Minim kompetisi, voli pantai Indonesia lambat regenerasi

Rabu, 16 Oktober 2013 - 17:18 WIB
Minim kompetisi, voli pantai Indonesia lambat regenerasi
Minim kompetisi, voli pantai Indonesia lambat regenerasi
A A A
Sindonews.com - Mininnya kompetisi voli pantai membuat cabor ini kini mengalami kesulitan dalam hal regenerasi. Belum lagi perbedaan usia yang cukup jauh di antara atlet nasional voli pantai Indonesia, membuat perkembangan cabang olahraga menjadi sedikit terhambat.

Seperti yang diungkapkan Atlet Voli Pantai andalan Indonesia Koko Prasetyo. Dengan minimnya regenerasi, dirinya tidak dapat menjamin prestasi cabor ini dapat terus bertahan secara reguler. Dengan kualitas yang tak merata, dia menilai kekuatan Indonesia hanya dapat bertahan dalam waktu singkat dan tidak untuk jangka panjang.

Alasan regenerasi yang terlalu jauh jaraknya dirasakan Koko yang kini masih turun sebagai pemain diberbagai even harus menjadi perhatian serius dari Pengurus Besar (PB) Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PBVSI) selaku induk olahraga cabor ini demi kelanjutan prestasi cabor ini.

''Untuk saat ini, voli pantai Indonesia masih dapat berbicara di mata dunia. Namun saya tak menjamin untuk beberapa tahun ke depan lantaran beberapa faktor. Utamanya soal regenerasi,” katanya.

Koko menjelaskan, saat ini usianya sudah memasuki 32 tahun, sedangkan rekannya Ade Chandra baru 21. Dengan terpaut usia hingga 11 tahun lebih muda, membuat rekannya itu tidak bisa mengimbangi permainannya.

Dia mencontohkan, pada saat tampil di babak penyisihan ajang 3rd Islamic Solidarity Games (ISG) lalu efeknya tidak terlalu terasa, namun ketika sudah mencapai fase akhir (babak final) nampak jelas jika regenerasi menjadi sebuah keharusan yang harus segera dicarikan jalan keluarnya.

Pasalnya, ketika tampil dibabak final, rasa tenang dan enjoy yang diperlihatkan oleh Koko didak bisa diimbangi oleh Ade Chandra yang terlihat nervous melawan Tim Oman 2 (Badar/Hassan). Alhasil, kekompakan yang sudah terjalin seperti buyar seketika dengan kesalahan-kesalahan fatal dari sang junior. Oman 2 pun dengan mudahnya menumbangkan pasangan Koko/ Ade di Indonesia 1 dengan dua set langsung, 17-21, 12-21.

“Dari pertandingan waktu itu bisa dinilai pengalaman menjadi salah satu faktor penting dibalik segalanya. Karena dengan pengalamanlah mental dibangun sebagai pelengkap skill. Ini yang tidak dimiliki Ade yang mesti melewati proses panjang guna mencapai ke level permainan terbaik,” jelasnya.

Karena itulah, andai saja saat itu ada satu sosok pemain yang sudah berusia matang, mungkin Koko sudah memilih mundur. Bahkan dia mengatakan jika keinginan itu sudah sempat dilontarkannya langsung kepada pengurus. Sayang, permohonan pensiun tak dikabulkan lantaran tenaga Koko masih diperlukan. Selain satu-satunya yang berpengalaman, kehadiran Koko diharapkan dapat juga dapat menjadi panutan para junior.

''Jika harapan saya waktu itu dikabulkan, mungkin saya tidak lagi bermain. Saya diminta bertahan karena dinilai masih dibutuhkan, disini lah letak kelemahan kita. Disaat usia saya sudah mendekati akhir, tidak ada yang bisa menopang dari segi pengalaman. Karena selain Ade, semua atlet andalan Indonesia masih berusia muda dibawah 25 tahun. Tomi, Fahri maupun Dian, semuanya masih minim jam terbang,” sambungnya.

Sementara dalam waktu dekat ini, tim Indonesia akan kembali tampil pada pada ajang Indonesia Open 2013 di Bangka, November mendatang. Pada event ini, Koko belum tahu apakah akan mengikutinya atau tidak. Yang jelas saat ini tim voli pantai Indonesia terus melakukan persiapan dari evaluasi hasil ISG.

Selain masalah regenerasi, tidak adanya kompetisi rutin juga menjadi faktor tak kalah penting dari prestasi. Bahkan dia mengaku jika sebelum ISG dihelat mereka kami tidak memiliki persiapan dan langsung di pasangkan di Palembang.

Kabid Voli Pantai PB PBVSI, Slamet Mulyanto mengatakan, meski kurang regenerasi namun dirinya tetap yakin Indonesia masih bisa bersaing dipentas internasional. Pencapaian pada perhelatan 3rd ISG belum lama ini dimana Indonesia mampu meraih satu emas dan dua perak menjadi gambarannya.

Menurunkan empat tim, satu-satunya andalan Indonesia yang gagal menyumbangkan medali ialah pasangan Indonesia 2, Ahmad Bustomi/Fahriansyah. Itupun tidak terbilang buruk, lantaran keduanya gugur pada fase akhir perebutan medali perunggu saat ditumbangkah Oman 1 (Ahmed/Haitman) 1-2 (16-21, 21-12, 7-15), hingga menempatkan Indonesia 2 di tangga keempat.

"Para pemain muda kita hanya kurang jam terbang saja. Saya yakin jika kemampuannya terus diasah, skill mereka akan semakin matang,"ujarnya.
(aww)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0887 seconds (0.1#10.140)