya enggak. Kalau memang itu dilarang, harusnya dikontrak ada tertulis karena itu akan jadi pedoman kami dalam melangkah," katanya.
Berdemo ke PSSI dan rumah Indra Sakti yang juga menjadi alasan hukuman akan mengancam pemain, bagi pria yang akrab disapa Londo ini tidak masuk akal. Menurutnya, hal itu dilakukan agar PSSI bisa melakukan tindakan kepada Indra yang dianggap telah membohongi pemain dan lari dari tanggung jawabnya sebagai ketua umum.
"Kami juga mendatangi rumahnya, karena tidak ada itikad baik dari dia untuk menjumpai kami dan menyelesaikan tunggakan gaji. Masa kami salah? Yang benar saja. Kami juga tidak melakukan tindakan anarkis," ungkap kiper yang telah membela PSMS sejak musim kompetisi 2009 yang lalu.
Irwin mengaku heran dengan keputusan komdis yang menyatakan ke 11 pemain bersalah. "Kalau kami yang dianggap bersalah, kami tidak tahu mau bagaimana lagi. Masak korban jadi terdakwa dan terdakwa malah dijadikan korban? Yang benar saja," ungkapnya dengan nada kecewa.
Sedangkan Penjaga Gawang PSMS Medan Zulhamsyah Putra mengatakan dirinya dan beberapa pemain, kapan saja siap jika diminta untuk memberikan keterangan ke Komdis. Tetapi Putra yang menjadi persoalan selanjutnya adalah bagaimana mereka bisa berangkat ke Jakarta.
"Kami ini enggak punya uang karena belum digaji. Bagaimana kami mau ke Jakarta yang otomatis butuh dana besar untuk tranportasi dan juga penginapan. Kalau kami punya uang sekarang kami pasti sudah berikan ke anak istri kami," ucapnya.
Menurutnya, itikad baik Indra Sakti yang sejak awal tidak terlihat untuk membayar gahi pemain hendaknya menjadi pertimbangan PSSI memberikan hukuman, bukannya malah pemain PSMS yang nyata-nyata menjadi korban yang malah dihukum.
"Makanya kami heran, kalau memang Indra Sakti itu bertanggung jawab kenapa dia tidak mengajak perwakilan pemain dan juga pelatih untuk berangkat bersama ke Jakarta untuk memberikan keterangan bersama di hadapan komdis agar semua ini bisa selesai lebih cepat. Ini kan tidak, dia pergi sendiri-sendiri," ungkapnya
Sementara itu, dikonfirmasi pada tempat terpisah, Pelatih PSMS Medan, Suharto mengatakan, siap jika dipanggil oleh Komdis untuk memberikan pejelasan terkait kegagalan berangkat ke Bengkulu, rencana suap pertandingan dan juga demonstrasi pemain di Jakarta.
"Jika Komdis PSSI meminta, saya akan menjelaskan itu semua. Apalagi kalau itu bisa mempercepat pores penyelesaian kasus ini kami pasti akan berikan penjelasan sesuai dengan apa yang diinginkan Komdis," tuturnya.
(aww)