Semakin brutal, pemain PSS lari kocar-kacir
A
A
A
Sindonews.com - Akhirnya PSS Sleman memilih tidak melanjutkan pertandingan melawan tuan rumah Persis Solo LPIS di Stadion Manahan Solo, tadi sore (4/9/2013). Mereka mengaku khawatir keamanan tidak terjamin jika melanjutkan pertandingan dalam suasana stadion yang penuh teror dari pendukung tuan rumah.
Berdasrkan pantauan Sindo dilapangan, kekisruhan terjadi saat terjadi saat babak pertama berakhir. Bench pemain tim Elang Jawa menjadi bulan-bulanan lemparan benda-benda keras dari tribun penonton tuan rumah. Hujan lemparan botol dan lainya itu membuat pemain PSS tunggang langgang menyelamatkan diri ke tengah lapangan.
Teror pendukung tuan rumah semakin menjadi-jadi saat pemain PSS memasuki ruang ganti. Polisi harus mengawal para pemain sampai ke loker ruang ganti. Di ruang ganti, tampak pemain dan ofisial PSS berdiskusi seputar kelanjutan laga. Waktu jeda antarbabak berlangsung lama. Pasalnya, sampai 40 menit pemain PSS masih berada di ruang
ganti. Di sisi lain, pemain Persis LPIS sudah ready di lapangan.
Tim PSS memilih tidak melanjutkan laga. Panpel pertandingan dan pihak keamanan berusaha menyakinkan ofisial PSS bahwa kondisi sudah terkendali. Namun, PSS tetap tidak berani melanjutkan laga. Setelah panpel dan pihak keamanan gagal menyakinkan, tim pengawas pertandingan akhirnya memutuskan laga dihentikan.
Meski selama 45 menit kedudukan masih imbang 0-0, namun pengawas pertandingan mengumumkan Persis LPIS menang WO karena PSS tidak melanjutkan laga. Setelah pengawas pertandingan mengumumkan kemenangan WO, sontak sejumlah suporter tuan rumah memasuki lapangan.
Di tengah lapangan, pemain Persis LPIS dan suporternya seperti menyindir rival bebuyutannya itu dianggap tidak bertaji. Mereka bermain bola sendiri dan menyarangkan tiga gol, sebagai bentuk hadiah kemenangan WO yang diraih. "Ah, gak punya nyali. Saat kami bermain di Sleman lalu juga mendapat teror yang luar biasa, kami tetap melanjutkan pertandingan," kata Ardi, suporter Persis LPIS.
Manager Persis LPIS Joni Sofyan Erwandi mengungkapkan, seharusnya PSS Sleman tetap tampil melanjutkan laga. "Kan dari panpel dan pihak keamanan sudah menyatakan suasana terkendali. Keamanan dan keselamatan sudah terjamin, tapi mengapa tetap takut. Berarti mereka tidak percaya dengan pihak kepolisian," katanya.
Sementara Manager Operasional PSS Sleman Rumadi enggan berkomentar banyak seputar laga yang penuh gengsi tersebut. Dia hanya menyanyangkan aksi yang kurang terpuji dari suporter tuan rumah. "Rusuh, rusuh. Tanyakan kepada yang lain saja," ungkapnya.
Berdasrkan pantauan Sindo dilapangan, kekisruhan terjadi saat terjadi saat babak pertama berakhir. Bench pemain tim Elang Jawa menjadi bulan-bulanan lemparan benda-benda keras dari tribun penonton tuan rumah. Hujan lemparan botol dan lainya itu membuat pemain PSS tunggang langgang menyelamatkan diri ke tengah lapangan.
Teror pendukung tuan rumah semakin menjadi-jadi saat pemain PSS memasuki ruang ganti. Polisi harus mengawal para pemain sampai ke loker ruang ganti. Di ruang ganti, tampak pemain dan ofisial PSS berdiskusi seputar kelanjutan laga. Waktu jeda antarbabak berlangsung lama. Pasalnya, sampai 40 menit pemain PSS masih berada di ruang
ganti. Di sisi lain, pemain Persis LPIS sudah ready di lapangan.
Tim PSS memilih tidak melanjutkan laga. Panpel pertandingan dan pihak keamanan berusaha menyakinkan ofisial PSS bahwa kondisi sudah terkendali. Namun, PSS tetap tidak berani melanjutkan laga. Setelah panpel dan pihak keamanan gagal menyakinkan, tim pengawas pertandingan akhirnya memutuskan laga dihentikan.
Meski selama 45 menit kedudukan masih imbang 0-0, namun pengawas pertandingan mengumumkan Persis LPIS menang WO karena PSS tidak melanjutkan laga. Setelah pengawas pertandingan mengumumkan kemenangan WO, sontak sejumlah suporter tuan rumah memasuki lapangan.
Di tengah lapangan, pemain Persis LPIS dan suporternya seperti menyindir rival bebuyutannya itu dianggap tidak bertaji. Mereka bermain bola sendiri dan menyarangkan tiga gol, sebagai bentuk hadiah kemenangan WO yang diraih. "Ah, gak punya nyali. Saat kami bermain di Sleman lalu juga mendapat teror yang luar biasa, kami tetap melanjutkan pertandingan," kata Ardi, suporter Persis LPIS.
Manager Persis LPIS Joni Sofyan Erwandi mengungkapkan, seharusnya PSS Sleman tetap tampil melanjutkan laga. "Kan dari panpel dan pihak keamanan sudah menyatakan suasana terkendali. Keamanan dan keselamatan sudah terjamin, tapi mengapa tetap takut. Berarti mereka tidak percaya dengan pihak kepolisian," katanya.
Sementara Manager Operasional PSS Sleman Rumadi enggan berkomentar banyak seputar laga yang penuh gengsi tersebut. Dia hanya menyanyangkan aksi yang kurang terpuji dari suporter tuan rumah. "Rusuh, rusuh. Tanyakan kepada yang lain saja," ungkapnya.
(wbs)