Berserah diri mati saat safari dakwah
A
A
A
Sindonews.com - Pelatih Kepala PSMS Medan versi PT LPIS Edy Sahputra termasuk sosok religius. Dia mengatakan setiap Ramadan datang, dia selalu menyambutnya dengan antusias dan fokus beribadah. Dia memegang kuat hal yang menyatakan, berpuasa itu merupakan bentuk ketakwaan kepada pencipta.
Saat ditemui di toko alat-alat olahraga miliknya di seputar Jalan Gaperta Ujung Medan, kemarin (Kamis 11/7), dia menceritakan aktivitasnya selama ramadan. "Selain menjalankan ibadah puasa dan salat tarawih dengan penuh, saya juga biasanya mengunjungi pesantren di setiap pertengahan puasa untuk melihat perkembangan anak-anak didiknya,” ujarnya
Bagi pelatih yang memiliki lesensi A nasional ini, Ramadan kali ini tentu memiliki perbedaan tersendiri. Apalagi, Lanjut Edy, usia yang terus bertambah membuatnya harus bisa memperbaiki sikap.
"Rugi rasanya jika kita menyia-yiakan bulan Ramadan ini, karena bulan ini adalah bulan ‘bonus’ bagi umat muslim. Jadi harus dimanfaatkan dengan maksimal di tengah usia yang terus bertambah. Apalagi ada istilah barang siapa yang tidak beramal selama Ramadan ini maka dia adalah manusia yang merugi," kata ayah empat anak ini.
Eks pemain PSMS Medan dan Medan Jaya ini juga menceritakan kisah yang paling dikenang seumur hidupnya selama menjalani Ramadan. Di mana dirinya pada waktu itu ikut menjalani safari dakwah selama sepuluh hari.
''Waktu itu saya melakukan safari dakwah ke daerah Besitang dan Pulau Perlis. Jadi waktu mau ke pulau Perlis itu harus nyeberang naik sampan, saya sempat takut, karena saya tidak bisa berenang kalau terjadi apa-apa. Tapi itulah, entah kenapa tiba-tiba muncul keyakinan saya, kalau memang harus mati, ya mati, saya sudah berserah diri saja di sana,”ucapnya menjelaskan.
Selain itu, ketika menjalani safari dakwa di Pulau Perlis tersebut dia banyak mendapatkan hikmah. Di mana dia melihat banyak kehidupan nelayan-nelayan di sana yang jauh dari kata layak dan cukup.
"Di sana rasa syukur saya muncul, ternyata masih banyak orang-orang yang kehidupan ekonominya masih di bawah saya, dan saya merasa tidak ada apa-apanya. Karena dengan keaadan seperti itu mereka masih bisa menjalani kehidupan dengan penuh kesyukuran," bebernya
Kini Edy mengaku, hal yang paling ditunggu-tunggu setiap kali datang bulan Ramadan adalah buka puasa bersama keluarga. Dia menilai, ada rasa yang berbeda setiap kali bisa menikmati menu berbuka secara bersama-sama.
"Memang tidak ada menu favorit atau menu khusus, tapi kami selalu menyiapkan kurma. Namun dengan buka puasa bersama ini saya merasa bisa lebih dekat dengan anak-anak dengan lebih banyak berkomunikasi. Ini yang membuat beda ketika menjalankan puasa pada waktu lajang dulu karena lebih sering melakukan buka puasa di luar rumah,"
Saat ditemui di toko alat-alat olahraga miliknya di seputar Jalan Gaperta Ujung Medan, kemarin (Kamis 11/7), dia menceritakan aktivitasnya selama ramadan. "Selain menjalankan ibadah puasa dan salat tarawih dengan penuh, saya juga biasanya mengunjungi pesantren di setiap pertengahan puasa untuk melihat perkembangan anak-anak didiknya,” ujarnya
Bagi pelatih yang memiliki lesensi A nasional ini, Ramadan kali ini tentu memiliki perbedaan tersendiri. Apalagi, Lanjut Edy, usia yang terus bertambah membuatnya harus bisa memperbaiki sikap.
"Rugi rasanya jika kita menyia-yiakan bulan Ramadan ini, karena bulan ini adalah bulan ‘bonus’ bagi umat muslim. Jadi harus dimanfaatkan dengan maksimal di tengah usia yang terus bertambah. Apalagi ada istilah barang siapa yang tidak beramal selama Ramadan ini maka dia adalah manusia yang merugi," kata ayah empat anak ini.
Eks pemain PSMS Medan dan Medan Jaya ini juga menceritakan kisah yang paling dikenang seumur hidupnya selama menjalani Ramadan. Di mana dirinya pada waktu itu ikut menjalani safari dakwah selama sepuluh hari.
''Waktu itu saya melakukan safari dakwah ke daerah Besitang dan Pulau Perlis. Jadi waktu mau ke pulau Perlis itu harus nyeberang naik sampan, saya sempat takut, karena saya tidak bisa berenang kalau terjadi apa-apa. Tapi itulah, entah kenapa tiba-tiba muncul keyakinan saya, kalau memang harus mati, ya mati, saya sudah berserah diri saja di sana,”ucapnya menjelaskan.
Selain itu, ketika menjalani safari dakwa di Pulau Perlis tersebut dia banyak mendapatkan hikmah. Di mana dia melihat banyak kehidupan nelayan-nelayan di sana yang jauh dari kata layak dan cukup.
"Di sana rasa syukur saya muncul, ternyata masih banyak orang-orang yang kehidupan ekonominya masih di bawah saya, dan saya merasa tidak ada apa-apanya. Karena dengan keaadan seperti itu mereka masih bisa menjalani kehidupan dengan penuh kesyukuran," bebernya
Kini Edy mengaku, hal yang paling ditunggu-tunggu setiap kali datang bulan Ramadan adalah buka puasa bersama keluarga. Dia menilai, ada rasa yang berbeda setiap kali bisa menikmati menu berbuka secara bersama-sama.
"Memang tidak ada menu favorit atau menu khusus, tapi kami selalu menyiapkan kurma. Namun dengan buka puasa bersama ini saya merasa bisa lebih dekat dengan anak-anak dengan lebih banyak berkomunikasi. Ini yang membuat beda ketika menjalankan puasa pada waktu lajang dulu karena lebih sering melakukan buka puasa di luar rumah,"
(aww)