Kesan dan penyesalan Djanur melatih Persib
A
A
A
Sindonews.com - Djadjang ‘Djanur’ Nurdjaman kembali ditunjuk sebagai pelatih kepala Persib untuk Indonesia Super League (ISL) musim 2013-2014. Keberhasilannya membawa Atep dkk finis di posisi empat klasemen akhir ISL 2013, berbuah kepercayaan lanjutan dari PT Persib Bandung Bermartabat.
Kompetisi musim 2013 juga memberi banyak kesan termasuk penyesalan mendalam untuk Djanur. Maklum saja, ini merupakan kali pertama dia menjadi pelatih kepala skuad senior, dan langsung menangani tim sebesar Persib.
Sebelumnya, Djanur merupakan asisten pelatih dari Rahmad Darmawan di Pelita Jaya. Sebagai pelatih kepala, dia pernah membawa Pelita Jaya U-21 menjuarai kompetisi ISL U-21.
''Antara jadi asisten pelatih dengan pelatih kepala sebenarnya tidak terlalu beda. Dulu juga pernah beberapa kali jadi caretaker. Tapi yang bikin wah ya saya jadi pelatih kepala di tim sebesar Persib. Berkesan sekali, Alhamdulillah selamat sampai akhir kompetisi,” ucap Djanur tertawa.
Sepanjang ISL 2013, sebutnya, terdapat beberapa pertandingan yang sangat berkesan. Hal itu tak lepas dari kualitas permainan maupun hasil akhir sebuah laga. Performa apik para pemain, ditambah ketepatan meracik strategi memberikan kepuasan tersendiri bagi Djanur.
Pertandingan lawan Persija Jakarta, baik home maupun away adalah yang paling berkesan. Atmosfer panas kedua kubu suporter menjadi alasannya. Beruntung, Djanur bisa membawa Persib menang 3-1 di laga home, dan seri 1-1 saat away. Secara hasil, Pertandingan terakhir lawan Persiwa Wamena di Papua juga disyukuri Djanur. Pantas saja, kemenangan 2-3 atas tuan rumah menjadi yang pertama kali bisa dilakukan Persib.
''Kalau secara kualitas permainan, lawan Persipura di Papua. Sebetulnya Persib bisa menang, penampilan kami luar biasa saat itu,” ucap Djanur.
Tapi ada juga beberapa pertandingan yang menjadi penyesalan bagi sang pelatih. Bahkan dia menyebutnya dengan hasil pahit. Ditahan seri 2-2 oleh Persita, seri 0-0 dari Mitra Kutai Kartanegara, dan kalah 1-2 dari Persiram Raja Ampat menjadi pertandingan paling disesali Djanur. Dia pun enggan momentum-momentum seperti itu terulang di musim depan.
Terakhir, Djanur menyebut beberapa pertandingan yang dianggapnya paling merugikan Persib. Semuanya pertandingan away. Yaitu seri 0-0 dengan Persidafon Dafonsoro, seri 2-2 dari Persiram Raja Ampat, dan terakhir imbang 1-1 di markas Barito Putera. Kerugian yang diperoleh Persib, ucap Djanur, adalah karena hasil akhir pertandingan mendapat campur tangan dari wasit.
''Terutama tiga pertandingan itu. Seharusnya Persib menang, ya tapi karena tim pengadil, jadi cuma seri. Itu sangat merugikan, karena memengaruhi poin di akhir kompetisi. Secara keseluruhan, saya enjoy melatih Persib. Hampir tidak ada kendala berarti,” pungkasnya.
Kompetisi musim 2013 juga memberi banyak kesan termasuk penyesalan mendalam untuk Djanur. Maklum saja, ini merupakan kali pertama dia menjadi pelatih kepala skuad senior, dan langsung menangani tim sebesar Persib.
Sebelumnya, Djanur merupakan asisten pelatih dari Rahmad Darmawan di Pelita Jaya. Sebagai pelatih kepala, dia pernah membawa Pelita Jaya U-21 menjuarai kompetisi ISL U-21.
''Antara jadi asisten pelatih dengan pelatih kepala sebenarnya tidak terlalu beda. Dulu juga pernah beberapa kali jadi caretaker. Tapi yang bikin wah ya saya jadi pelatih kepala di tim sebesar Persib. Berkesan sekali, Alhamdulillah selamat sampai akhir kompetisi,” ucap Djanur tertawa.
Sepanjang ISL 2013, sebutnya, terdapat beberapa pertandingan yang sangat berkesan. Hal itu tak lepas dari kualitas permainan maupun hasil akhir sebuah laga. Performa apik para pemain, ditambah ketepatan meracik strategi memberikan kepuasan tersendiri bagi Djanur.
Pertandingan lawan Persija Jakarta, baik home maupun away adalah yang paling berkesan. Atmosfer panas kedua kubu suporter menjadi alasannya. Beruntung, Djanur bisa membawa Persib menang 3-1 di laga home, dan seri 1-1 saat away. Secara hasil, Pertandingan terakhir lawan Persiwa Wamena di Papua juga disyukuri Djanur. Pantas saja, kemenangan 2-3 atas tuan rumah menjadi yang pertama kali bisa dilakukan Persib.
''Kalau secara kualitas permainan, lawan Persipura di Papua. Sebetulnya Persib bisa menang, penampilan kami luar biasa saat itu,” ucap Djanur.
Tapi ada juga beberapa pertandingan yang menjadi penyesalan bagi sang pelatih. Bahkan dia menyebutnya dengan hasil pahit. Ditahan seri 2-2 oleh Persita, seri 0-0 dari Mitra Kutai Kartanegara, dan kalah 1-2 dari Persiram Raja Ampat menjadi pertandingan paling disesali Djanur. Dia pun enggan momentum-momentum seperti itu terulang di musim depan.
Terakhir, Djanur menyebut beberapa pertandingan yang dianggapnya paling merugikan Persib. Semuanya pertandingan away. Yaitu seri 0-0 dengan Persidafon Dafonsoro, seri 2-2 dari Persiram Raja Ampat, dan terakhir imbang 1-1 di markas Barito Putera. Kerugian yang diperoleh Persib, ucap Djanur, adalah karena hasil akhir pertandingan mendapat campur tangan dari wasit.
''Terutama tiga pertandingan itu. Seharusnya Persib menang, ya tapi karena tim pengadil, jadi cuma seri. Itu sangat merugikan, karena memengaruhi poin di akhir kompetisi. Secara keseluruhan, saya enjoy melatih Persib. Hampir tidak ada kendala berarti,” pungkasnya.
(aww)